Menurut Danilo Petrucci, lebih sulit bagi seorang rider untuk berganti merek ban daripada berganti motor.
Pernyataannya ini didasari pengalamannya beberapa tahun terakhir yang sering gonta-ganti motor dan kejuaraan.

Danilo Petrucci diketahui masih membalap di Motogp pada 2021 bersama dengan KTM Tech 3. Setahun kemudian dia pindah ke rally Dakar dan pada tahun selanjutnya dia pindah ke MotoAmerica.
Kini di tahun 2023, Danilo Petrucci membalap di World Superbike. Semua kelas dan kejuaraan tadi memakai ban dari merek yang berbeda-beda.

Motogp menggunakan Michelin, Rally Dakar Bf Goodrich, MotoAmerica menggunakan Dunlop dan WSBK menggunakan Pirelli.
“Tahun lalu saya menggunakan motor yang sama (Ducati Panigale V4R) namun ban yang digunakan sangan berbeda, karena itu saya masih harus beradaptasi dengan karakteristik dari ban, tahun ini (2023) saya menggunakan Pirelli dan bukan Dunlop”. Kata Petrucci.
Karena itu, inilah beberapa alasan mengapa pindah merek ban lebih sulit daripada pindah pabrikan motor.
Setiap Ban punya Tingkat Kelunakkan yang Berbeda-beda
Danilo kemudian menjabarkan beberapa perbedaan struktur ban dari masing-masing merek. Menurutnya, Pirelli mempunya struktur yang paling lunak.
Kelebihan Pirelli adalah strukturnya yang lunak dan dapat digunakan oleh rider dengan tingkat apapun. Bahkan menurut Petrucci, rider amatir pasti bisa menggunakan ban Pirelli dengan baik.
Ban Pirelli mengizinkan ridernya untuk merasakan pergerakan dari motor dan memberikan tanda-tanda peringatan kalau ban dipacu over the limit.

Petrucci mengungkapkan kalau dirinya lebih terbiasa dengan ban yang mempunyai struktur lebih keras, seperti Bridgestone, Michelin dan Dunlop.
Ketiga ban tadi memiliki struktur yang keras dan yang paling keras adalah Dunlop. Struktur yang keras membantu pengereman di jalur lurus.
Sementara Pirelli memungkinkan para pembalap untuk mengerem sambil menikung, ban lain lebih optimal digunakan saat pengereman di lintasan lurus sebelum masuk tikungan.
“Anda tidak bisa melakukan itu dengan Michelin atau Dunlop (mengerem sambil menikung). Karena mereka memiliki konstruksi yang lebih keras, jadi anda harus mengerem di lintasan lurus, dan melepaskan rem saat memasuki tikungan.” Kata Petrucci (dikutip dari Motorsportsmagazine.com).
Punya Limit yang Berbeda
Petrucci kemudian menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan Michelin dan Dunlop, pembalap perlu untuk membiarkan bagian belakang motor untuk mengalami slide.
Karena pembalap hanya bisa menggunakan pressure rem depan saat menikung dan saat motor mulai kehilangan traksi belakang.
Jika tidak dilakukan seperti itu, ban belakang akan mendorong ban depan dan ban depan akan kehilangan traksi juga secara instan tanpa peringatan, mengakibatkan highside parah.
Sementara Pirelli punya kelakuan yang berbeda. Tidak seperti Michelin atau Dunlop, Pirelli membuat motor banyak bergerak.
Namun bukan karena banyak bergerak berarti ban Pirelli kehilangan grip. Faktanya ban Pirelli baru akan menyebapkan kecelakaan kalau ban sampai terkunci.
Ban Pirelli memberikan rider feeling dan peringatan saat ban mulai kehabisan grip. Gerakan-gerakan yang timbul karena ban membuat rider tahu kira-kira kapan ban akan selip atau kehilangan traksi.
Michelin & Bridgestone Punya Lean Angle Lebih Bagus
Menurut Petrucci, saat ini Brad Binder adalah pembalap yang paling ahli memanfaatkan slide saat menikung.
Kemampuannya ini membuat Binder dapat mengendalikan motor dengan lebih baik dan juga bisa menyusul barisan depan dengan cepat, sesuatu yang jarang terlihat di Motogp saat ini.
Ban Michelin dan Ban Bridgestone yang sebelumnya digunakan di Motogp, memungkinkan para rider untuk mendapatkan lean angle lebih ekstreem jika dibandingkan dengan Dunlop atau Pirelli.

