Sosok akan kita bicarakan ini adalah Schumacher, tapi bukan Schumy. Tapi kok wajahnya mirip Schumacher beneran ya? Bukan mirip, dia pun juga Schumacher! Bukan Michael Schumacher, melainkan Ralf Schumacher, adik dari mantan ‘artis lintasan’ legendaris, Michael Schumacher.
Tapi harusnya bukan Schumacher ini yang harus di hired Toyota. Melainkan abangnya yang waktu itu mengakhiri kontrak dengan Ferrari. Dan harusnya lagi, bukan Mike Gascoyne yang diambil sebagai technical director oleh Toyota, tapi Ross Brawn! Kalau seandainya Brawn dan Michael dikontrak bersamaan, mereka akan jadi satu paket hebat.
Tapi sayang, entah lengah atau khilaf, Brawn malah hengkang ke Honda, dan kelak mendirikan BrawnGP yang menjadi cikal bakal Mercedes GP.
Nah lho, Mercy yang udah kenyang pengalaman di F1 aja, mau bikin tim pun beli tim yang udah pernah ada dan ‘diolah’ lagi sana sini. Mercy punya pertimbangan lebih matang soal ini ( mendirikan Tim F1). Karena bagi Mercy, mendirikan tim F1 bukan perkara mudah.
Dan walau Mercy perusahaan Jerman, dia musti bermarkas di Inggris, dimana mayoritas tim F1 bermarkas di negeri James Bond. Pemilihan markas ini adalah salah satu ‘hal kecil’ yang berimbas besar. Dengan segala kesalahan langkah itu, Toyota akhirnya kibar bendera putih pada tahun 2009. Dan dengan merekrut Ralf Schumacher Toyota menambah satu kesalahan fatal lagi.
Kenapa?
Mari kita bahas tentang pilot asal Kerpen, Jerman ini. Sebagai mana sang kakak, dia kenal balapan sejak usia dini, tepatnya usia tiga tahun sudah dikenalkan pada mobil open wheel macam Gokart . Walau pun sebagai orang Jerman yang juga menyukai sepakbola, tapi toh bakat balapan lebih kental mengalir dalam darahnya.
Seperti apa, dan seberapa dramatis kisah adik Michael Schumacher ini di lintasan?
Mari kita telisik satu persatu.
Pada 1996 sebenarnya Ralf melakukan test bersama McLaren di Sirkuit silverstone.
Tapi entah kenapa justru mengawali balapan di Formula 1 dengan mobil Jordan pada tahun berikutnya dengan masa kontrak selama tiga tahun, penampilan Ralf begitu memukau. Bisa jadi, membuat ketar-ketir Giancarlo Fisichella yang saat itu berada dibalik kemudi Jordan juga, alias teman satu tim.
Untuk ukuran pebalap baru, Ralf tidaklah lambat. Mungkin hal yang perlu jadi perhatian adalah, mengendalikan emosi. Seperti halnya kebanyakan pebalap muda lain. Ini yang saya katakan bahwa Ralf perlu untuk mengelola emosi. Setidaknya kalau kita berkaca pada grandprix Argentina. Kala itu balapan sudah berlangsung 24 laps. Fisichella yang ada di posisis ketiga dilibas Ralf dari sisi luar yang mengakibatkan keduanya melintir. Kalau melibas wajar sih kayaknya nggak bakal terjadi peristiwa ngeselin ( Buat Fisi), tapi Ralf yang tampak terlalu mepet itu roda belakang kanan nyangkut di roda depan kiri Fisi ( Panggilan akrab Fisichella). Naas bagi Fisichella, dia tak bisa meneruskan balapan karena kerusakan pada mobilnya. Ralf pun melenggang dan finish di podium 3!
Jordan bermesin Peugeot ada dalam performa bagus saat itu.
Tahun berikutnya ada kejadian yang dramatis lagi. Kali ini di Nubrugring. Saat itu Fisi yang tengah menghadapi pressure dari Schumy, melakukan hard late breaking, ketika tiba-tiba muncul mobil kuning yang dikemudikan adiknya nyerempet dari sisi dalam, mobil mereka sama-sama melintir dan memaksa retired berjamaah.
Lalu ada satu peristiwa mengharukan terjadi pada GP Itali yang dihelat di sirkuit Monza. Dimana duo Schumacher sama-sama naik podium. Schumy, sebagai pemenang, Ralf mengisi posisi 3.
Tahun 1999 Ralf menandatangi kontrak bersama Williams. Saat itu dia berpartner dengan Alex Zanardi, seorang Italia yang sempat membalap buat champcar dan juara dunia dua kali di openwheel khas Amerika itu. Disini Ralf berhasil mengungguli Zanardi.
