Motogp memang sarangnya rider-rider Eropa terutama Spanyol dan Italia. Selain Eropa, di masa lalu Motogp juga pernah dikuasai oleh rider-rider Amerika dan Australia.
Walau belum ada satupun pembalapnya yang bisa menjadi juara dunia di kelas premier GP500 atau Motogp, namun Jepang sering menjadi representasi Asia di kancah Motogp.
Takazumi Katayama adalah pembalap Jepang pertama yang bisa meraih gelar juara dunia di Motogp, tepatnya di GP350 tahun 1977.
Seperti apa perjalanan Katayama? Mari kita Simak!
Awal Karir
Takazumi Katayama lahir di daerah Kobe Jepang pada 16 April 1951 dari pasangan Jepang-Korea.
Pada saat umurnya 16 tahun, sesudah mendapatkan surat izin mengemudi Katayama mengikuti kelas balap motor amatir dengan Honda CB450.
Memasuki umur 18 tahun, Katayama akhirnya memutuska untuk menjadi professional. Awalnya ingin menembus Formula One, namun karena saran dari kakeknya, Katayama lalu tetap membalap motor.
Sesudah debut di Japanese Junior Championship pada 1969, Katayama berhasil meraih gelar kelas 125cc pada 1971, kelas 250cc pada 1972 dan kelas 350cc pada 1973.
Yamaha akhirnya merekrut Katayama sebagai test rider dan pada 1974, Yamaha memberikan motor TZ250 untuk Katayama pakai di GP250.
Debut Kejuaraan Dunia
Katayama membalap untuk Yamaha di kelas GP250 sejak balapan ketiga di Belanda. Lagi-lagi, Katayama langsung menjadi sensasi.
Dia bisa langsung menembus peringkat tiga besar pada saat sesi latihan bebas GP Belanda. Prestasi yang menganggumkan mengingat Katayama belum pernah membalap di sana.
Sayang pada saat balapan Katayama harus mundur karean kerusakan rem belakang. Sebelum kembali ke pit, Katayama sedang berada di posisi dua dan sedang memperebutkan kemenangan.
Pada balapan selanjutnya di GP Belgia, Katayama berhasil finish di posisi tiga dan berhasil merebut podium pertamanya di kejuaraan dunia.
Katayama semakin menjadi sensasi dengan memenangkan GP Swedia, Katayama berhasil mengalahkan unggulan GP250 waktu itu yakni Walter Vila dan Patrick Pons.
Membalap Tanpa Mekanik
Meskipun Yamaha memberikan kesempatan pada Katayama untuk membalap di GP250, namun Yamaha hanya memberikan dukungan terbatas pada Katayama.
Karena pada tahun itu, Yamaha mulai mengalihkan fokus mereka untuk memenangkan kelas GP500, semua mekanik dan insinyur mereka di tarik ke GP500. Hal ini membuat Katayama bahkan harus membalap tanpa mekanik.
Katayama menyetting dan mempersiapkan motornya sendiri selama gelaran GP250 musim 1974.
Ditambah waktu itu Katayama adalah satu-satunya pembalap Jepang di lintasan GP250, dan bagi seorang debutan, situasi ini sangat menyulitkan Katayama.
Beruntung, Kent Anderson yang merupakan juara bertahan GP250 dan juga menunggang Yamaha, memberikan Katayama banyak bantuan dalam menyetting motor.
Anderson bahkan sampai meminjamkan salah satu mekaniknya untuk Katayama memasang ban supaya lebih cepat.
Berkat Anderson, Katayama bisa tampil cukup kompetitif musim itu.
Sayang, karena insiden pemukulan di GP Spanyol, Yamaha tidak memperpanjang kontrak Katayama lagi pada 1975.
Katayama lalu mencoba membalap di Amerika Serikat pada 1975 namun tidak sukses.
Kembali Ke Kejuaraan Dunia
Agar bisa kembali ke kejuaraan dunia, Katayama butuh bantuan dari pabrikan. Yamaha Jepang tidak mau menyewakan Katayama TZ250 karena kelakukan Katayama pada GP Spanyol 1974.
