Alvaro Bautista kini berkarir di World Superbike Championship (WSBK) sejak 2019. Dirinya meninggalkan dunia Motogp setelah lebih dari 10 tahun berkarir di sana.
Walaupun hanya bisa menjadi juara dunia di kelas capung 125cc sekali pada 2006, namun Bautista dikenal punya beberapa rival yang kuat selama karirnya di Motogp.
Kini di WSBK, Bautista sering bersaing dengan dua pembalap lain yakni Toprak Razgatioglu dan Jonathan Rea. Menghasilkan pertarungan tiga jalur yang menarik untuk diikuti.
Ketiganya memiliki cara membalap yang berbeda dan didukung dengan tiga motor yang berbeda pula.
Jonathan Rea punya gaya pass-block, dimana juara dunia enam kali WSBK itu akan mengerem sesaat sesudah melewati lawannya, hal ini akan mengacaukan ritme balap dari lawannya itu.
Toprak Razgatioglu adalah late braker, dimana juara dunia tahun 2021 itu sangat pandai melakukan gaya late braking untuk menyusul lawan-lawannya.
Sementara Bautista mengandalkan keseimbangan motor dan keunggulan bobot badannya yang ringan untuk menyusul lawan-lawannya.
Ketiganya menghasilkan pertarungan gelar tiga arah yang seru, karena selain sengit memperebutkan gelar, keunikan masing-masing rider menjadikan pertarungan yang terjadi unik dan memorable.
Namun jauh sebelum Bautista bertemu Rea dan Toprak, Bautista pernah mengalami perebutan gelar juara dunia tiga arah lain, yakni pada GP 250 2008.
Waktu itu Alvaro Bautista bersaing ketat memperebutkan gelar bersama Marco Simoncelli dan Hector Barbera.
Alvaro Bautista vs Hector Barbera.
Alvaro Bautista naik ke GP250 pada tahun 2007 saat dirinya berhasil memenangkan gelar GP125 tahun 2006.
Waktu itu GP250 didominasi oleh persaingan antara Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo. Sementara Bautista, Simoncelli dan Barbera mengisi barisan belakang dan tengah.
Namun datang dari tahun yang sangat sukses, disertai track record yang baik, membuat Bautista dipredikisi dapat meramaikan persaingan pada tahun selanjutnya.
Andrea Dovizioso pernah berkomentar pada tahun 2019 yang lalu, bahwa Alvaro Bautista adalah salah satu rider paling berbakat di generasinya, Bautista hanya tidak pernah mendapatkan motor yang tepat untuk bersaing di depan.
Komentar Dovizioso ini bukannya tanpa alasan, komentar itu datang dari pengalaman bertahun-tahun melawan Bautista di lintasan.
Debut di kejuaraan dunia tahun 2003, Bautista mampu untuk merebut gelar pertamanya pada tahun 2006.
Tahun 2007, menunggang Aprilia di kelas GP250. Bautista berhasil meraih podium pertamanya pada seri kedua di Jerez Spanyol. Kemenangan pertama tidak menunggu jauh, Bautista berhasil meraih kemenangan pertama di GP Italia beberapa minggu kemudian.
Kemenangan lainnya menyusul pada GP Portugal dan pada akhir musim Bautista duduk di peringkat keempat klasemen musim dengan dua kemenangan dan lima podium.
Sementara itu Hector Barbera adalah saingan utama Bautista di kejurnas Spanyol selama beberapa tahun. Puncaknya pada tahun 2002, Barbera melawan Bautista dalam memperebutkan gelar nasional Spanyol.
Tahun 2003 Barbera turun di kejuaraan dunia GP125 dan meraih dua kemenangan yang membuat dirinya duduk di peringkat tiga klasemen akhir.
Tahun berikutnya pada 2004, Barbera bersaing melawan Andrea Dovizioso dalam memperebutkan gelar juara dunia kelas GP125.
Barbera berhasil mengumpulkan empat kemenangan disertai tiga podium lain untuk mengamankan posisi kedua klasemen akhir.
Tahun berikutnya pada tahun 2005, Barbera berhasil naik kelas lebih dulu daripada Bautista dan Simoncelli.
Butuh waktu satu tahun bagi Barbera untuk medapatkan kemenangan pertamanya di GP250. Kemenangan pertama Barbera terjadi pada GP China 2006 saat menunggang Aprilia.
Tahun 2007, meskipun tanpa kemenangan Barbera mampu untuk duduk di peringkat lima klasemen akhir, posisi terbaik Barbera di GP250.
Marco Simoncelli
Marco Simoncelli terkenal tidak punya karir junior yang bagus. Setelah menjuarai mini GP pada tahun 2001, Marco debut di kejuaraan dunia pada tahun 2002 di GP125cc.
Pada awal karirnya di kejuaraan dunia, Marco hanya menghabiskan waktunya di barisan tengah dan belakang.
Perawakan Marco yang besar dianggap tidak cocok dengan kelas 125cc. Walaupun Marco sempat bisa menjuarai GP125 sebanyak dua kali, posisi terbaiknya pada kejuaraan itu adalah posisi lima di tahun 2005.
