Pedro Acosta sudah unjuk gigi dengan berani melawan juara dunia delapan kali Marc Marquez, di balapan pertama Motogp 2024.
Membuat Acosta kokoh menjadi salah satu pembalap debutan terbaik Motogp akhir-akhir ini.
Selain berani melawan Marc Marquez, Pedro Acosta juga dipuji karena kecakapannya dalam menganalisis keadaan balap dan kecepatannya beradaptasi dengan motor Motogp.
Menjadi pembalap debutan memang tidak mudah, selain harus beradaptasi dengan motor dan tim, ekspetasi fans dan tekanan dari pembalap veteran juga menjadi faktor yang berpengaruh bagi perkembangan debutan.
Namun sesekali dalam beberapa tahun, muncul pembalap debutan yang mampu untuk langsung membuat gebrakan di Motogp.
Inilah beberapa diantaranya:
Freddie Spencer 1982
Freddie Spencer memegang rekor pembalap termuda yang memenangkan kelas utama GP500, dari musim 1983 sampai 2012 sebelum rekor tersebut dipatahkan oleh Marc Marquez.
Punya julukan Fast Freddie, Spencer terkenal karena memiliki bakat yang terkesan alami dan mudah untuk menjadi cepat di atas motor apapun.
Prestasinya di kejuaraan AMA Superbike membuat Honda memberikannya kesempatan, untuk turun sebagai wildcard di GP Inggris 1981.
Mengendarai NR500 yang penuh masalah, Spencer sempat memimpin balapan sebelum motornya mengalami masalah teknis yang mengharuskannya menyudahi balapan.
Melihat performa menterengnya diatas NR500, Honda kemudian menariknya secara penuh pada 1983.
Freddie Spencer kemudian secara resmi membalap penuh satu musim mulai tahun 1983. Dibekali motor baru NS500, meskipun terkendala tenaga yang lebih inferior dibanding pesaingnya, Spencer sukses mengamankan dua kemenangan.
Sebagai seorang rookie, tugas Spencer terbilang berat. Tidak hanya harus beradaptasi dengan kejuaraan GP500 yang sangat keras, dirinya juga harus memimpin pengembangan NS500.
Meskipun begitu Fast Freddie memang bertaji, tidak hanya menunjukan penampilan yang bagus namun Honda juga mengalami kemajuan yang signifikan.
Dua kemenangan, lima podium dan empat pole position cukup untuk mengantarkan Freddie Spencer duduk diperingkat ketiga pada tahun pertamanya.
Freddie Spencer kemudian sukses meraih tiga gelar selama karirnya di Motogp. Dua kali di kelas 500 dan sekali di 250.
Sayang, gangguan refleks otot membuat karirnya tidak panjang dan setelah musim 1985, Freddie Spencer tidak pernah memenangkan balapan lagi.
Max Biaggi 1998
Max Biaggi memulai karirnya di umur yang relative terlambat yakni di usia 18 tahun. Dimana pada awalnya Biaggi lebih tertarik menjadi pemain bola daripada pembalap.
Meski begitu karirnya cepat naik dan pada 1991 dirinya sudah berhasil debut di GP250. Biaggi adalah salah satu pembalap paling dominan di kelas 250cc.
Empat gelar dengan dua motor yang berbeda menjadi bukti betapa dominannya Biaggi di kelas GP250.
Berkuasa dari tahun 1994 sampai 1997, pembalap berjuluk Roman Emperor ini sukses menjadi idola Masyarakat Italia.
Di saat yang bersamaan, performa dominan Valentino Rossi di GP125 tahun 1997 menjadi awal pemancing rivalitas mereka di masa depan.
Biaggi mendapat kesempatan untuk naik kelas pada musim 1998. Dirinya naik bersama tim Kanemoto Honda.
Mengendarai Honda NSR500 dan dukungan sponsor Marlboro, Biaggi langsung menjadi salah satu kandidat juara dunia pada musim debutnya itu.
Bagaimana tidak? Biaggi langsung bisa memenangkan balapan pertamanya di pembuka musim 1998. Mengalahkan juara bertahan Mick Doohan dan unggulan lainnya.
Kemenangan lain datang pada GP Ceko dan meskipun pada akhirnya harus mengakui keunggulan Doohan. Biaggi sukses mengunci gelar runner up dan rookie of the year tahun 1998.
