Ban adalah elemen penting pada sebuah motor dalam balapan. Ban menjadi alat untuk membuat motor dapat bergerak dan melaju di lintasan hingga menciptakan persaingan yang menarik untuk disaksikan penikmat balap MotoGP. Karakteristik dan performa ban dapat berpengaruh signifikan pada pembalap di MotoGP.
Sebab, masing-masing Rider memiliki gaya balap berbeda ketika melakukan pengereman, akselerasi di tikungan dan derajat lean angle saat menikung. Oleh karena itu kestabilan dan daya cengkram ban harus terjaga dengan baik agar pembalap tidak mengalami Crash saat sedang bermanuver di tikungan. Di MotoGP sendiri dikenal 3 pemasok ban yang cukup besar dan telah lama berkontribusi dalam gelaran balap di level tertinggi.
Mereka adalah Michelin, Bridgestone dan Dunlop. Lalu bagaimana sejarah mereka di MotoGP? Apa sajakah yang telah mereka capai dalam kurun waktu yang lama di MotoGP? Untuk memahami jawabannya, mari kita simak bersama ulasan lengkapnya berikut ini.
MotoGP Hingga Musim 2006 Dimana Masih Ada Kebebasan Penuh Supplier Ban
Bridgestone, Michelin dan Dunlop telah bersaing di MotoGP sejak lama dan berusaha menjadi yang terbaik dengan menyediakan ban yang tepat untuk pada Rider MotoGP. Rupanya Bridgestone dan Michelin berhasil mendapat tempat dihati sebagian besar pembalap.
Terbukti, saat itu kedua supplier ban inilah yang paling sering menjadi pilihan pembalap. Sementara Dunlop kurang diminati di kelas premier, bahkan sangat jarang untuk dipakai. Tercatat hanya segelintir pembalap yang pernah membalap dengan ban Dunlop ini di kelas MotoGP.
Sampai tahun 2006, Dorna memberikan kebebasan sepenuhnya bagi Bridgestone, Michelin dan Dunlop memasok sebanyak mungkin ban sesuai dengan permintaan tim balap, Bahkan mereka juga menyediakan ban yang disebut “Q” atau Qualification Tyre, dimana ban ini memiliki kompon yang sangat ekstrim soft dan hanya digunakan untuk mencatat waktu tercepat saat sesi kualifikasi saja.
MotoGP 2007 Dimana Mulai Ada Aturan Pembatasan Alokasi Ban
Pada 2007, Dorna mulai melakukan pembatasan alokasi ban untuk pembalap MotoGP. Pada satu sesi balap penuh yang meliputi 4 kali Free Practice, sesi kualifikasi dan race, tim balap diberikan alokasi maximal 31 ban dengan rincian 14 ban depan dan 17 ban belakang. Pembalap masih diperbolehkan memilih supplier ban mereka.
6 tim memilih menggunakan Michelin, 5 tim dengan Bridgestone dan hanya 1 tim yang bertahan dengan Dunlop. Regulasi ini menuntut pembalap untuk bisa menghemat pemakaian ban agar bisa tampil kompetitif hingga akhir race. Bila ban sudah habis saat kualifikasi, maka saat lomba, pembalap tidak akan dapat melaju dengan potensi motor maksimal saat balapan.
MotoGP 2008, Adanya Penambahan Jumlah Alokasi Ban
Dengan regulasi pembatasan alokasi ban, banyak pembalap pengguna ban Michelin yang mengeluh karena merasa dirugikan. Michelin memiliki kompon ban lebih lunak sehingga lebih cepat aus daripada Bridgestone. Pada musim 2008 Dorna sebenarnya telah merencanakan hanya akan menggunakan pemasok ban tunggal untuk musim depan.
Dan untuk menanggapi masalah pembatasan ban, Dorna kemudian menambah alokasi ban untuk tim balap menjadi 40 ban, terdiri dari 18 ban depan dan 22 ban belakang. Pabrikan juga diberikan tambahan waktu untuk melakukan sesi tes uji coba motor. Kini mereka bisa melakukan tes selama 4 hari setelah balapan akhir pekan berakhir.
