Sebelumnya..
Sebelum membahas detil tentang Jaguar, kami akan bahas sedikit tentang asal-usul tim ini sebelum Jaguar.
Berawal dari sebuah tim bernama Stewart, hmm…HSBC Malaysia Steward, nama lengkapnya. Tim yang didirikan Sir Jackie Stewart, seorang mantan pembalap juara dunia tiga kali. Setelah pensiun pada 1973, Jackie mendirikan tim Stewart pada tahun 1996. Sebuah waktu yang cukup lama. Tapi bukan berarti selama jeda waktu itu Jackie menganggur. Tidak.
Setelah pensiun dari Formula 1 Sir Jackie Stewart, melakoni beberapa pekerjaan lain selain di Formula 1, sebagai pembalap mobil touring. Setelah gantung stir spenuhnya sir Jackie Stewart bekerja sebagai komentator, konsultan balap.
Hingga pada akhirnya pada tahun 1996, bersama sang putra, Paul Stewart, mendirikan tim balap sendiri. Memulai pekerjaan membentuk tim pada 1996, Stewart resmi berada di grid musim 1997.
Jaguar Racing
Selama tiga musim berada di grid, ternyata tak banyak yang bisa di perbuat oleh Steward untuk menghadapi persaingan sengit. Sekian tahun memiliki kedekatan dengan Ford, termasuk pemasok mesin, akhirnya Jackie Stewart menjual timnya ke Jaguar. Pembelian itu dilakukan pada bulan Juni tahun 1999.
Sedikit info, antara Jaguar dan Ford adalah satu group menyusul pihak Ford yang pada tahun 90 an mengakuisisi perusahaan asal Inggris itu. Selain Jaguar, Ford juga mengakuisisi Aston Martin.
Sedangkan Jaguar, selain perusahaan mobil mewah, punya sejarah panjang di dunia motorsport. Jaguar di masa lalu telah mengikuti balap ketahanan Le Mans 24 hours pada tahun 1950. Tahun segitu Formula 1 baru juga berdiri kan?
Jaguar saat itu menurunkan dua mobilnya yang berseri Jaguar C type dan Jaguar D type. Pada masanya, dua seri ini adalah mobil yang sangat legend. Selain turun di Le Mans 24 hours, Jaguar juga berperan pada balapan Can Am, sebuah balapan yang di helat di Amerika serikat dan Kanada. Can Am merupakan kependekan dari Canadian American Challenge Cup.
Sebagai mobil khas Inggris, tak lengkap rasanya bagi Jaguar kalau tidak mengikuti balap mobil touring Eropa. Mengingat, sebagai prosuden mobil mewah, yang kebanyakan produksinya adalah mobil touring, penting rasanya untuk lebih mengenalkan masyarakat pada merk ini. Untuk lebih mempopulerkan dagangan khas Inggris.
Pada awal 80 an, mencuat nama Tom Walkinsaw, seorang engineer asal negeri kanguru sebagai team manager buat tim Jaguar yang membalap di ajang European Touring Car championship. Jaguar menurunkan mobil andalannya pada ajang ini, yaitu Jaguar XJR. Nama Jaguar mencuat sebagai tim yang di segani.
Di ajang lain, yaitu IMSA, Jaguar turun dan memenangkan dua gelar di IMSA. Sementara itu di ajang Le Mans 24 Hours, Jaguar memenangkan gelar pada tahun 1987 dan 1991. SedangkanPada tahun 1990 Jaguar sudah turun dibawah Ford Motor Company.
Ford, sebagaimana kita tahu saat itu adalah salah satu produsen mesin Formula 1. Tentu saja Ford tidak turun sebagi tim balap sendiri, melainkan memasok mesin ke berbagai tim. Benetton, dan kemudian Stewart, serta Jordan.
Kehandalan mesin Ford saat itu tak diragukan lagi. Dua gelar juara dunia Michael Schumacher pada tahun 1994 di tim Benetton dengan mobil Benetton B194 menjadi bukti betapa tangguhnya mesin Ford. Sedangkan kemenangan pada tahun berikutnya, yaitu 1995, Benetton dengan kode B195 sudah menggunakan mesin Renault.
