
Sebagai ‘embahnya’ teknologi transportasi, Formula 1 selalu menemukan hal-hal baru. Dari tahun ke tahun Formula 1 hampir selalu memberikan sumbangsih untuk perkembangan teknologi di bidang transportasi. Paddle shift, ABS, dan DRS adalah sedikit diantara ratusan penemuan di ajang yang sangat mevvah ini.
Bahkan ada teknologi yang sudah ditemukan puluhan tahun silam, dan baru digunakan akhir-akhir ini pada mobil produksi masal, itu pun hanya untuk mobil tertentu yang notabene mewah.
Kenapa? karena saking canggih dan mewahnya teknologi tersebut.
Ambil contoh suspensi aktif yang dikontrol oleh komputer.
Yup, teknologi ini sudah ada sejak tahun 80an. Pertama kali sistem ini didevelop oleh tim Lotus-nya Colin Chapman. Dengan suspensi aktif, grip atau daya cengkeram masih terjaga dengan bagus karena kemampuan suspensi mengontrol ketinggian mobil di atas permukaan aspal trek, sekalipun melewati jalan bergelombang.
Pengaplikasiannya pada mobil Formula 1 adalah dengan cara mengganti pegas dan shockbreaker dengan perangkat yang dinamakan aktuator hidraulis atau elektro magnet.
Perbedaan mendasar pada suspensi konvensional adalah, sistem aksi reaksi dimana permukaan jalan mendorong roda keatas dan pegas mendorong ke bawah untuk mempertahanan keseimbangan beban pada mobil.
Sedangkan pada suspensi aktif, perangkat aktuator mengontrol posisi ( sudut) roda serta secara aktif mengangkat roda jika bertemu dengan kondisi permukaan trek yang bergelombang, dan atau mendorong kearah sebaliknya/bawah jika bertemu dengan permukaan cekung pada lintasan, sehingga mampu menjaga sasis/body mobil pada posisi yang tetap balance.
Walhasil, mobil akan tetap stabil di segala kondisi jalan. Melibas tikungan pun akan tetap mantap.
Pada jalan bergelombang, suspensi aktif mampu mengatur tingkat kekerasan peredaman pada roda, sehingga keempat roda bisa tetap terjaga daya cengkeramnya.
Di Lotus, ini merupakan puncak teknologi tertinggi yang bisa dicapai era itu kepemilikan Colin Chapman. Mungkin Colin Chapman tidak tahu, bahwa puluhan tahun kemudian banyak mobil masal mewah mengadopsi sistem suspensi ini.
Penemuan suspensi aktif ini adalah jawaban tim Lotus tentang pelarangan side skirt dan pembatasan tinggi kendaraan ( Ground Clearance) yang terbatas hanya 6 cm dari permukaan aspal. Tentu saja hal ini akan menjadi masalah besar buat menuntaskan persoalan down force. Karena saat itu side skirtlah yang menjadi senjata dari permasalahan persoalan gaya tekan ke bawah atau downforce.
Side skirt menghasilkan ground effect, ground effect menghasilkan downforce, begitu runutannya. Dengan downforce maksimal, mobil akan sangat stabil. Terutama ketika dipacu di tikungan. Ketika keberadaannya dilarang, tentu saja akan membuat Lotus dan kebanyakan Tim waktu itu kelimpungan.
Lotus akhirnya ‘bermanuver’, mencari cara buat persoalan ground effect.
Lalu mulailah mereka bereksperimen dengan suspensi aktif yang dikontrol secara elektronik. Walau itu pilihan mahal, setidaknya jauh lebih mahal dari side skirt, tapi tidak ada jalan lain bagi Lotus untuk bisa menghasilkan mobil yang kompetitif.
Lotus dengan suspensi aktif pertama adalah pada tahun 1983 pada mobil Lotus 92. Tapi Lotus belum bisa menghasilkan performa seperti yang diinginkan. Dua pembalapnya, Elio de Angelis dan Nigel Mansell tak bisa menghasilkan poin barang satu pun!
Mansel yang notabene pembalap pertama yang mengemudikan mobil bersuspensi aktif justru kesulitan dan menyebabkan terkikisnya kepercayaan diri pembalap Inggris itu.
