Dengan kesuksesan maka datanglah ekspektasi, setelah hadirnya ekspektasi maka datanglah tekanan. Dan tak ada hal lain yang bisa menambah tekanan pembalap selain memberanikan diri memasang nomor 1 di motor MotoGPnya.
Untuk pertama kalinya selama lebih dari 1 dekade akan ada pembalap bernomor 1 di MotoGP. Nomor yang akan menjadi pusat perhatian di grid, sekaligus jadi target utama para pembalap lain untuk dikalahkan di grid MotoGP. Sama seperti juara juara MotoGP sebelumnya, Pecco Bagnaia akan menjadi satu satunya target yang harus dikalahkan oleh pembalap lain.
Mungkin ini fakta yang tak terbantahkan hingga saat ini, tapi belom ada pembalap yang bisa mempertahankan gelar dunia mereka saat menggunakan nomor 1 di era modern MotoGP. Nicky Hayden, Casey Stoner, Jorge Lorenzo dan kemudian Casey Stoner lagi, semuanya kehilangan hak menggunakan nomor 1 setahun setelah berhak memperoleh sesuatu hal yang paling mereka inginkan sejak kecil. Dan di tahun 2023 ini, Pecco Bagnaia sekali lagi akan menjadi pembalap yang akan menghancurkan kutukan itu.
Bisa dibilang Bagnaia punya senjata yang lebih dari cukup untuk melakukannya. Namun baik dari dirinya sendiri maupun motor Ducatinya harus bisa melakukan hal yang benar sebelum berpikir untuk bisa mempertahankan gelar dunianya lagi.
Hal pertama dan yang paling penting, Bagnaia dan timnya harus bisa memaksimalkan potensi motornya sedari awal, yang mana hal ini pernah gagal dilakukan Ducati di 2 musim lalu.
Kesulitan Bagnaia di awal musim 2022 lalu sangat terlihat jelas. Setelah berhasil menang di 4 dari 6 balapan terakhir di 2021, Bagnaia terlihat sangat percaya diri di masa rehat MotoGP, dan mengatakan bahwa motornya sangat sempurna sampai sampai akan sulit untuk meningkatkan performa motornya lagi di level ini. Nyatanya memang benar seperti yang Bagnaia katakan, motor Ducati sulit untuk ditingkatkan lagi performanya.
Di tes awal musim lalu, Ducati membawa banyak komponen baru, terutama mesin dan knalpot baru. Kedua komponen ini kemudian dipasangkan dengan komponen komponen baru lainnya di tes awal musim lalu yang menyebabkan Bagnaia kebingungan, yang akhirnya Bagnaia dan Ducati sempat tersesat dalam mengembangkan performa motor barunya dari komponen baru ini.
Diketahui memang mesin baru Ducati punya lebih banyak tenaga, sementara knalpot barunya menghambat sedikit tenaga mesinnya, yang mengakibatkan Ducati harus mencari solusi setup motor baru untuk membuat motor bisa mengeluarkan potensi maksimalnya.
Pada akhirnya, Pecco Bagnaia dan Jack Miller memilih menggunakan mesin spek campuran 2021 dan 2022, dan memilih menggunakan knalpot lama yang lebih pendek untuk lebih memuluskan tenaga yang dikeluarkan mesin baru itu, serta memungkinkan mereka bisa menggunakan setingan motor lamanya demi bisa mendapatkan keseimbangan motor yang sebelumnya mereka sukai. Langkah mereka ini membutuhkan waktu yang lama dan sulit sampai akhirnya berakhir dengan hasil yang baru terlihat di paruh musim 2022. Ini sama seperti pola yang terjadi di akhir musim 2021. Untuk musim 2023 ini, Ducati tidak boleh melakukan hal yang sama seperti itu lagi.
Bagnaia berhasil comeback dari tertinggal 91 poin di musim lalu utamanya berkat kerja keras dan konsistensinya di lintasan. Namun jangan lupa juga, ini terjadi karena ketidakberuntungan dan performa yang goyah dari rival utamanya, Fabio Quartararo. Di tahun 2023 ini, Ducati dan Bagnaia mungkin saja tidak seberuntung tahun lalu.
Kemudian yang kedua, rekan setim Bagnaia saat ini, Enea Bastianini juga punya obsesi yang sama untuk meraih gelar dunia.
Enea Bastianini memang salah satu pembalap yang penampilannya cukup sensasional di 2022 lalu. Pembalap satelit ini mampu meraih 4 kemenangan tahun lalu, dan menjadi pembalap kedua yang paling banyak mengoleksi kemenangan setelah Bagnaia. Duel antara kedua pembalap ini di Misano, Aragon dan Malaysia menjadi semacam preview akan apa yang akan kita harapkan dari 2 pembalap pabrikan Ducati ini di taun depan, dan justru itulah yang ditunggu tunggu. Bagnaia dan Bastianini hampir bisa dipastikan akan berduel sengit, tapi pertanyaannya apakah kedua pembalap ini tetap bisa berteman dan tak saling bermusuhan ?
Bagnaia seringkali mengatakan soal hubungannya dengan Jack Miller selama bertahun tahun menjadi rekan setimnya. Miller menjadi orang yang selalu mendukung dan mau berkawan baik dengan Bagnaia, ini membuat Bagnaia mendapat kepercayaan diri. Contohnya ketika di GP Thailand lalu, dimana Miller mengatakan pada Bagnaia untuk selalu percaya pada diri sendiri sesaat sebelum balapan, dan akhirnya Bagnaia mampu tampil bagus di kondisi basah akibat hujan lebat.
Sementara Bastianini tak diragukan lagi akan menjadi rekan setim Bagnaia yang sangat berbeda ketimbang Miller.
Dan pertanyaan yang muncul adalah, Apakah Bagnaia bisa menjaga level performanya yang luar biasa ini tanpa ada dukungan extra dari rekan setim seperti yang telah Miller lakukan terdahulu?
atau nantinya persaingan sengit antara Bagnaia vs Bastianini malah akan mendorong kedua pembalap ini mencapai level performa yang lebih tinggi lagi dari yang biasa mereka lakukan ?
Untungnya kita tidak harus menunggu terlalu lama lagi untuk memastikannya.
Saat ini motor Ducati sudah menjadi motor terbaik di MotoGP, sekaligus juga pembalapnya merupakan salah satu yang terbaik, dan di tahun 2023 ini mereka tentu saja akan menjadi lebih baik. Karena seperti yang kita tahu setiap pabrikan harus terus melangkah maju, karena kalau tidak rival rival lain yang sedang mengejar di belakang akan semakin mendekat.
Pecco Bagnaia yang berani memutuskan memasang nomor 1 pada motor Ducati GP23nya tentu membuat kita takjub. Bastianini, Quartararo, Oliveira, Marc Marquez, Aleix Espargaro, Binder, Martin dan sederet pembalap lainnya yang sudah teruji kehebatannya tentu sudah siap menjegal laju Bagnaia.
Tapi siapa yang paling siap menghadapi tantangan 42 balapan dalam setahun lah yang akan berhak menyandang nomor 1.