Pada tahun 2006 Marco naik ke GP250 bersama tim Gilera. Pada waktu itu Gilera adalah motor Aprilia yang hanya diganti badge mereknya saja.
Marco kesulitan untuk tampil kompetitif dan tidak pernah podium pada dua musim pertamanya di GP250 itu.
Sampai pada pertengahan musim 2007, Marco mulai sering menghabiskan waktu bersama Valentino Rossi.
Mereka berlatih bersama, mulai dari gokart, motorcross, super moto dan juga sering berdiskusi tentang sirkuit-sirkuit balap yang akan mereka hadapi.
Rossi sendiri sering menyebut kalau Marco Simoncelli adalah murid akademi VR46 yang pertama. Karena memang dari pengalaman Rossi melatih Marco ini, VR46 academy terinspirasi untuk di buat.
Sebelum 2008, posisi terbaik Marco hanya di posisi 10 klasemen akhir pada 2007 dan 2006. Namun hasil latihan bersama Rossi akan segera membuahkan hasil.
Pertarungan Tiga Arah.
Musim 2008 awalnya diprediksi akan menjadi pertarungan antara Hector Barbera dan Alvaro Bautista saja.
Berkaca dari hasil musim sebelumnya, dimana Marco Simoncelli hanya menempati posisi 10 klasemen, tidak akan ada yang menyangka bahwa Marco bisa bersaing di depan.
2008 dibuka secara mengejutkan, dimana Bautista hanya mampu meraih posisi enam dan Barbera harus puas di posisi kedua setelah dikalahkan oleh rookie Matia Pasini.
Pada seri pembuka ini Marco Simoncelli tidak bisa menyelesaikan balapan karena terjatuh. Seri kedua, Marco Simoncelli mampu mengunci pole position dan melawan Bautista yang tampil begitu baik di balapan kandangnya itu.
Sayang pada lap-lap tengah, Simoncelli dan Bautista bersenggolan dan memaksa keduanya terjatuh.
Marco Simoncelli sedang mencoba melewati Bautista saat tiba-tiba Bautista mengalami kerusakan mesin. Akibatnya mereka berdua harus berakhir di gravel.
“Saat kami berdua di gravel, saya tahu dia melakukan sesuatu yang berbeda daripada lap-lap sebelumnya, itu agak aneh,” Kata Simoncelli (dikutip dari Motogp.com). “Saat saya sudah turun dari motor, dia tiba-tiba datang ke arah saya, saya pikir ‘mungkin ini saatnya kami akan saling adu pukul’ ternyata tidak. Dia datang ke saya lalu secara baik-baik menjelaskan kalau ada masalah pada mesinnya, kami berdua lalu menyelesaikan masalah tersebut disana dan langsung selesai,” Lanjut Simoncelli. (Dikutip dari Motogp.com)
Sementara Hector Barbera juga tampil kurang baik pada seri kedua ini dengan hanya finish posisi ke lima. Podium malah di isi oleh Mika Kallio, Yuki Takahashi dan Mattia Passini.
Baru pada seri ketiga, Bautista dan Simoncelli mampu untuk naik podium. Bautista merebut kemenangan pertama pada musim itu dan Simoncelli juga merebut podium pertamanya pada tahun itu.
Barbera lagi-lagi hanya menyelesaikan balapan di posisi tengan, tepatnya di posisi delapan. Sementara itu Mika Kallio finish di posisi ketiga dan mengambil pimpinan klasemen sementara.
Seri keempat di China, Marco Simoncelli tampil baik dan dapat finish di posisi empat. Sementara Alvaro Bautista, walau bisa mengamankan pole position hanya dapat finish di posisi 12.
Mika Kallio memenangkan balapan dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin klasemen sementara.
Sampai seri keempat ini, Barbera tidak bisa tampil maksimal, banyak permasalahan yang menghampiri Barbera, dari kecelakaan sampai dengan masalah motor.
Barbera yang pada awal musim diprediksi akan menjadi lawan berat Bautista, malah tercecer di barisan tengah.
Bahkan Barbera kalah dari Simoncelli dan Kallio yang menunggang motor lebih inferior daripada dirinya.
Bahkan pada waktu itu, Barbera adalah salah satu dari beberapa rider yang menunggang Aprilia RSA 250 2008, model terbaru Aprilia yang lebih powerful daripada model-model lain Aprilia saat itu.
Hanya Alvaro Bautista rider yang menunggang Aprilia RSA 250 2008 di barisan depan klasemen sementara.
Mika Kallio mengendarai KTM 250RR sementara Marco Simoncelli mengendarai Gilera RSA 250 yang merupakan modifikasi dari Aprilia RSA 250 2007.
Memasuki GP Italia 2008, Hector Barbera akhirnya meraih pole position dan memulai balapan dengan baik.
Sepanjang balapan, Bautista diikuti dengan ketat oleh Marco Simoncelli. Pada waktu itu Marco Simoncelli belum pernah memenangkan balapan di kelas GP250, sehingga kemenangan di Italia akan menjadi istimewa, karena itu Marco tampil sangat agresif.