Lotus 99T yang digeber Ayrton Senna lah yang membuahkan prestasi. Boleh dibilang, inilah debut paling sukses Lotus pada pengaplikasian suspensi aktif. Dalam 16 race, Senna berhasil naik podium 8 kali, dan kemenangan dua kali.
Selanjutnya pada awal tahun 1990 an ada tim lain yang mengembangkan suspensi aktif. Tim itu adalah Williams Renault yang memulai riset pada tahun 1991. Walau sama-sama suspensi aktif, tentu Williams melakukannya dengan cara sedikit beda dengan Lotus.
Mengawali pengembangan pada tahun 1991, Williams dengan mesin Renault langsung dominan di tahun berikutnya.
Nigel Mansel, artis lintasan asal Inggris itu memenangkan 5 seri pertama musim itu.
McLaren yang tahun sebelumnya, selama tiga musim berturut-turut dominan, ngerasa kebobolan di musim 1992.
Mobil biru Williams bermesin Renault seolah tak terbendung dan jaminan kemenangan, atau paling tidak menempati pole pada hampir tiap balapan.
Sasis Williams F14B dipadu mesin Renault RS 3C, dilengkapi suspensi aktif, seolah langkah Andrian Newey, sang desainer untuk menari bersama teknologi!
Newey yang tergolong ‘Anak baru’ di Williams ( masuk pada Maret 1990) langsung menunjukkan taringnya.
Perpaduan sasis, mesin, serta pembalap seolah menjadi paket yang sangat tepat untuk teknologi suspensi aktif.
Akhirnya musim 1992 diakhiri dengan kemenangan manis buat Williams. Mansel meraih gelar juara dunia pertama, sekaligus mengantarkan Williams merebut juara konstruktor.
9 kemenangan, 3 kali podium 2, menghasilkan 110 poin. Angka ini terpaut jauh dengan juara 2, Ricardo Patresse yang notabene rekan satu tim di Williams.
Tapi rupanya tahun itu tahun terakhir penggunaan suspensi aktif.
Alasannya utama yang dilontarkan terkait pelarangan itu adalah biaya pengembangan suspensi yang mahal. Tidak semua tim bisa melakukan langkah yang sama dengan yang dilakukan Williams, dan pernah dilakukan Lotus.
Sebagai info tambahan, Williams FW14B adalah salah satu mobil dengan biaya pengembangan paling mahal. Salah satu sebabnya karena pengembangan suspensi aktif, selain teknologi lain seperti ABS ( Anti Lock Braking System) dan kontrol traksi.
Hal lain adalah, suspensi aktif adalah alat bantu yang akan mengurangi penggunaan kemampuan fundamental pilot jet darat dalam hal pengendalian mobil.
Oke, itu dua alasan pertama. Tapi seperti cerita khas di Formula 1, ada pula unsur politik ikut bermain disini.
Bisa jadi, kalau waktu itu Williams masih menggunakan suspensi aktif, tentu tak akan terjadi tragedi Imola 1 Mei 1994 yang berakibat pada tewasnya Ayton Senna da Silva. Tentu saja semua tak terlepas soal takdir ya.
Toh paska pelarangan, keberadaan suspensi aktif ini menjadi sumbangsih tersendiri di dunia otomotif. Banyak mobil masal yang mengadopsi suspensi canggih ini. Kemampuannya menyesuakian dengan kondisi jalan sangat membantu mengendalikan mobil.
Tentu saja semakin hari suspensi aktif ini di rancang semakin canggih.
Sampai puluhan tahun kemudian banyak desas-desus yang menyoal dikembalikannya suspensi aktif dikancah Formula 1.
Tak lain karena isu propoising yang akan jadi fenomena mobil memantul keatas dan kebawah akibat gaya angkat yang dikarenakan aliran udara yang datang dan menyebabkan osilasi naik turun dalam kendaraan.
Ini adalah dampak dari diterapkaknya kembali aerodinamika gaya ground effect.
Fenomena seperti ini bisa diselesaikan dengan cara penggunaan suspensi aktif. Sementara belum ada tanda-tanda bahwa suspensi aktif di perbolehkan untuk musim ini.
Lalu, selanjutnya bagaimana?