Meski setelahnya Biaggi tidak pernah memenangkan gelar di kelas GP500 atau Motogp. Namun karirnya diwarnai oleh persaingan sengit di lintasan.
Salah satu persaingan yang membuat namanya masih dikenang sampai sekarang adalah rivalitasnya dengan Valentino Rossi.
Selama enam tahun dari 2000 sampai 2005, Biaggi menjalani rivalitas sengit dengan Valentino Rossi yang sesama pembalap Italia.
Rossi dan Biaggi bahkan diketahui sampai adu pukul di ruang tunggu sebelum podium GP Catalunya 2001.
Sesudah tersingkir dari Motogp pada musim 2006, Biaggi pindah ke kejuaraan WSBK dan sukses memenangkan gelar pada tahun 2010 dan 2012.
Valentino Rossi 2000
Valentino Rossi debut di kelas GP500 pada musim 2000. Sewaktu debut dirinya langsung diperhitungkan sebagai salah satu penantang gelar.
Rossi yang kala itu adalah anak emas Honda, diberikan fasilitas dan motor yang sama dengan tim pabrikan kendati tergabung dengan team satelit Nastro Azzuro Honda.
Crew dalam team Rossi juga tidak bisa dipandang sepele, pasalnya semua mekanik dan juga insyiur dalam team itu adalah bekas team Mick Doohan dan Wayne Gardner.
Sehingga, Rossi yang waktu itu datang sebagai dua kali juara dunia menjadi perbincangan karena statusnya sebagai “The Boy Wonder” milik Honda.
Walau begitu, Rossi tidak serta merta langsung mengobrak-abrik persaingan baris depan. Pada dua balapan pertamanya dia mengalami kecelakaan dan tidak mendapatkan poin.
Rossi selalu bilang bahwa motor GP500 adalah motor yang membuat dirinya takut, tidak ada motor lain yang pernah membuatnya takut separah motor GP500.
“Anda tidak akan pernah siap untuk (membawa) motor GP500” Kata Rossi di salah satu wawancara.
Podium baru bisa Rossi raih pada GP Spanyol di Jerez dan kemenangan pertama Rossi datang di GP Inggris Donington Park.
10 Podium termasuk dua kemenangan sukses mengantarkan Rossi menjadi runner up musim 2000 di bawah Kenny Roberts Jr.
Setelah musim debutnya, Rossi menjadi ikon baru Motogp dengan torehan tujuh gelar di kelas utama dengan Honda dan Yamaha.
Kepindahannya ke Yamaha pada 2004 mengkukuhkan posisi Rossi sebagai Motogp sampai sekarang.
Kenny Roberts 1978
GP500 masih dikuasai oleh pembalap Italia dan Inggris saat Kenny Roberts debut di tahun 1978.
Sebelumnya membalap sebagai pembalap garuk tanah di Amerika Serikat, Kenny Roberts “terpaksa” membalap di Grand Prix karena ketidakmampuan Yamaha bersaing dengan Harley Davidson di kejurnas dirt track Amerika.
Kedatangan Roberts pada arena GP ini merevolusi cara membawa motor di GP500. Sebelumnya, pembalap Eropa cenderung membawa motor dengan mengandalkan lintasan lurus.
Teknologi yang terbatas pada saat itu membuat chasis dan ban tidak bisa mengimbangi power motor, pembalap diwajarkan untuk menggunakan power di lurus ketimbang kecepatan menikung.
Mayoritas pembalap akan mengerem sedekat mungkin di tikungan, setelah melewati tikungan dengan pelan baru full gas kembali.
Roberts melakukan hal yang sebaliknya, dirinya mengerem lebih awal, kemudian saat menikung dirinya akan membuka gas lebih cepat bahkan sebelum motor kembali tegak.
Hal ini membuat ban belakang mengalami sliding parah, hal ini mirip seperti cara membawa motor dirt track, dimana ban yang slide justru dipakai untuk menikung lebih cepat.
Gaya balap Roberts yang seperti itu dinilai cukup brutal pada jamannya. Namun terbukti efektif untuk membawa motor lebih cepat.
Kehadiran Roberts ini menciptakan teknik Knee Down yang sampai sekarang masih lazim dipakai oleh pembalap modern di kelas apapun.
Penggunaan teknik ini juga memaksa produsen baju balap untuk membuat pelindung lutut dan sikut yang sampai sekarang juga masih di lazim dipakai.