Ban Dunlop memerlukan kecepatan yang tinggi untuk memasuki tikungan dengan baik, begitu masuk ke tikungan ban juga harus di tekan dengan suspensi, jika tidak ban akan bergetar dan bergerak berlebihan.
Lean angle yang lebih bagus ini membuat Michelin dan Bridgestone superior saat menikung dan dapat membawa kecepatan tikungan yang lebih tinggi.
Perbedaan Bridgestone dan Michelin ini terletak di kompon ban depan. Ban Bridgestone memiliki kompon ban depan yang jauh lebih kuat, itulah sebabnya pada jaman Bridgestone banyak pembalap mengalami stoppie.
Ban Michelin tidak seperti itu, Ban Michelin punya kompon belakang yang istimewa dan karena itu keseimbangan saat menggunakan rem belakang dan depan adalah hal yang sangat penting.
Karena itu, saat ini semua pabrikan Motogp membangun motor yang lebih berisi di belakang daripada sebelumnya. Semakin lama, motor semakin panjang dan rendah ke tanah setiap tahunnya.
Dunlop Bisa Dikasarin, Michelin Tidak
Lebih lanjut Petrucci mengatakan bahwa membawa ban Dunlop bisa menggunakan cara kasar. Karena Dunlop punya karakter yang paling keras daripada merek-merek ban lain.
“Ban Dunlop punya kompon paling kasar, jadi anda perlu momentum dan tidak usah pakai bukaan gas yang besar, setelah menikung anda bisa langsung menegakkan motor dan mendorong motor habis-habisan dilurus. Sementara struktur Michelin lebih lembut dari itu, anda harus halus membawa motor terutama saat masuk dan keluar tikungan, anda tidak boleh terlalu agressif,” Kata Petrucci.

Petrucci kemudian menjelaskan kalau di MotoAmerica dia biasa menggunakan kompon paling lunak. Hal ini karena aspal America tidak terlalu bagus sehingga sulit mendapatkan grip.
Saking kuatnya dan kerasnya struktur ban Dunlop, Petrucci sampai bilang kalau orang-orang bisa datang ke dealer ban dan duduk di ban Dunlop, ban itu tidak akan rusak.
Ban Pirelli tidak Perlu Di Panaskan Terlalu Lama
Danilo Petrucci lalu juga mengatakan kalau ban Pirelli tidak perlu dipanaskan dengan lama seperti ban Michelin ataupun Dunlop.
Karena pada dasarnya ban Pirelli yang dipakai di WSBK juga merupakan ban yang dijual umum, sehingga punya kompon yang mudah panas namun juga tetap mengigit waktu dingin.
“Ban Pirelli sangat bagus di temperature yang dingin karena ban itu juga merupakan ban komersial yang dijual. Jadi ban itu harus dapat digunakan di berbagai temperature dan kondisi. Ban di Motogp punya suhu optimal yang harus dicapai dan dijaga sepanjang waktu.” Kata Petrucci.
Elektronik Mempengaruhi Pengontrolan Ban
Hal terakhir yang digaris bawahi oleh Petrucci adalah elektronik. Petrucci tidak menampik kalau setting elektronik sangat membantu saat membawa motor dan memaksimalkan ban.
Di Motogp sejak tahun 2016 menggunakan satu spec ECU elektronik yang diseragamkan oleh Dorna, baik itu hardware mupun software.
Sehingga mekanik dan juga insinyur Motogp lebih sulit untuk mensetting motor menjadi efektif.
Sementara di WSBK maupun MotoAmerica, setiap tim dan pabrikan menggunakan ECU mulai dari hardware dan software yang dikembangkan sendiri.
Sehingga mekanik dan para insinyur lebih mudah untuk memaksimalkan motor. ECU inhouse lebih mudah untuk di set sesuai dengan keperluan.
Hal ini yang membuat pembalap Superbike kesulitan untuk beradaptasi dengan motor Motogp, karena motor lebih sulit untuk di set.
Danilo Petrucci sendiri mengakui bahwa lebih sulit membawa motor Motogp, selain karena elektroniknya namun karena memang motor Motogp lebih keras secara karakter.
Kecepatan Motogp juga lebih cepat, sehingga dengan settingan yang lebih terbatas, performa ban harus dapat dimaksimalkan.