Perbedaan Honda dan Ducati yang besar membuat Marc Marquez memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Meskipun dapat tampil konsisten, Marc mengaku belum bisa memaksimalkan gaya balapnya untuk Ducati. Faktor 11 tahun di Honda berperan besar pada kesulitan Marquez ini.
Luca Marini yang kini mengendarai Honda sempat mengamati Marquez pada saat tes Sepang kemarin mengatakan, bahwa Marc masih mengendarai Ducati seperti mengendarai Honda.
Hal ini juga terjadi dengan Alex Marquez yang pada tahun lalu perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan karakter Desmosedici.
Jadi seperti apa sih perbedaan Honda dan Ducati?
Ducati tidak Bertumpu Pada Pengereman Depan
Hal yang paling pertama dirasakan oleh Marc Marquez adalah betapa berbedanya cara mengerem Ducati dan Honda.
Honda bertumpu pada rem depan, motor disetir dan dikendalikan dari depan dengan memanfaatkan late braking.
Karakter ini sangat cocok untuk Marc yang terkenal sebagai late braker yang ekstrim. Meski kemudian dikembangkan untuk memiliki pengereman yang lebih ekstrim oleh Marc, namun karakter dasar RC213V dari lahir adalah pengereman depan yang kuat.
Sementara Ducati memerlukan slide untuk mendapatkan kecepatan menikung yang maksimal. Menurut Marc, Ducati harus disetir menggunakan ban belakang.
Slide dipakai untuk mencari dan memanfaatkan momentum agar mendapatkan kecepatan keluar tikungan yang lebih baik.
Jika dianalisis dari pertarungan Marc Marquez melawan pembalap Ducati maka perbedaan ini akan sangat teringat.
Terutama pada tahun 2017 dan 2018 dimana Andrea Dovizioso muncul sebagai saingan utama Marc di perebutan gelar.
Mereka berdua sering terlibat pada duel satu lawan satu, dan Dovi sering menang di tikungan terakhir.
Terlihat kalau Dovizioso mempunyai waktu pengereman yang lebih awal jika dibandingkan dengan Marc, akibatnya Dovi punya exit speed yang lebih baik, ini yang menyebabkan Dovi sering memenangkan duel satu lawan satu dengan Marc pada waktu itu.
“Di sini (Ducati) gaya berkendara saya harus banyak berubah. Cara saya membuka gas, bagaimana saya menggunakan line, sangat berbeda. Pada pagi hari (Sepang test) saya membawa motor dengan menggunakan gaya Honda. Motornya banyak berguncang, sulit dikendalikan. Di siang hari saya sudah merasa lebih baik. Dengan Honda, anda banyak memakai bagian depan (untuk mengendalikan motor) Ducati menggunakan bagian belakang.” Kata Marc di sela Sepang Test lalu.
Masih Beradaptasi
Marc membeberkan bahwa dirinya masih mencari kenyamanan di atas motor. Settingan standar menjadi cara Marc untuk beradaptasi, dirinya masih belum merubah satupun settingan pada saat Sepang test.
Posisi footrest, handlebars dan letak-letak tombol juga masih terus disesuaikan dengan preferensi Marc, supaya Marc bisa membalap dengan lebih nyaman.
Walau terkesan sepele, namun posisi-posisi bagian motor ini penting untuk disesuaikan dengan preferensi pembalap.
Banyaknya tombol yang harus dihafal, posisi handle yang berbeda serta error karena footstep bisa diminimalisir dengan penyesuaian ini.
Bekerja Bersama Ducati
Setidaknya Ducati menunjukan supportnya kepada Marc, Marc sendiri menuturkan bahwa dirinya beberapa kali berbincang dengan Gigi Dall’gna.
Gigi berkata pada Marc bahwa support adalah kunci sukses dari Ducati. Terbukti dari banyaknya team yang kini memakai motor mereka.