Beberapa lap sebelum lap terakhir, Barbera dan Simoncelli tidak terpisahkan sampai pada akhirnya, Simoncelli menyenggol Barbera yang membuat Barbera terjatuh.
Ban belakang Simoncelli menyenggol ban depan Barbera yang sedang berada pada kecepatan tinggi, menyebabkan Barbera terplanting dari motornya. Simoncelli akhirnya memperoleh kemenangan pertama.
“Saya pikir dia tahu kalau motor saya lebih powerful daripada punyanya dan saya kira dia berpikir bahwa menjatuhkan saya adalah satu-satunya cara untuk menang,” Komentar menohok Barbera (Dikutip dari Motogp.com).
Sementara Simoncelli hanya menanggapi santai protes Barbera tersebut. Simoncelli memberikan permintaan maaf namun di saat yang bersamaan juga tetap senang dengan kemenangan yang dia raih.
GP Italia 2008 bukan kali pertama Barbera dan Simoncelli bersenggolan hingga membuat insiden. Sebelumnya pada GP German 2007, Simoncelli dan Barbera bersenggolan saat free practice.
“Dia membuka kakinya saat dia merasakan slipstream saya, menyenggol rem saya dan pada waktu itu ban saya spinning. Menurut saya ini bukan manuver yang legal dan tim saya sudah memperhatikan video replay untuk mencari bukti agar dia bisa mendapatkan hukuman. Dia bisa saja membunuh saya,” Kata Barbera. (Dikutip dari Motogp.com).
Simoncelli kemudian tetap menanggapi santai ocehan Barbera itu. Menurutnya, sudah sewajarnya kalau pembalap ingin menang.
Simoncelli memang punya pandangan yang unik saat balapan. Simoncelli selalu bilang kalau yang ada dipikirannya saat balapan hanyalah menang, baru sesudah balapan mereka harus menunjukan respect satu sama lain.
“Menurut saya, spirit dari balapan motor adalah kami selalu jadi yang pertama. Terkadang mungkin kami bersentuhan dan terkadang terjadi insiden, namun setelah itu saya harus mengulurkan tangan dan kami bersalaman,” Kata Simoncelli (dikutip dari Motogp.com).
Nyatanya setelah kemenangannya di GP Italia itu, jalannya musim 2008 semakin baik untuk Simoncelli.
Dia menjadi sering podium dan juga semakin sering menang. Simoncelli berhasil memenangkan GP Catalunya, German, Jepang, Australia dan Valencia.
Simoncelli akhirnya bisa mengunci gelar pada GP Malaysia 2008. Waktu itu Simoncelli finish di posisi tiga, sementara yang memenangkan balapan adalah Bautista. Namun perolehan podium itu cukup untuk Simoncelli mengamankan gelar.
Sementara Barbera harus mengakiri musim 2008 di GP Jepang. Kecelakaan yang melandanya membuat dirinya cedera dan absen di sepanjang sisa musim.
Bautista berhasil mengamankan gelar runner up di belakang Simoncelli dengan empat kemenangan atas namanya.
Pada akhir musim 2008, dari nama Bautista, Simoncelli dan Barbera tidak ada satupun yang naik kelas ke Motogp.
Malah Mika Kallio yang naik kelas. Ketiganya tetap tinggal di GP250 pada tahun 2009. Pada musim 2009 hubungan ketiganya juga masih panas dingin.
Simoncelli terlibat beberapa insiden dengan Bautista dan beberapa kali jatuh. Insiden yang terkenal lagi-lagi terjadi di GP Jerez.
Kali ini Simoncelli tidak sengaja membuat dirinya dan Bautista keluar lintasan, meski tidak sampai jatuh.
Walau menyelesaikan balapan di podium, namun Bautista dan Simoncelli tidak saling bertegur sapa.
Dari segi kemenangan, Simoncelli yang berstatus sebagai juara bertahan berhasil meraih kemenangan terbanyak, yakni sebanyak enam kali.
Namun lima kali nihil poin membuat Simoncelli hanya bisa menempati posisi tiga klasemen, dibawah Barbera dan juara dunia musim itu, Hiroshi Aoyama.
Nama Aoyama sendiri merupakan kejutan yang tidak disangka-sangka. Walau jarang menang dan podium, namun Aoyama sering finish di posisi empat dan tidak pernah nihil poin.
Empat kemenangan dan tiga podium lain cukup untuk membuatnya meraih gelar juara dunia. Sementara unggulan lain seperti Barbera, Simoncelli dan Bautista mengisi tempat kedua, ketiga dan keempat.
Rivalitas antara Barbera, Simoncelli dan Bautista kemudian mereda saat mereka naik ke kelas Motogp pada tahun 2010 secara bersamaan.
Kematian Simoncelli pada 2011 jadi tanda berakhirnya persaingan mereka bertiga. Karena sesudah itu, Bautista juga jarang bersaing secara langsung dengan Barbera.