Roberts juga mendorong FIM dan promotor untuk lebih adil dalam membagikan keuntungan event dan lebih memperhatikan sisi keamanan pembalap. Dirinya terkenal sebagai leader yang rebel di paddock Motogp pada waktu itu.
Kepribadiannya yang to the point dan tanpa basa-basi sering disalah artikan sebagai kepribadian yang sulit.
Namun sebenarnya Roberts hanya seorang family man biasa dari California, Amerika Serikat yang selalu ingin memastikan dirinya pulang dengan selamat ke keluarganya.
Karena gaya balapnya, Roberts sukses menjuarai GP500 pada musim pertamanya itu, mengalahkan juara bertahan Barry Shene.
Sesudah memenangkan gelar di musim debutnya, Roberts juga memenangkan gelar di musim 1979 dan 1980.
Putranya, Kenny Roberts Jr juga berhasil menjadi juara dunia pada tahun 2000. Membuat mereka sampai saat ini menjadi satu-satunya pasangan bapak dan anak yang pernah memenangkan gelar juara dunia Motogp.
Marc Marquez 2013
Si semut merah dari Cevera debut di Motogp pada musim 2013, menggantikan Casey Stoner yang memutuskan untuk pensiun pada akhir musim sebelumnya.
Kepindahan Marquez ini pada awalnya menimbulkan pro dan kontra, pasalnya untuk merekrut Marquez pihak HRC sampai mendorong pencabutan rookie rule yang sebelumnya berlaku di Motogp dari musim 2010.
Rookie rule sendiri merupakan peraturan yang melarang pembalap debutan untuk membalap di tim pabrikan.
Peraturan itu kemudian dihapus saat Marc naik dari kelas Moto2. Tidak perlu waktu lama bagi Marquez untuk tampil baik, podium langsung diraih pada balapan debutnya di GP Qatar.
Gaya balapnya yang agresif sering membuat Marquez berselisih paham dengan para seniornya terutama Jorge Lorenzo.
Insiden di sirkuit Jerez membuat hubunga Lorenzo dan Marquez menjadi kurang baik. Namun disamping itu, Marquez berhasil tampil konsisten sepanjang tahun.
Enam kali menang, 16 podium dengan hanya dua kali jatuh, Marquez sukses jadi juara dunia dengan 334 poin.
Hingga sekarang, Marc masih menjadi nama yang diperhitungkan di kejuaraan dunia.
Pedro Acosta 2024
Sensasi baru yang lahir pada 25 Mei 2004 di Mazarron Spanyol. Pedro Acosta berhasil membuat debut yang apik bersama Gas-Gas Tech 3 Racing pada Motogp musim 2024 ini.
Digadang-gadang sebagai pembalap muda terbaik, Acosta diprediksi bisa mendominasi Motogp seperti Marc Marquez atau Valentino Rossi dulu.
Acosta debut di kejuaraan dunia pada 2021, yakni pada kelas Moto 3. Di empat balapan pertamanya, Acosta sukses mengamankan tiga kemenangan dan satu podium.
Tak ayal musim 2021 Acosta langsung menjadi juara dunia kelas Moto3. Sayang Acosta gagal menggeser Loris Capirossi dari kursi juara dunia termuda, Acosta hanya lebih tua sehari dibanding Capirossi saat menjadi juara dunia.
Dua musim berikutnya Acosta habiskan di kelas Moto2. Awalnya banyak yang mengira kalau Acosta akan langsung tampil gahar di kelas menengah itu, namun musim pertamanya dihiasi dengan cedera.
Beruntung, tiga kemenangan masih bisa dibawa pulang. Musim selanjutnya Acosta tampil gahar, menang tujuh kali dan berhasil menjadi juara dunia.
KTM yang tidak ingin kehilangan talenta Acosta sampai harus merayu Pol Espargaro untuk pergi dari team Gas-Gas.
Hasilnya tidak mengecewakan, dari dua seri yang sudah bergulir di musim 2024 ini, Acosta tampil konsisten. Selalu finish dan berhasil membawa pulang satu podium pada GP Portugal kemarin.
Walau musim masih panjang, namun dengan dua performa awalnya di musim ini. Acosta diperkirakan akan mampu untuk bersaing di depan pada balapan-balapan selanjutnya.