Motorsport adalah olahraga mahal. Ya, nggak ada yang murah di olahraga adu cepat. Terutama yang lebih spesifik di Formula 1. Sebagai mother of motorsport atau puncak dari olahraga motorsport, Formula 1 berisi hal-hal canggih dan terkini hasl dari riset para engineer kampiun.
Apa yang membuat mahal Formula 1? Tentu saja karena bahan yang digunakan. Tak ada kompromi, bahan untuk komponen ini sangatlah vital di Formula 1. Tak ada komponen yang tak penting, dengan jumlah komponen yang mencapai 80.000 macam, apabila satu diantara komponen itu tak berfungsi, maka kemampuan mobil hanya akan mencapai 80%!
Maka dari itu dipilihlah bahan nomor satu di formula 1. Sebagai contoh, di tim Mercedes, harga baut-baut kecil saja bisa mencapai antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.500.000!
Nah, itu baru baut, bagiamana dengan komponen lain yang lebih besar. Ambil contoh part body. Part body formula 1 terbuat dari serat karbon. Bahn ini sengaja dipilih karena kuat dan ringan. Meskipun begitu, bahan ini getas. Apabila kena benturan dan sampai pecah berantakan karena tabrakan, berapa biaya yang harus dikeluarkan? Karena serat karbon ini sangatlah mahal. Penulis secara pribadi pernah menemui bahan serat karbon yang dipakai untuk diffuser belakang bawa BMW M3 yang hanya satu bilah itu harganya mencapai Rp 45.000.000,-.
Edan! Itu padahal serat karbon yang dipakai pada mobil masal yang dicetak dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada Formula 1 hanya dicetak sesuai kebutuhan, dan dikerjakan oleh tangan manusia.
Oke, mari kita telusuri satu persatu harga komponen apabila terjadi kerusakan karena tabrakan, seperti yang pernah dialami Mick Schumacher pada beberapa balapan pada musim 2021.
Mick adalah salah satu pembalap yang mengalami kecelakaan terbanyak musim 2021. Setidaknya Mick crash di tiga sirkuit. Diantaranya pada GP Monaco, GP Hungaria, serta GP Prancis. Dengan jumlah kecelakaan itu, tim HAAS mengeluarkan duit tak kurang dari 4.212.500 euro atau Rp 67,8 miliar dalam hitungan mata uang rupiah. Padahal HAAS bukanlah tim kaya seperti halnya Ferrari, Mercy, atau Redbull.
Apakah kalau tim kaya akan tinggal diam kalau ada pembalapnya mengalami tabrakan seperti yang dialami Mick? O, belum tentu!
Tim kayak juga punya batasan anggaran untuk perbaikan mobil pembalapnya yang mengalami crash. Kenapa? Tak lain karena adanya budget cap tahun 2021 yang hanya 145 juta USD per tim. Budget cap adalah batasan anggaran tertinggi yang dikeluarkan tim. FIA membuat batasan itu supaya tidak terjadi ketimpangan di antara tim-tim Formula 1.
Apa yang dilakukan HAAS menghadapi insiden yang dialami Mick? Bos tim asal Amerika tersebut, Guenther Steiner, telah memanggil Mick Schumacher. Mau tak mau itu harus dilakukan. karena biaya kerusakan sangat menyedot anggaran tim.
Hal yang sama pernah dialami oleh pembalap Ferrari, Charles Leclerc saat babak kualifikasi di Monako, di musim yang sama. Bedanya adalah, meskipun menabrak, Leclerc masih bisa balapan di posisi terdepan, walau akhirnya gagal finish juga karena kerusakan pada mobil Ferrarinya. Dan satu lagi, biaya yang di keluarkan Ferrari tak sebesar yang ditanggung oleh HAAS.
Kenapa semahal itu biaya yang harus ditanggung oleh HAAS?
Bagaimana tidak, untuk sayap depan saja, harga komponen ini bisa mencapai antara 85 ribu sampai dengan 150 ribu USD! Hanya untuk front wings saja bisa mencapai 2 milyar lebih!
Sedangkan harga rear wings, kurang lebihnya sama dengan front wings.
Padahal, ketika tabrakan, front wings beresiko lebih besar untuk rusak duluan. Ibarat kata, front wings ini bumper depan suatu mobil. Dan rear wings, kebanyakan kasus adalah karena tertabrak pembalap lainnya dari belakang. Bisa juga karena terlepas. Meskipun kejadian lepasnya rear wings tanpa sebab sangat jarang terjadi.
Kerusakan lain yang mungkin terjadi ketika mobil Formula 1 tabrakan adalah HALO. HALO adalah perangkat pengaman berbentuk menyerupai sangkar yang melindungi pembalap saat mobil terguling atau tabrakan parah. Komponen ini sangatlah penting untuk melindungi pembalap dari cedera parah. Untuk komponen ini biaya penggantiannya berkisar 17 ribu USD. dengan kurs USD ke rupiah 14.500, maka itu setara dengan 246,5 juta dalam hitungan rupiah. Itu bisa berharga satu mobil, kan?
Sedangkan komponen lain yang tak kalah penting adalah sistem hidrolik. Alat bantu pengemudi ini berharga sekitar 170ribu USD. Apakah mungkin perangkat ini rusak? Sangat mungkin, apabila tabrakannya parah.
Selain Hidrolik, gearbox yang merupakan komponen yang dipakai untuk mentransimisikan tenaga mesin ke roda juga berharga sangat fantastis. Apabila terjadi kerusakan, tim harus mengeluarkan anggaran sekitar 340 ribu USD!
Sedangkan stir, seharga 50 ribu USD. atau 700 juta rupiah lebih!
Tak usah ditanya lagi berapa jumlah baut yang terlepas tatkala tabrakan. Kalau setiap tabrakan ada 50 buah baut yang lepas, maka itu sama dengan membuang duit sekitar 50 juta rupiah lebih. Meskipun harga baut ini bervariasi, tergantung kemampuan tim dan kualitas baut, tapi tetap saja mahal.
Jadi angka 4 juta EURO lebih yang dikeluarkan oleh HAAS itu adalah harga yang wajar untuk sebuah kerusakan parah. Yang tidak wajar adalah, kenapa Mick Schumacher bisa tabrakan berkali-kali, “ Tanpa alasan yang jelas, “ kata Guenther Stenier, bos HAAS.
Masalahnya, pada olahraga adu cepat ini, kejadian menabrak atau ditabrak sangatlah wajar. Dan biaya mahal merupakan konsekuensi sebuah pertunjukan mahal ini.