Menginjak tahun 2000, saat kontrak Zanardi dengan Williams habis, Ralf berpasangan dengan Juan Pablo Montoya, yang juga pensiunan open whell khas Amerika. Gaya membalap keduanya yang beringas seperti pasangan yang pas.
Peristiwa naik podium bersama sang kakak terjadi lagi pada tahun 2001 di GP Kanada, yang saat itu jadi peristiwa mengharukan lain dari kisah mereka berdua. Kali ini Ralf berhasil menunjukkan bahwa dia pun bisa sekompetitif kakaknya. Ralf naik podium 1, dan Schumy podium 2. Urutan ketiga diisi oleh pebalap Mclaren, Mika Hakkinen.
Kayaknya peristiwa membahayakan seringkali menghinggapi karier Ralf. Pada Grandprix Australia 2002 dia terlibat insiden dengan Rubens Barrichello, pebalap Ferrari.
Kronologinya begini.
Entah apa yang ada dalam benak Rubens Barichello, ketika tiba-tiba menyeruak maju dan memotong laju mobil William-BMW Ralf Schumacer yang saat itu memimpin lomba. Tak ada masalah kalau sekedar memotong dan mendahului.
Karena dalam regulasi FIA, pada balapan apapun, siapapun boleh mendahului kalau memang kendaraannya lebih cepat. Sebaliknya, bagi yang kendaraannya lebih lambat, wajib ‘kasih jalan’.
Masalahnya, setelah mendahului, Rubens kayak sengaja melakukan pengereman. Tak pelak, mobil Ralf menghantam bagian belakang Rubens.
Mobil Ralf pun melayang beberapa detik diudara sebelum akhirnya mendarat dengan tidak mulus di rumput pinggiran track, and then meluncur menghantam pagar pembatas sirkuit.
Tak cukup disitu. Peristiwa yang lebih parah terjadi di Sirkuit Indianapolis, Amerika. Saat itu mobil Ralf mengalami masalah, dan menghantam tembok dengan kecepatan tinggi. Ralf pun cedera. Schumy sempat melambat di titik tepat mobil Ralf di derek dan melihat sebentar Ralf yang diangkut ambulan. Lalu meneruskan balapan di belakang Safety car. Kejadian dan pola tabrakan mirip dengan yang di alami Ayrton Senna di Imola. Thanx God, pada kejadian itu Ralf selamat.
Selepas peristiwa Indianapolis 2004, performa Ralf menurun drastis. Bisa jadi Raf trauma. Sempat istirahat dari balapan, lalu pada tahun 2004 Toyota mengambil Ralf sebagai pebalap memasangkan dengan Jarno Trulli.
Bahkan Toyota berani memberikan gaji yang fantastis untuk ukuran pebalap yang belum pernah meraih tropi juara dunia. Tentu saja nilai 14 juta USD bukan angka kecil buat gaji pebalap saat itu. Karena dengan nilai itu, Ralf menjadi pebalap dengan gaji terbesar kedua setelah kakaknya, Schumy yang menerima gaji 32 juta USD. Bahkan gaji Ralf jauh lebih besar dari rekan satu timnya, Jarno Trulli yang ‘hanya’ menerima 6 Juta USD per tahun.
Seperti tulisan diawal, semakin hari performa Ralf semakin menurun. Sebagai pebalap yang kencang, harusnya Ralf punya kans untuk bisa sekedar jadi kandidat juara. JPM, Juan Pablo Montoya punya pendapatnya sendiri mengenai Ralf, “ Dia cukup kompetitif, tapi kepercayaan dirinya mudah hilang 1/1000 detik!”
Sebagai bekas teman satu tim, tentu JPM tahu persis Ralf. Tahu bagaimana gaya Ralf. Termasuk hal yang membuat kepercayaan diri Ralf yang mudah hilang. Ralf tidak suka glamournya Formula 1. Itulah yang menyebabkan dia mudah cemas.
Pada satu kesempatan, sebelum Schumy mengundurkan diri sempat berucap, bahwa ada beberapa pebalap Jerman yang akan meneruskan kesuksesannya ( Schumy) di lintasan. Tapi bukan Ralf, nama Ralf tidak disebut. Schumy justru menunjuk Seb, Sebastian Vettel, dan atau Nick Heidfeld. Itu yang diungkap media Jerman Bild-Zeitung.
Ralf menangapi, “ Michael dan saya adalah sosok yang berbeda. Kami punya kegemaran berbeda, hidup yang tidak sama. Tak perlu bersedu-sedan itu untuk sekedar berteman dengan saudara kandung!”
Ah, seandainya Ralf tahu, kekawatiran Schumy yang ditunjukkan lewat tatapannya ketika peristiwa Indianapolis. Saudara emang suka kayak gitu. Orang Jawa bilang, “ Tego Lorone ora tego patine!”
Comments 1