Dan jika ada sirkuit baru yang masuk dalam jadwal balap, Dorna pun memberi tambahan 2 hari sesi uji coba. Di tahun ini, Valentino Rossi dan Dani Pedrosa beralih ke Bridgestone dari sebelumnya menggunakan Michelin. Hal itu diikuti juga pembalap dari Tech 3 Yamaha. Ini membuat Dunlop kehilangan satu-satunya pengguna ban mereka di MotoGP dan akhirnya Dunlop memilih mundur dari MotoGP 2008 akibat tidak memiliki peminat lagi.
MotoGP 2009, Saat Michelin Keluar Dari MotoGP
Hasil balap musim 2008 ternyata menempatakan sebagian besar pembalap pengguna Bridgestone di puncak klasemen. Sementara pengguna Michelin banyak mengalami struggle dan kesulitan bersaing di baris depan. Michelin kemudian memikirkan ulang eksistensi mereka di MotoGP dan setelah melalui pertimbangan panjang, Michelin akhirnya memutuskan hengkang dari MotoGP di akhir 2008.
Itu artinya, rencana Dorna menerapkan pemasok ban tunggal secara tidak langsung bisa terwujud pasca hilangnya Michelin di MotoGP. Di musim 2009, Bridgestone menyediakan 4 tipe ban berbeda untuk Front Tyre dan 6 tipe ban untuk Rear Tyre sera 1 set Wet Tyre. Ban pun dibagikan secara random oleh FIM kepada masing-masing tim, dengan serial number unik pada tiap tipe ban tersebut.
Dengan kondisi Bridgestone sebagai satu-satunya supplier ban di MotoGP, justru memunculkan permasalahan lainnya. Ternyata gap antar pembalap menjadi terlalu jauh. Praktis, hanya Rossi, Lorenzo, Stoner dan Pedrosa saja yang sering menguasai podium. Rider lainnya kurang bisa bersaing dengan Top Big Four Rider ini.
MotoGP 2012-2013, Adanya Perubahan Pada Bridgestone
Aturan tentang ban di MotoGP terus berlanjut di MotoGP hingga pada musim 2012, MotoGP beralih ke 1000cc. Bridgestone pun ikut menyesuaikan diri dengan ban baru yang memiliki kompon dan desain lebih baik. Terdapat pilihan 9 ban untuk depan bertipe Slick Tyre dan 4 opsi kompon ban yaitu Soft, Medium, Hard, Extra Hard serta 10 Rear Slick Tyre dengan 4 opsi kompon yaitu Extra Soft, Soft, Medium dan Hard.
Tim balap bisa memakai spek ban yang sama selama 5 race. Tim juga dapat memilih 4 set Wet Tyre dengan kompon Soft dan Hard. Musim 2013, Dorna menambah alokasi 1 ban depan Slick dan 1 ban belakang Slick untuk masing masing tim serta meghilangkan kompon Extra Hard dan menggantinya dengan Extra Soft. Spesifikasi ban yang sama bisa dipakai untuk 6 race, sedangkan untuk Soft Rear Tyre dibatasi hanya untuk 7 kali balapan saja.
Untuk Wet Tyre, kompon Medium ditambahkan dimana musim sebelumnya belum tersedia. Bagi pembalap CRT, diberikan kebebasan untuk mendapatkan kompon yang lebih Soft dari pembalap pabrikan atau satelit. Tujuannya agar mereka mendapat keuntungan kecil yang bisa membantu motor berkembang dengan budget terbatas.
MotoGP 2015, Dimana Tahun Terakhir Bridgestone Di MotoGP
Keputusan Dorna untuk hanya memperbolehkan One-make Tyre atau 1 merek pemasok ban pada 2009 akhirnya semakin berimbas besar pada persaingan balap di MotoGP. Bridgestone menciptakan efek positif dan negatif bagi pembalap. Sisi positifnya, produsen ban asal Jepang itu mampu membuktikan diri menjadi yang terbaik di level balap tertinggi.
Namun sisi negatifnya, muncul gap yang jauh antara pembalap bermental juara di tim mapan dengan pembalap yang hebat namun berada di tim yang kurang kuat, seperti tim satelit. Selain itu, Bridgestone harus memikirkan banyak tim, sementara masing-masing tim memiliki kebutuhan berbeda-beda dan ban yang diminta harus dapat menyesuaikan gaya balap dan karakter motor.
