Ban atau roda adalah satu-satunya bagian dari motor yang bersentuhan dengan aspal, yang bertanggung jawab untuk menyediakan cengkraman yang diperlukan untuk mengerem, berakselerasi, dan mengambil tikungan dengan kecepatan yang tinggi.
Seperti yang kita semua tahu, pemilihan ban adalah salah satu poin penting dari balapan di MotoGP, dan ini adalah sesuatu yang diketahui oleh semua tim MotoGP dengan sangat baik. Michelin, yang hingga tahun 2023 akan tetap menjadi pemasok tunggal ban untuk kelas MotoGP, menyediakan pilihan jenis ban yang berbeda. Pilihan ini bervariasi tergantung pada sirkuit dan kondisi cuaca pada akhir pekan balap.
Sebanyak 22 ban dipasok ke setiap pembalap di setiap seri balapan. Ini terdiri dari 10 ban depan dan 12 ban belakang untuk kondisi kering. Selain itu, dari 22 ban tersebut, tim dapat memilih ban hingga tiga jenis ban berbeda, yang biasa disebut ban lunak, sedang, dan keras.
Jika pembalap berpartisipasi dalam dua sesi kualifikasi, satu set ban tambahan akan diberikan, sehingga melebihi batas yang ditetapkan.
Jika kondisinya hujan, pembalap akan mendapatkan satu set 13 ban khusus untuk trek basah. Ban basah ini memiliki tiga jenis yang berbeda untuk dipilih pembalap, dan terdiri dari enam ban depan dan tujuh ban belakang. Jika setidaknya empat sesi yang diadakan antara hari Jumat dan Sabtu dalam kondisi basah, satu set ban lagi akan dipasok ke semua pembalap.
Sebagai tambahan, tim MotoGP akan mendapatkan 120 ban yang tersedia per pembalap untuk sesi tes resmi yang dijadwalkan oleh Dorna.
Jenis ban yang diberikan pada pembalap dikategorikan menurut kekerasannya, dari ban lunak, sedang, dan keras untuk kondisi kering; dan ban ekstra lunak, lunak, dan sedang untuk hujan. Tentu saja, bahwa jenis ban dengan kekerasan berbeda ini, memiliki perbedaan dari satu trek ke trek yang lain, dan Michelin menganalisis data secara terperinci untuk memutuskan ban mana yang harus digunakan pada trek dan kondisi tertentu. Ini berarti bahwa jenis ban “sedang” pada satu sirkuit dapat dianggap sebagai ban “lunak” untuk sirkuit lain yang mempunyai karakter lebih agresif.
Michelin menyediakan ban dengan pola telapak asimetris untuk beberapa seri balapan. Ban asimetris memiliki tingkat kekerasan yang berbeda di setiap sisi ban. Ini berarti bahwa, di mana ada lebih banyak tikungan di salah satu sirkuit, maka ban itu akan dibuat lebih keras di salah satu sisinya, karena ban akan lebih banyak terpakai pada salah satu sisinya.
Pada bagian sisi ban memiliki barcode yang memberi tahu siapa pemilik ban tersebut, nomor seri dan data internal lainnya yang dapat digunakan pihak Michelin untuk melacak setiap ban. Karena Michelin sebagai pemasuk tunggal ban untuk MotoGP membutuhkan data data, untuk kemudian mereka gunakan sebagai bahan pengembangan dan penelitian teknologi ban mereka di masa depan
Kita juga bisa melihat garis berwarna pada ban. Ini biasanya menunjukkan jenis ban. Dengan ban kering, kita biasanya akan melihat garis putih jika itu ban lunak, warna kuning jika itu ban keras dan tidak ada garis berwana atau hitam itu adalah ban medium atau sedang. Untuk ban hujan, warnanya biru muda untuk ban ekstra lunak, biru tua untuk ban lunak, dan putih untuk ban medium.
Tim MotoGP harus menggunakan tekanan yang direkomendasikan oleh pihak Michelin, yang biasanya sekitar 2 bar untuk ban depan dan 1,8 bar untuk ban belakang. Tekanan ini dicapai dengan menggembungkan roda dengan udara kering, sehingga tekanannya tidak naik seiring dengan meningkatnya suhu.
Tekanan yang salah dapat menyebabkan berkurangnya stabilitas motor ketika digunakan di trek, dan itu membuat suhu ideal ban lebih sulit dicapai atau bahkan membuat suhu ban terlalu panas. Dan ketika suhu terlalu tinggi, cengkeraman ban malah bisa berkurang dan itu berbahaya.
Seperti kasus tim Avintia Ducati, pada 2016 lalu. Pada tes pramusim MotoGP di Sepang 2016 silam, terjadi kecelakaan karena ban motor pembalapnya saat itu, Loris Baz, meletus.
Berbicara tentang suhu, ban depan biasanya memiliki suhu di atas 100 ° Celsius, dan untuk ban belakang suhunya lebih dari 120 ° Celsius. Dan ban untuk kondisi basah, masing-masing suhunya 60 ° Celsius untuk ban depan dan 80 ° Celsius untuk ban belakang
.
Michelin menetapkan bahwa ban harus berada dalam alat penghangat ban selama setidaknya satu jam sebelum motor keluar di lintasan, bahkan Michelin merekomendasikan dua jam, untuk mencapai suhu 90 ° Celsius untuk kondisi kering dan 40 ° Celsius untuk ban hujan.
Seperti halnya rem karbon, ban balap membutuhkan suhu permukaan yang tinggi untuk bekerja dengan benar, sehingga pilihan ban yang salah bisa membuat hasil balapan menjadi buruk. Walaupun kondisi lintasan dan gaya berkendara dari pembalap juga merupakan faktor yang menentukan.
Teknisi Michelin bertanggung jawab untuk melakukan pengukuran suhu lintasan dan ban, agar memiliki semua data yang diperlukan untuk kinerja terbaik di lintasan. Pengukuran ini dilakukan dengan termometer tangan presisi tinggi pada tiga titik yang berbeda, dan kemudian menghitung rata-ratanya.
Ban, seperti yang kami sebutkan di awal, adalah satu-satunya bagian pada motor yang bersentuhan dengan permukaan lintasan, dan ini berarti bahwa semua kekuatan yang dihasilkan oleh mesin, rem dan pergerakan pembalap, disalurkan ke lintasan melalui kontak yang minim ini.
titik kontak yang kurang lebih setara dengan uang koin seribuan. Melalui area kecil ini, pembalap melepaskan semua tenaga mesin, kemudian melakukan pengereman secara berulang ulang. Sambil menahan kekuatan ini, ban juga harus mempertahankan bentuknya setiap saat tanpa merusak bentuk, inilah pentingnya tekanan ban yang sudah dijelaskan tadi.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan yang diterima oleh ban, selama akselerasi sepanjang lintasan lurus, ban belakang menopang lebih dari 224 kg, dan selama mengerem dengan keras ban menerima gaya gravitasi hingga 1,5 G, dan ban depan menopang berat lebih dari 254 kg.
Inilah yang terjadi pada ban MotoGP saat balapan berlangsung. Tidak mudah untuk mengelola ban dalam situasi yang begitu rumit, disinilah peran pembalap sangat diandalkan dalam mengelola ban saat balapan berlangsung. Pembalap yang cerdas pasti akan jeli memilih ban dan mengatur jalannya balapan dengan mempertimbangkan banyak faktor di lintasan .