MotoGP merupakan balap motor bergengsi yang senangtiasa mampu menghadirkan momen-momen mengagumkan dari aksi salip menyalip antar pembalap di lintasan. Dengan kuda besi 1000cc, para Rider saling berebut tempat terdepan untuk mampu menjadi pemenang dalam setiap race.
Motor yang digunakan para pembalap tersebut dikenal sebagai tunggangan yang eksklusif. Pasalnya, selain mampu melaju super kencang di trek, motor MotoGP juga dilengkapi berbagai teknologi dan fitur canggih dengan beragam fungsi, seperti peningkatan performa, stabilitas, kemampuan bermanuver dan tingkat keselamatan saat digunakan.
Dari masa ke masa, teknologi itu terus berkembang semakin canggih, hingga daya gunanya yang lebih efektif. Salah satu teknologi yang memegang peran penting dalam setiap balapan adalah pengereman. Ya, rem sangat dibutuhkan untuk kendaraan, termasuk motor di MotoGP. Tentunya rem yang dipakai tidak sama dengan motor konvensional produksi massal yang dijual bebas dipasaran.
Mengingat motor MotoGP adalah Prototype, dimana setiap partnya dibangun khusus oleh Pabrikan dan hanya dipakai untuk kepentingan balap saja. Bahkan semua part yang dipakai berasal dari bahan material terbaik yang harganya fantastis. Termasuk sistem pengereman motornya.
Seperti yang telah banyak diketahui para pecinta balap, bahwa MotoGP mempercayakan sistem pengereman mereka pada Brembo, produsen rem terbaik untuk kelas balap para raja. Selama bertahun-tahun, Brembo dan MotoGP telah menjalin ikatan yang erat dalam mendukung berlangsungnya balapan yang menarik dan telah berhasil meningkatkan keseruan race serta menjaga keselamatan pembalap di tikungan lewat fitur canggih yang mereka miliki.
Nah, berbicara tentang sistem pengereman, terbelsit sebuah pertanyaan besar dari para pecinta balap MotoGP. Apakah jenis sistem pengereman lain yang lebih aman seperti teknologi ABS dapat dipakai untuk MotoGP? Bisakah motor berkapasitas 1000cc itu menggunakan ABS?
Seberapa pentingkah ABS untuk menjaga keselamatan pengendara? Dan apa alasan MotoGP masih menggunakan sistem pengereman manual? Untuk menemukan jawabannya, mari kita simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
ABS (Anti-Lock Braking System)
Pernah mendengar istilah ABS? Bagi sebagian orang, ABS bukanlah hal yang asing, karena selalu berkaitan dengan keselamatan pengendara. ABS atau Anti-Lock Braking System adalah fitur keselamatan yang lazim digunakan untuk Off Road bike, Skuter dan Moped.
Seperti namanya, ABS berfungsi untuk mencegah terjadinya ban motor yang terkunci saat terjadi pengereman keras. ABS memiliki sensor yang dapat memantau pergerakan motor dan mengatur besaran tekanan yang dibutuhkan pada rem.
Cara Kerja ABS
ABS bekerja dengan sensor yang terdapat pada roda depan dan belakang motor. Sensor itu ditempatkan pada braket kecil yang terlihat diantara kaliper dan ujung Swing Arm. Saat terjadi pengereman, sensor itu akan mendeteksi setiap gejala yang muncul pada aktivitas ban.
Jika ditemukan kondisi ban terkunci akibat pengereman, maka ABS akan mengirimkan sinyal ke ECU dan memberi perintah untuk melepas tekanan yang cukup pada kaliper rem sehingga roda dapat berputar kembali. Tekanan pengereman akan dikurangi dan dirubah dari tekanan penuh menjadi tekanan berdenyut hingga 60 denyutan perdetik.
Siklusnya terjadi beberapa kali dalam 1 detik. Hal itu sangat krusial karena dalam kondisi ban terkunci, maka motor tidak dapat dibelokkan akibat ban yang berhenti berputar dan meningkatkan resiko keselamatan pembalap.
Keuntungan Menggunakan Sistem ABS
1. Jarak Pengereman Lebih Dekat
Salah satu keuntunggan memakai sitem ABS adalah berkurangnya jarak pengereman yang dibutuhkan karena Rider tidak perlu lagi memodulasi tekanan rem. Ketika mendapatkan informasi dari sensor kecepatan roda, unit ABS akan menyesuaikan tekanan dalam rem untuk menjaga ban tetap memiliki traksi sehingga dapat menghindari terjadinya tabrakan.