Sebagai bagian group Ford, Jaguar tetap di biarkan ‘bermain’ di kancah mobil touring.
Mengambil alih Stewart
Hingga pada tahun 1996, bapak dan anak, Sir Jackie Stewart dan sang putra, Paul Stewart masuk ke Formula 1 sebagai pendiri tim.
Selama tiga tahun tanpa hasil memuaskan, akhirnya Stewart undur diri dari panasnya persaingan. Setidaknya selama tiga tahun berkiprah, melewati 49 lomba, dan mendulang poin selama tiga tahun sebanyak 47 poin, Stewart hanya sanggup mengantongi satu kemenangan oleh pembalapnya, Johny Hebert.
Di tahun terakhirnya, Stewart bertengger di klasemen empat konstruktor melalui satu kemenangan Johny Hebert, dan tiga podium Rubens Barrichello. Total poin yang dikumpulkan adalah 36 poin. Sebuah akhir yang mengesankan.
Apa lacur, Ford membeli tim tersebut dan memasukkan sebagai bagian dari Ford. Akan tetapi Ford tidak turun secara langsung sebagai tim. Ford menggunakan nama Jaguar. Langkah Ford ini adalah sebagai bagian dari strategi marketing ( pemasaran) Ford. Jaguar yang saat itu masuk ke dalam lini The Ford Premier Automotive Group, resmi mengubah nama Stewart menjadi Jaguar Racing.
Ford menjalankan strategi ini sebagai bagian dari cara untuk lebih meningkatkan brand awareness pada merk Jaguar sebagai brand premium.
Mereka membangun tim balap yang di beri nama Jaguar Racing.
Mulai Balapan
Tahun 2000 adalah awal dari segalanya. Millenium baru, dan ada sebuah tim baru di Grid. Warna kebesaran Jaguar, Hijau, tetap di pertahankan.
Owh tidak! Ini bukan warna Jaguar! Warna hijau ini adalah warna khas mobil balap Inggris. Dalam Bahasa Inggris di sebut national racing color of great Britain.
Kendati memakai nama dan atribut Jaguar, tapi secara engineering tak ada teknologi Jaguar sama sekali. Untuk mesin, Ford menggunakan Cosworth V10.
Yap! Saat itu adalah era mesin dengan konfigurasi V10 yang gahar.
Paket R1 sendiri ditangani oleh seorang direktur teknis Gary Anderson. Seorang pria Irlandia utara. Sebelum gabung dengan Jaguar, Anderson adalah ‘orangnya’ Eddie Jordan. Selama tujuh musim Anderson turut serta dalam pengembangan mobil-mobil Jordan, hingga pada tahun 1998 Jordan mendepaknya keluar tim.
Selepas dari Jordan, Anderson gabung dengan Stewart di tahun 1999. Anderson terlibat dalam pengembangan Stewart Ford SF3. Dan you know, tahun 1999 adalah tahun tersukses Stewart dimana mereka untuk pertama kali berhasil mendulang satu kemenangan dan tiga podium seperti yang kami sampaikan sebelumnya.
Anderson punya pendapatnya sendiri tentang sir Jackie Stewart dengan mengatakan, “ He’s the best person I’ve ever worked for in my life. “
Bukan bermaksud menjilat, tapi kenyataannya selepas Stewart, Ford tetap memasukkan Anderson ke dalam lini tim sebagai direktur teknik. Dalam mengembangkan mobil Anderson di bantu oleh seorang ahli desain, John Russel dan ahli aerodinamika, Darren Davies.
Tapi seberapa kompetitif mesin besutan Cosworth ini dipasang di cangkokkan pada sasis Jaguar R1?
Baiklah, kita bahas debut pertama mereka pada Grandprix Australia yang di selenggarakan di Melbourne, tepatnya di sirkuit Albert Park. Memulai start, satu pembalap mereka, Eddie Irvine berada di grid tujuh waktu kualifikasi. Sementara rekan setimnya, Johny Hebbert, terlempar ke grid 20!
