Indonesia akhirnya berhasil menjadi tuan rumah Motogp lagi sejak terakhir kali menjadi tuan rumah pada tahun 1997.
Tak ayal ini menjadi prestasi tersendiri bagi Indonesia melihat bagaimana sulitnya mengembalikan Motogp ke tanah air.
Indonesia pertama kali menyelenggarakan Motogp pada tahun 1996, waktu itu masih bernama GP500, sirkuit Sentul jadi saksi pertama kali Motogp di gelar di Indonesia.
Setelah gelaran tahun 1997, krisis moneter yang terjadi di berbagai negara dan keadaan politik yang stabil membuat Motogp tidak pernah kembali ke Indonesia sampai tahun 2022 kemarin.
Tentunya untuk menjadi tuan rumah Motogp diperlukan biaya yang tinggi. Saat ini sirkuit yang paling banyak menjadi tuan rumah adalah sirkuit Assen Belanda, Assen bahkan menjadi satu-satunya sirkuit original dari musim 1949 yang bertahan hingga kini.
Beberapa sirkuit yang sekarang sudah tidak menjadi tuan rumah Motogp diantaranya, Indiana Polis, Laguna Seca, Estoril, Turki, Shah Alam dan masih banyak lagi.
Kebanyakan dari sirkuit yang sudah menggelar balapan lagi dikarenakan rusaknya sirkuit, beberapa diantaranya juga tidak lagi bisa membayar untuk menjadi tuan rumah.
Jadi seberapa mahal sih biaya untuk menjadi tuan rumah Motogp? Simak ulasan berikut ini.
Sejarah Penyelenggaraan Motogp di Indonesia
Indonesia pertama kali menyelenggarakan Motogp di sirkuit Sentul Internasional pada tahun 1996.
Sirkuit Sentul sendiri awalnya dibangun untuk menyelenggarakan balapan Formula One di wilayah Asia selain di Jepang. Namun pada akhirnya Sentul dinyatakan tidak cocok menyelenggarakan Formula One karena layout sirkuitnya yang sempit.
Waktu itu pembangunan dimulai pada tahun 1990 dengan Tommy Soeharto sebagai pimpinan proyek. Sirkuit Sentul akhirnya resmi dibuka pada tahun 1993 oleh Presiden Soeharto.
Seperti sirkuit Mandalika, Sentul terlebih dahulu menyelenggarakan WSBK sebelum akhirnya berhasil menyelenggarakan Motogp.
Sesudah akhirnya terhenti pada tahun 1997, Motogp tidak kembali ke Sentul sampai sekarang. Sempat ada wacana untuk membawa kembali Motogp ke Sentul pada tahun 2017 dengan bantuan pemerintah, namun rencana ini hanyalah wacana yang tidak terwujud.
Baru pada tahun 2019, proyek sirkuit Mandalika diumumkan dan akan menjadi sirkuit baru Indonesia untuk menyelenggarakan event-event balap dunia, termasuk Motogp.
Sirkuit Mandalika sendiri dibangun dengan biaya lebih dari Rp 2T. Hasilnya tidak mengecewakan, karena sirkuit Mandalika menjadi salah satu sirkuit paling bagus di Asia saat ini.
Berapa Biaya untuk Jadi Tuan Rumah?
Pada tahun 2011 sampai dengan 2016, sirkuit Aragaon menhabiskan biaya sebanyak 7 Juta Dollar atau sekitar Rp 100M untuk satu musim menjadi tuan rumah.
Namun angka didapat oleh Aragon ini berbeda dengan beberapa sirkuit lain di Eropa, bahkan yang sama-sama sirkuit Spanyol juga memiliki perbedaan biaya.
Jerez dan Valencia menghabiskan biaya sebanyak 8 Milliar Dollar atau sekitar 115 Milliar untuk menjadi tuan rumah Motogp per tahunnya.
Perbedaan jumlah uang yang harus dibayar ini dipengaruhi beberapa hal, seperti berapa banyak penonton yang bisa di tampung pada sirkuit tersebut, apa ada destinasi wisata yang bisa jadi pemasukan atau tidak dan lain sebagainya.
Sebagai perbandingan lain, Sirkuit Suzuka harus membayar lebih mahal daripada sirkuit Motegi dikarenakan di daerah Suzuka lebih banyak tempat wisata yang bisa menjadi sumber pemasukan tambahan.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Diketahui bahwa Dorna memang sangat tertutup dengan urusan yang berhubungan dengan uang.
Namun beberapa media menyebutkan kalau Indonesia cukup membayar 4 Juta Dollar atau setara dengan 59M untuk menyelenggarakan balapan Motogp per tahunnya.
Biaya ini jauh lebih murah daripada beberapa negara lain, karena selain Mandalika adalah sirkuit baru, berbeda dengan sirkuits-sirkuit lain yang dekat dengan transportasi umum dan daerah wisata.
Kawasan Mandalika baru dikembangkan sehingga transportasi dan daerah wisata masih belum terdevelop dengan baik, sehingga Dorna memberikan harga yang lebih murah untuk sirkuit Mandalika.
Uang tersebut adalah biaya untuk menjadi tuan rumah, biaya-biaya lain seperti promosi, safety, jamuan VIP, keamanan dan lainnya belum termasuk.
Langkah-langkah Menjadi Tuan Rumah Motogp.
Pertama yang jelas adalah negara yang ingin menjadi tuan rumah Motogp harus memiliki sirkuit yang diberi nilai Grade A oleh FIM. Setelah diinspeksi oleh tim dari FIM dan mendapat Grade A baru sirkuit tersebut dapat mengajukan diri sebagai tuan rumah.
Kedua, sirkuit atau negara penyelenggara harus membayarkan sejumlah uang kepada Dorna selaku promotor Motogp. Harga yang harus dibayarkan terlebih dahulu disepakati di balik layar.
Ketiga, Dorna menghasilkan uang dengan cara menjual hak siar balapan ke seluruh stasiun televisi di dunia. Penonton yang ingin datang juga harus membayarkan uang, baik uang tiket untuk nonton langsung maupun streaming.
Uang inilah yang jadi penghasilan utama Dorna dan negara penyelenggara selama pekan balapan.
Keempat, sponsor juga bisa masuk menjadi penyokong dana tuan rumah. Saat ini Pertamina menjadi sponsor utama GP Indonesia sehingga Pertamina harus membantu Mandalika dalam sisi finansial untuk menyelenggarakan balapan.
Kelima, sesudah pekan balap selesai, Dorna dan FIM berserta tuan rumah dan para team membagi pemasukan dari sponsor, penjualan tiket, penjualan merchandise dan pemasukan lainnya sesuai dengan besaran yang disepakati.
Perbandingan dengan Event Lain.
Jika dibandingkan dengan event lain, WSBK misalnya. Untuk menjadi tuan rumah WSBK, Indonesia perlu menggelontorkan dana sebesar 3.6 Juta Euro atau sekitar 57M.
Gelaran WSBK lebih murah sekitar 2M daripada Motogp. Sirkuit yang dipakai oleh WSBK juga tidak perlu mendapatkan nilai Grade A melainkan hanya B.
Beberapa waktu yang lalu juga masuk proposal untuk menyelenggarakan Formula One. Walau belum ada harga resmi yang ditawarkan, namun rumornya FIA dan Liberty Media selaku penyelenggaran Formula One memberikan harga 1.1 Triliun untuk menjadi tuan rumah.
Sampai sekarang belum ada berita lebih lanjut mengenai proposal Formula One ini.