Ini dapat meningkatkan stabilitas selama pengereman, yang artinya jarak untuk berhenti dapat berkurang dengan adanya traksi lebih besar pada permukaan aspal. Tanpa ABS, Rider sebetulnya telah memiliki feeling pada motor dan dapat menentukan jarak pengereman terdekatnya.
Yang menjadi tanda tanya, bisakah itu dilakukan secara konsisten setiap kali pengereman? Kemungkinannya tidak. Dalam kondisi tertentu, misalnya dalam keadaan panik dan perlu menekan tuas rem dengan cepat dan dalam, ABS akan sangat berguna. Terutama jika berada dalam lintasan yang basah dimana grip lebih kecil daripada saat melintasi permukaan aspal yang kering.
Meningkatkan Kepercayaan Diri Di Tikungan
Lintasan yang dilalui seorang Rider terkadang tidak selamanya dalam kondisi yang baik. Bisa saja ada benda-benda yang ada di trek seperti puing-puing kecil yang bisa sangat beresiko ketika motor melibasnya. Dalam keadaan tersebut, ABS hadir dengan fitur Lean Sensitive yang memiliki kegunaan besar bagi pengendara.
Kebanyakan motor balap telah dilengkapi dengan IMU, yang bisa mendeteksi Pitch, Yaw dan Roll motor. Jika ditambah dengan C-ABS, maka ECU akan lebih mudah mengendalikan tekanan rem yang harus diterapkan disetiap titik kemiringan. Ini tentunya akan menambah rasa percaya diri Rider saat menikung, karena mereka akan merasa lebih aman dengan sistem kerja ABS di tikungan.
Kendali Motor Lebih Baik
Saat ban motor terkunci, Rider tidak lagi memiliki input pada kemudi motor. Yang artinya, motor tidak dapat dibelokkan lagi. Ini akan sangat berbahaya, sebab dapat terjadi Crash yang tidak diinginkan dan pembalap rentan mengalami cidera saat itu terjadi.
Karena ABS secara cepat mengatur tekanan pada roda motor, alhasil ban masih tetap berputar ketika Rider melakukan pengereman. Putaran ban tersebut memberikan waktu bagi Rider untuk bisa bereaksi dengan mengubah arah secara cepat dengan refleks mengelak dari benturan dengan motor di depannya atau dari sudut kemiringan yang membahayakannya.
Dengan banyaknya manfaat yang didapat dari sistem pengereman ABS, apakah sistem tersebut dapat dipakai untuk kelas balap MotoGP? Secara mengejutkan, rupanya kecanggihan ABS itu tidak bisa digunakan pada ajang balap MotoGP, dikarenakan oleh beberapa alasan mendasar. Apa itu?
1. Terbentur Oleh Aturan Dari FIM
FIM sebagai organisasi tertinggi yang mengatur regulasi balap internasional telah melarang penggunaan ABS, seperti yang tertuang dalam poin ke 5 regulasi terkait pemakaian rem yang dibolehkan untuk balap.
ABS tidak diizinkan pemakaiannya karena menurut FIM World Championship Grand Prix Regulations, pengereman harus dilakukan dan dikendalikan secara manual oleh pembalap tanpa adanya teknologi yang secara langsung mengintervensi kinerja pengereman.
Hal itu diperkuat dengan penuturan insinyur Brembo, Lorenzo Bortolozzo kepada Cycle World yang mengungkapkan jika fitur rem ABS sangat tidak cocok digunakan untuk balap MotoGP dan lebih tepat dipakai untuk motor yang biasa dipakai pada jalan raya sebagai fitur keselamatan.
2. Tidak Dibutuhkan Pembalap MotoGP
Pembalap MotoGP telah memiliki pengetahuan luas seputar sirkuit dan cara balap. Mereka memahami betul bagaimana berkendara dengan baik, termasuk juga saat melakukan pengereman. Para Rider sudah hafal dimana Braking Zone dan seberapa jauh jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan motor lewat feeling yang terasah dari banyaknya race yang mereka ikuti selama karir balap professionalnya.
Bahkan mereka tidak memerlukan teknologi tambahan seperti ABS untuk bisa mengerem dengan tepat dengan jarak yang lebih pendek di tikungan. ABS justru akan membatasi kemampuan mereka dalam menentukan titik pengereman sesuai intuisi balapnya.
3. Mengurangi Keseruan Duel Antar Pembalap
Dengan adanya ABS, pembalap akan kesulitan ketika akan melakukan Hard Brake dan Late Brake, karena ABS dirancang untuk mengukur jarak pengereman dan tekanan pada putaran ban, maka yang terjadi adalah munculnya hasil pengereman yang konstan dan selalu sama disetiap tikungan.