12 maret 2000 menjadi sejarah baru buat tim hijau asal Inggris dengan di tonton oleh 124.300 orang penonton yang menjadi saksi bagaimana pembalap mereka, Johny Hebert menjadi orang yang pertama kali tersingkir dari balapan karena kegagalan pada kopling!
Sementara pembalap slenge’an from Irlandia, kompatriot Gary Anderson, juga harus merasakan pahitnya retired karena meilintir pada lap ke enam. Sebuah akhir dari awal musim yang sangat mengecewakan, bukan?
Akhirnya sia-sialah tenaga 805 Horse power yang di muntahkan dari dapur pacu Cosworth CR 2 yang di cangkokkan pada sasis Jaguar R1.
Seperti dugaan awal. Jaguar menutup musim dengan buruk. Dua pembalap mereka, Eddie Irvine hanya sanggup bertengger di urutan ke 13 klasemen akhir pembalap dengan perolehan 4 poin kejuaraan.
Irvine harus menelan Pil pahit, tidak bisa menyelesaikan dua balapan awal, di Australia dan Brazil. menyusul kegagalan lain di GP Spanyol dan Italia. Hasil terbaik yang bisa dicapai Irvine adalah ketika balapan di Monako dengan finish urutan keempat.
Sementara Johny Hebbert lebih parah. Mengalami nasib buruk di dia race pertama serta, Austria dan Brazil. Kegagalan lain menyusul di Monako dan Kanada, Belgia, Italia, dan Malaysia.
Hebert terlempar di posisi 18 klasemen akhir dengan tanpa poin satu pun.
Kombinasi itu menempatkan Jaguar racing berada di urutan 9 klasemen akhir konstruktor berada diatas Prost dan Minardi yang merupakan tim medioker papan bawah!
Tahun berikutnya, terjadi pergantian struktur di top management.
Manajer tim, Wolfgang Reitzel, yang sedari awal namanya belum kami sebut, harus lengser (Mengundurkan diri) dan digantikan oleh Bobby Rahal.
Bobby Rahal adalah seorang juara dunia tiga kali CART, sekaligus pemilik tim disana. Team Rahal namanya. Sementara keberadaan Gary di geser oleh Steve Nichols.
Ford tentu berharap banyak pada Rahal. Mengingat pengalaman Rahal dalam mengelola tim balap di masa lampau.
Namanya juga usaha, apapun hasilnya, pasti pihak Ford berharap kehadiran Rahal akan membawa dampak yang lebih baik di Jaguar Racing. Tapi apa lacur. Their’re got nothing. Tim tidak mengalami kemajuan yang signifikan.
Di tengah musim mereka memasukkan Niki Lauda ke lini manajemen. Toh tak berarti banyak buat perkembangan tim. Jaguar Racing kayak orang galau, menyusul kegagalan ‘meminang’ Adrian Newey, mantan direktur teknis di McLaren.
Kondisi dalam tim makin panas tatkala konflik antara Rahal dan Lauda terjadi dan ikut mewarnai perjalanan tim.
Ditengah semua yang terjadi, mereka mendapat sebuah hadiah hiburan kecil dari satu pembalap nyentrik mereka, Eddie Irvine, yang mendulang poin pertama di Monako dengan podium tiga.
Di klasemen akhir, Irvine membaik dengan perolehan 6 poin dan menduduki klasemen 12.
Sementara Pedro de La Rossa, pengganti Johny Hebbert, mendulang 3 poin serta berada di posisi 16.
Tiga musim berjalan, seperti hidup yang juga terus berjalan. Tapi arah perjalanan Jaguar Racing tidak menuju sebuah kemajuan yang berarti. Kondisi tim memburuk dibawah manajemen Niki Lauda. Walau jago di lintasan, serta mahir mengelola sebuah Maskapai ( Lauda Air), tapi bukan berarti kampiun mengurusi manajemen tim.