Sebenarnya Bridgestone sudah merancang banyak ban dengan kompon bervariasi. Tim balap tinggal menyesuaikan saja yang mereka butuhkan dari variasi tersebut. Jadi disini tim dan pembalaplah yang harus beradaptasi dengan pilihan ban yang disediakan Bridgestone. Bridgestone pun mendapat desakan dari banyak pihak.
Bridgestone diminta lebih mengutamakan kebutuhan pembalap ketimbang pembalap yang harus menyesuaikan diri dengan karakter ban Bridgestone. Namun Bridgestone tidak dapat memenuhi permintaan itu, karena untuk membuat ban dengan karakter yang sangat banyak untuk berbagai Riding Style pembalap itu tidaklah mungkin. Akhirnya setelah kontraknya habis dengan Dorna, Bridgestone memilih mundur di akhir musim balap 2015.
MotoGP 2016, Era Baru Michelin Di MotoGP
Perginya Bridgestone membuat Dorna harus berpikir cepat mencari penggantinya untuk balap di MotoGP. Dorna pun membuka tender kepada pabrikan ban yang berminat untuk mengisi slot kosong pemasok tunggal ban MotoGP yang ditingggalkan oleh Bridgestone. Sempat tersiar kabar bahwa Dunlop dan Pirelli akan menjadi pengganti Bridgestone untuk musim 2016.
Namun keduanya menolak mengikuti tender itu. Dunlop menyatakan bahwa mereka lebih ingin fokus pada kelas Moto2 dan Moto3 sebagai supplier ban. Sedangkan Pirelli tidak bersedia menjadi pemasok ban di MotoGP karena mereka telah lama berkecimpung dalam ajang World SuperBike (WSBK).
Direktur Motorsport Pirelli, Paul Hembery mengungkapkan bahwa tidak mungkin bagi mereka menyuplai ban untuk MotoGP dan WSBK secara bersamaan. Akhirnya Pirelli lebih memilih bertahan di World SuperBike daripada mencoba tantangan baru di MotoGP yang belum pasti keberhasilannya.
Mengetahui 2 pemasok ban besar itu menolak tawaran tender Dorna, Michelin mencoba ikut ambil bagian dan menawarkan diri untuk menerima tender dari Dorna tersebut. Dorna pun akhirnya menyetujuinya dan melanjutkannya dengan menjalin kerjasama kembali bersama Michelin
Mengingat produsen ban asal Perancis ini bukanlah supplier baru. Mereka pernah bekerjasama dan menjalin hubungan bisnis di masa lalu. Dan sejak 2016 era Michelin pun kembali dimulai hingga kini.
Tantangan Berarti Michelin Di MotoGP
Mendengar kabar bahwa Michelin akan comeback, beberapa pembalap MotoGP merasa khawatir dengan tingkat ketahanan Michelin untuk motor 1000cc yang sekarang semakin kencang. Mereka adalah para Late Braker yang telah terbiasa dengan ban depan Bridgestone yang memiliki cengkraman/grip kuat sehingga sangat cocok untuk Rider dengan gaya balap pengereman terlambat.
Mewakili suara para Late Braker Rider, Valentino Rossi pun sempat mengeluh tentang ban Michelin yang tak mampu bertahan hingga garis finish. Keluhan itu langsung ditanggapi manajer Michelin, Piero Taramasso. Menurutnya, Riding Style Rossi lah yang membuat ban cepat habis akibat selalu memberikan tekanan lebih dan membuat temperatur ban menjadi cepat panas.
Setelah Rossi, pembalap lain pun ikut mengeluh tentang hal yang sama. Teknisi Michelin, Nicola Goubert mengungkapkan bahwa para rider juga harus belajar dan membiasakan diri dengan pergantian ban. Menurutnya, tidak mungkin Michelin bisa menyesuaikan setiap Riding Style pembalap. Meski tidak mau disalahkan, Michelin ternyata juga berbenah dengan menciptakan kompon ban yang lebih nyaman untuk dikendarai.
Dan benar saja, usaha keras Michelin kini membuahkan hasil. Meski sempat diragukan pada 2016, Michelin berusaha memperbaiki kualitas ban mereka dari musim ke musim. Bahkan kini kontrak mereka resmi diperpanjang hingga 2026. Dalam kurun waktu 11 tahun itu, Michelin telah sukses membuktikan jika mereka juga layak menjadi pemasok tunggal ban MotoGP, melebihi Bridgestone yang menjadi pemasok tunggal ban MotoGP selama 7 tahun.