Katayama sempat memikirkan untuk berhenti balapan karena hampir tidak mendapatkan bantuan sponsor.
Beruntung, Chas Mortimer yang merupakan pembalap dari Swedia melihat bakat Katayama pada musim 1974, dan merasa sayang kalau Katayama tidak diberikan kesempatan kedua.
Mortimer lalu menyewakan satu TZ250 spek privateer untuk Katayama. Selain TZ250, Mortimer juga memberikan Katayama kesempatan untuk membalap di kelas 350cc.
Di kelas 250, dengan motor dan team yang seadanya. Katayama berhasil tampil sangat baik. Satu kemenangan dan lima podium dari 10 balapan, Katayama sukses menduduki peringkat runner up, di belakang pembalap Italia Walter Villa.
Di kelas 350, Katayama berhasil mendapat satu podium dan duduk di peringkat tujuh klasemen akhir.
Pada musim 1976 juga, Katayama diberikan kesempatan untuk tampil di kelas 500cc dengan finish ke empat di Isle of Man TT menjadi hasil terbaik Katayama di GP500.
Prestasi Katayama membuat Yamaha Eropa tertarik untuk merekrutnya untuk membalap di kelas GP250 dan GP350 pada musim 1977.
Musim 1977 sendiri akan menjadi musim terbaik Katayama sepanjang karirnya, dimana Katayama akan menunggang Yamaha TZ350D tiga silinder segaris yang diberi julukan ‘Sankito’
Merebut Gelar Bersama TZ350D Sankito
Tadinya Katayama akan turun di kelas 250 dan 350 bersama Yamaha Eropa dan kelas 500 bersama Heron Suzuki.
Namun ternayata Suzuki tidak memiliki cukup dana untuk memboyong Katayama. Katayama tetap tampil pada dua balapan GP500 musim 1977 bersama Yamaha Eropa.
TZ350D triple atau dikenal dengan nickname ‘Sankito’ menghasilkan tenaga 15HP lebih besar daripada TZ350 twin regular, dan itu membuat Katayama melenggang bebas di puncak.
Katayama berhasil mendominasi musim dengan lima kemenangan dari 11 seri dan berhasil menjadi juara dunia kelas GP350 musim 1977.
Hasil ini membuat Katayama menjadi pembalap Jepang sekaligus menjadi pembalap Asia pertama yang bisa memenangkan gelar di gelaran GP500.
Sementara itu, Katayama juga meraih hasil cukup baik di kelas GP250, Katayama memenangkan satu balapan dan berhasil memperoleh dua podium yang mengantarkannya duduk diperingkat empat klasemen akhir GP250 musim itu.
Title Defence
Kendati memenangkan gelar dengan TZ350D, namun team pusat Jepang nampak tidak tertarik mengembangkan lebih lanjut TZ350D ini.
Alasannya karena Yamaha Jepang merasa TZ350 twin sudah cukup untuk merebut gelar juara dunia.
Permainan politik ini membuat Yamaha Eropa tidak bisa mengembangkan TZ350D lagi karena tidak lagi disupport oleh part dari Yamaha Jepang. Katayama terpaksa memakai TZ350 twin regular.
Sebagai hadiah dari gelar musim 1977, Yamaha Eropa menyewakan YZR500 untuk Katayama. Menjadikan musim 1978 sebagai musim pertama Katayama membalap di kelas 500 secara full.
Menggunakan TZ350 twin, Katayama berhasil memenangkan dua balapan di GP350. Namun Kalah dari jagoan Kawasaki, Kork Ballington.
Katayama harus puas menjadi runner up GP350 musim 1978.
Sementara di GP500, Katayama berhasil duduk diperingkat lima klasemen akhir dengan tiga podium.
Direkrut Honda untuk Mengembangkan NR500
Setelah musim 1978, Katayama menerima tawaran dari Honda untuk mengembangkan motor baru mereka di GP500.
Honda yang sebelumnya mundur dari GP500 pada 1965 memutuskan untuk kembali ke GP500 menggunakan motor empat tak yang menjadi ciri khas mereka.