Apakah itu baik? Jelas tidak, sebab itu akan membuat balapan monoton dan mengurangi keseruannya serta terkesan tidak alami. Balapan yang sebenarnya adalah dimana pembalap mengerem dengan skill dan feelingnya sendiri. Itu mungkin akan tidak selalu sama di setiap tikungan, namun disitulah letak keseruan balapannya.
Pembalap mungkin melakukan kesalahan dan akan memperbaikinya di tikungan-tikungan berikutnya. Itu akan menjadi balapan yang natural, bukan balapan sempurna yang diatur selalu tepat dan konsisten diatur teknologi. Terlebih lagi, saat terjadi Late Braking dimana pembalap harus memiliki kendali motornya secara penuh.
Jika menggunakan ABS, motor akan tetap melaju saat pengereman karena fokus ABS adalah untuk menjaga ban tetap berputar, sedangkan yang diinginkan pembalap adalah motor berhenti penuh. Karena jika tidak, mereka justru bisa menabrak motor pembalap lainnya akibat pergerakan motor yang sulit diprediksi.
4. Pertimbangan Biaya Dan Bobot Motor
Tidak dapat disangkal bahwa penambahan teknologi baru pada motor dapat mempengaruhi banyak aspek. Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk menambahkan teknologi itu, seperti biaya yang dibutuhkan dan pengaruh lainnya pada motor.
Jika menggunakan ABS, maka bobot motor secara otomatis akan bertambah untuk memasang perangkat ABS pada motor. Sementara FIM telah mengatur bobot minimal motor dan para insinyur balap juga telah mengkalkukasi bobot motor idealnya untuk mendapatkan kecepatan yang lebih tinggi.
Sedikit saja bobot bertambah, itu dapat berpengaruh signifikan pada seberapa kencang laju motor di lintasan. Mereka harus memikirkan bagaimana caranya agar perangkat baru itu tidak membebani motor terlalu banyak. Selain itu biaya yang dibutuhkan akan meningkat, terutama untuk melakukan riset dan pengujian para rem ABS jika diterapkan untuk motor MotoGP.
Sementara daya guna ABS sendiri sebenarnya tidak terlalu penting untuk MotoGP. Jadi untuk apa harus memakai teknologi baru yang memakan biaya, sedangkan pengaruhnya tidak terlalu diperlukan para pembalap? Itulah alasan mengapa sampai saat ini para tim balap tidak tertarik menggunakan ABS, sekalipun jika FIM memperbolehkannya.
Tanpa ABS MotoGP Sudah Pakai Traction Control
Alih-alih menggunakan ABS, MotoGP sebetulnya telah memiliki teknologi yang lebih dibutuhkan para Rider. Apa itu? Traction Control. Ya, Traction Control dinilai banyak pihak lebih cocok untuk MotoGP dibandingkan pengereman ABS. Meskipun sebagian pembalap juga ada yang kurang menyukainya.
Namun demi alasan keselamatan di era 1000cc, maka keberadaannya sangat dibutuhkan. Traction Control dapat dikendalikan dengan 3 cara: memperlambat pengapian, mematikan pengapian dan menutup gas. Traction Control memang dapat dirasakan langsung dampaknya bagi keselamatan pembalap, khususnya untuk mengurangi Highside.
Apa Itu Kontrol Traksi (Traction Control)?
Traction Control adalah perangkat pada motor yang berguna untuk mengurangi momentum merugikan yang terjadi pada motor dengan membatasi putaran mesin. Pembatasan itu dapat mempengaruhi mesin dengan memperlambat atau mematikan pengapian sesaat.
Traction Control efektif untuk menghentikan putaran ban agar tidak terjadi selip, namun dapat mengurangi tenaga mesin hingga motor menjadi lambat pada momen tertentu. Dikutip dari One Stop Racing, Traction Control merupakan sistem sensor yang akan menjaga grip ban dengan aspal lewat cara yang unik.
Cara kerja TC dimulai dari ketika motor memasuki tikungan, Inertial Mesurement Unit (IMU) akan mengukur sudut kerebahan motor. Di saat yang bersamaan juga akan ada sensor lain yang mengukur putaran ban belakang.
Saat putaran ban belakang melebihi putaran ban depan, dengan kata lain ban belakang kehilangan grip, sensor ini akan mengirimkan pesan pada sistem TC untuk melakukan tindakan antisipatif dengan memotong tenaga yang disalurkan mesin ke ban belakang.
Pemotongan tenaga ini dilakukan dengan tiga pilihan tindakan, yakni mematikan salah satu silinder mesin, menutup tarikan gas elektronik, atau menurunkan timing pengapian. Alhasil, ban belakang yang kehilangan tenaga pun akan kembali pada gripnya.