Mengelola Formula 1 tidak semudah itu. Dan Lauda, tidak bisa membuktikan apapun terkait hasil yang lebih signifikan untuk kemajuan tim. Sementara dewan direksi Ford di kantor pusat mulai gelisah dengan dana yang telah digelontorkan ke Formula 1.
Ajang balapan Glamour yang sedari awal di gadang-gadang bisa mewakili citra mewah Jaguar ini akhirnya hanya memboroskan anggaran. Ditengah semrawutnya manajemen, hadiah kecil kembali dihadiahkan oleh Eddie Irvine dengan podium ketiga-nya di sirkuit Monza.
Bagaimanapun juga, kalau boleh berandi-andai, harapan Jaguar ada di pundak Irvine. Irvine berhasil menunjukkan kelasnya sebagai pembalap ‘premium’ bergaji besar. Tapi gejolak dalam manajemen tak bisa diajak kompromi untuk membawa tim kearah yang lebih baik lagi.
Dengan segala pertimbangan, musim berikutnya pihak Ford merampingkan manajemen tim. Semua demi alasan efisiensi, akhirnya Lauda beserta 70 staf jadi tumbal ‘perampingan’ di tubuh Jaguar. John Hogan masuk sebagai Commercial Director. Steve Nichols yang berperan sebagai direktur teknis pun hengkang. Sebagai gantinya adalah David Pitchforth . Sementara di lini pembalap Mark Webber, pembalap Australia, dan Antinio Pizzonia, seorang pembalap Champcar Brazil menggantikan Eddie Irvine dan Pedro de La Rosa. Belakangan, Pizzonia digantikan lagi oleh Justin Wilson di tengah musim.
Posisi klasemen akhir bertengger di tannga ke tujuh. Perolehan poin dari kombinasi dua pembalapanya adalah 18 poin konstruktor.
Ada peristiwa menarik pada musim 2004 pada Jaguar. Saat itu tanggal 23 Mei 2004, dimana GP Monako di gelar. Pada tahun ini Jaguar, yang dianggap mewakili kemewahan sebuah produk, di tunjuk sebagai tim yang mempromosikan sebuah Film Holywood. Film yang dibintangi salah satunya oleh Brad pitt itu menempatkan berlian di masing-masing mobil Jaguar yang di kemudikan oleh Webber dan Klein. Letak berlian itu sendiri di nose mobil. Tentu saja banyak pihak menganggap ini adalah hal terbodoh. Mengingat balapan rentan kecelakaan. Apalagi di Monako.
Dan benar!
Klein yang disebut-sebut mengalami kegagalan teknis menabrak di lap pertama. Mobil Klein rusak, balapan pun tetap berlanjut. Sedangkan Klein tidak mengalami luka apapun. Masalahnya adalah, berlian di moncong mobil hilang.
Padahal berlian itu seharga US$ 250.000,-!
DIbeli Redbull
Dan ini menjadi musim terakhir Jaguar di Formula 1.
Redbull, yang saat itu mensponsori Sauber membelinya. Pertimbangan Ford adalah, value yang dihasilkan oleh Jaguar Racing tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Formula 1 too expensive! Padahal niatnya semula, dengan jaguar, citra Ford bisa naik. Tapi apa lacur, ternyata Ford lebih cocok ‘bermain’ di tanah gravel WRC.
Dan mulai musim 2005, tidak ada lagi warna hijau khas mobil Inggris di Grid. Meskipun Jaguar telah berganti nama dan warna, ( Redbull Racing), tapi toh mesin Cosworth ( Ford) tetap meraung di lintasan, setidaknya sampai akhir musim 2005.
Hhmm..kalau bisa untung hanya dari jualan mesin, kenapa Ford capek-capek mendirikan tim, dan akhirnya dijual lagi? Ngabis-ngabisin duit aja!
Anyway, setidaknya Ford masih dapat duit dari penjualan tim Jaguar lah ya..
Mantaaappp laporanxa..????
Mantaaappp lap.balap f1nya ttg tim jaguar.
????