Katayama kemudian memimpin pengembangan motor NR500 empat tak Honda. Sudah jadi rahasia umum seberapa kompleks dan over engineering-nya motor Honda satu itu.
Honda-san yang keras kepala ingin turun dengan mesin empat tak membuat hidup Katayama tidak mudah.
Musim 1979, Katayama dan Mick Grant membawa prototype NR500 membalap di Silverstone dan Le Mans. Pada dua balapan itu Katayama dan Grant sama-sama tidak finish karena permasalahan motor.
Musim 1980, selain tetap mengembangkan NR500 sesekali Katayama turun dengan motor Suzuki RG500 dari team privateer.
Katayama melakoni tiga balapan dengan RG500, dimana pada tiga kesempatan itu Katayama mengemas 18 poin. Sementara Katayama juga kembali turun dengan NR500 pada tiga balapan.
Pada tiga balapan dengan NR500, Katayama juga tidak bisa mencetak poin.
Agak Menyesal Bergabung dengan Honda
Katayama mengakui pada 1981 kalau dia bergabung dengan Honda karena Honda menjanjikan bahwa NR500 akan bisa membawanya menjadi juara dunia.
Namun kenyataannya NR500 penuh dengan masalah yang tidak kunjung selesai. Hal ini membuat Katayama agak menyesal bergabung dengan Honda.
Dia bilang mungkin saja kalau dia menerima tawaran team privateer Suzuki, dia bisa menjadi juara dunia atau setidaknya bertarung untuk gelar.
Pada 1981, NR500 lagi-lagi tidka bisa mencetak poin.
Honda NS500 dan Mulai Kompetitif
Katayama mulai bisa tampil kompetitif lagi setelah Honda menghentikan project NR500 dan beralih ke NS500.
NS500 adalah motor dua tak pertama Honda bermesin tiga silinder V engine yang terinspirasi dari motor GP350.
Punya karakter mirip dengan motor GP350, Katayama mulai kembali kompetitif di lintasan.
Pada 1982, Katayama mulai konsisten mencetak poin bahkan bisa kembali memenangkan balapan. Katayama memenangkan GP Swedia di kelas 500.
Kemenangan itu menjadi kemenangan pertama Katayama sejak 1978. Musim 1982 Katayama duduk di peringkat tujuh.
Kemudian pada 1983, Katayama kembali tampil konsisten. Meski tidak meraih kemenangan seperti musim sebelumnya, Katayama berhasil mengumpulkan empat podium dan finish di posisi lima klasemen akhir.
Crash dan Pensiun
Pada akhir musim 1983 saat mengetes NS500 terbaru, Katayama mengalami crash yang cukup parah di Italia.
Hal ini membuat Katayama harus menjalani operasi dan tidak bisa turun sampai akhir musim 1984.
Musim 1985 menjadi musim terakhir Katayama membalap di kejuaraan dunia. Performanya tidak bisa pulih dari cedera membuat Katayama akhirnya memutuskan untuk pensiun pada akhir musim 1985.
Setelah Pensiun
Pada saat gempa dan tsunami di Fukushima 2011, Katayama melihat banyak jalan yang rusak dan membuat mobil bantuan pertolongan tidak bisa menjangkau banyak daerah.
Katayama lalu berinisiatif membuat Bikers Emergency Response Team atau disingkat BERT. Mengandalkan beberapa koneksi masa lalu, Katayama berhasil mendapatkan beberapa motor yang digunakan oleh BERT ini.
Rider-rider lokal Fukushima dan beberapa penghobi motor membantu Katayama mengoperasikan BERT ini.
BERT bertugas membantu evakuasi korban menggunakan motor di daerah-daerah yang benar-benar tidak bisa dilalui mobil.
BERT juga membantu pengiriman logistic dan bantuan untuk anak-anak kecil di Fukushima. BERT juga memberikan bantuan kepada pemilik-pemilik rumah untuk mengantarkan mereka kembali ke rumah.
Berkat BERT buatan Katayama ini, penanganan bencana Fukushima bisa langsung menjangkau daerah-daerah terpencil yang rusak berat.