“Salah satu kunci Ducati adalah mereka perhatian pada semua pembalap. Tentu saja pembalap pabrikan akan sangat diperhatikan, namun jika anda punya masalah, mereka akan menanganinya.” Kata Marc
Perbedaan sharing data juga disinggung oleh Marc. Honda memang membuka semua data pada semua pembalap, namun perbedaan jumlah motor menjadi jurang pemisah yang signifikan.
Jumlah motor yang banyak membuat Ducati dapat mendapatkan data masalah dan juga menganalisis Solusi dengan lebih cepat.
Karena jika salah satu motor mendapatkan masalah yang tidak di alami oleh motor lain, maka bisa menggunakan data motor lain untuk mencari Solusi.
Data yang dipakai tidak terbatas pada satu atau empat motor, melainkan sampai tujuh motor, yang berarti satu masalah bisa memiliki tujuh alternatif Solusi sekaligus dalam satu waktu.
Mempelajari Pecco Bagnaia dan Jorge Martin
Marc tak segan untuk bertanya pada Pecco Bagnaia mengenai cara mengendarai Ducati, beberapa kali dirinya terlihat mengobrol dengan juara dunia bertahan Motogp itu.
Selain bertanya, Marc juga beberapa kali membandingkan data yang dia punya dengan data milik Pecco dan Jorge Martin.
“Saya membandingkan data saya dengan milik Jorge (Martin) dan Pecco (Bagnaia). Saya tidak berfokus pada perbedaan motor kami (Jorge dan Pecco pakai GP24), saya lebih berfokus pada perbandingan gaya balap kami.” Kata Marc.
Crash Pertama
Di Sepang tes Marc mendapatkan gangguan teknis pertamanya. Gangguan ini kemudian menjadi masalah Marc selama rangkaian tes bersama dengan Ducati.
Namun di tes Qatar kemarin, Marc akhirnya mengalami crash pertamanya bersama dengan Ducati.
Tepatnya pada tikungan empat sirkuit losial Qatar. Marc mengakui bahwa di tes Qatar ini dirinya sudah mulai mengambil resiko.
“Hari ini adalah harinya untuk mengambil resiko dan saya lakukan itu (terjatuh).” Kata Marc. “Sampai pada titik ini (sebelum crash) saya mengendarai motor dengan hati-hati tanpa menyerang di detik-detik terakhir. Di kejuaraan ini, titik paling sulit adalah mencari pembeda di detik-detik terakhir.” Kata Marc.
Meskipun begitu, banyak pihak yang melihat crash Marc ini sebagai tanda bahwa juara dunia delapan kali itu sudah mulai kembali ke dirinya yang sebelumnya.
Marc terkenal sering terjatuh, terjatuh adalah bagian dari pencarian limit motor baginya, namun semenjak cedera Marc membalap dengan lebih hati-hati.
Motor terakhir Marc di Honda juga membuat dirinya lebih berhati-hati dalam membawa motor karena limit motor yang sangat buruk, di push sedikit RC213V 2023 akan langsung terjatuh.
Lewat tes Qatar juga, Marc mengaku sudah menemukan pendekatan yang pas untuk melakukan manuver overtaking dengan nyaman.
Harapan dan Target
10 balapan pertama akan digunakan oleh Marc untuk lebih mendalami motornya. Karena memang situasi balapan pasti berbeda dengan test, Marc sadar bahwa pasti dirinya akan melakukan kesalahan dan dirinya berharap bisa belajar dari kesalahannya itu.
Saat ditanya jika balapan di Qatar saat ini (pada saat test), Marc memprediksi dirinya akan bersaing di posisi lima atau enam, cukup kompetitif namun belum cukup untuk barisan depan.
“Saya masih jauh dari mereka (pembalap Ducati lain) tapi saya berusaha untuk mempelajari gaya membalap yang lebih sesuai, belajar bagaimana pembalap lain mengatasi masalah dan yang paling penting sedikit demi sedikit, saya harus bisa untuk sedikit lebih dekat dan terus sedikit lebih dekat (ke barisan depan).” Kata Marc.