
Tahun sembilan puluhan masyarakat Indonesia mempunyai satu kebanggaan baru, yaitu sirkuit Sentul. Tentu saja ini kabar yang sangat menggembirakan, terutama buat pecinta olahraga otomotif. Bagaimana tidak, saat itu Sentul menjadi sirkuit yang rencananya akan digunakan sebagai ajang balapan Formula 1. Tentu saja kita dibuat bangga, mengingat di Asia, saat itu baru Jepang saja yang punya sirkuit yang layak dan masuk kalender balap Formula 1.
Apalagi era itu merupakan masa dimana menjadi puncak kejayaan motorsport di seluruh dunia, termasuk tanah air. Bisa dimaklumi, tahun segitu banyak bermunculan berbagai teknologi baru dunia balap. Apalagi peraturan tentang sponsorship juga belum seketat sekarang. Sponsor rokok misalnya, yang dulu masih leluasa menggelontorkan dana untuk tim-tim yang di support.
Dunia balap tanah air pun saat itu semarak. Berbagai ajang balap boleh dikata terselenggara secara rutin. Baik balap motor atau mobil. Berbagai ajang di helat di tanah air.
Sedangkan saat itu sirkuit yang yang ada di tanah air hanya beberapa saja. Itupun yang paling bagus cuma di Jakarta , dan sudah mulai usang, yaitu Sirkuit Jaya Ancol. Malaysia saat itu sudah punya Sirkuit bertaraf internasional dan layak dipakai balap motor GP500 .
Seiring dengan perkembangan dunia motorsport tanah air dan usulan berbagai insan otomotif, digagas lah pembangunan Sirkuit bertaraf Internasional, Sentul.
Berbagai sumber menyebut bahwa ide dan gagasan pembangunan sirkuit adalah Tommy Soeharto. Tapi ada beberapa versi yang layak dipercaya, bahwa sebetulnya Tinton Soeprapto lah yang pertama kali mengajukan proposal ke Tommy untuk membangun sebuah sirkuit.
Sedikit info, Tinton Suprapto adalah seorang pembalap senior saat itu. Tinton bukan orang sembarangan di dunia otomotif tanah air. Kiprah balapnya bahkan sampai sempat mengikuti Rally Paris Dakar, sebuah ajang Rally terganas di dunia saat itu.
Selain itu, Tinton sebelumnya juga pernah dipercaya oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali sadikin, untuk menjadi duta sirkuit Ancol sejak era tujuh puluhan.
Berdasarkan hal itu, masih menurut sumber yang pernah kami dapat pada tahun sembilan puluhan, Tinton akhirnya berhasil meyakinkan Tommy untuk pembangunan Sirkuit Sentul.
Sirkuit Sentul akhirnya dibangun di atas lahan pegunungan dengan total luas area 75 hektar. Menurut laporan Tempo, pembangunan Sirkuit Sentul menelan biaya sebesar Rp 120 miliar. Sirkuit ini memiliki panjang total mencapai 4,12 kilometer dengan 11 tikungan.

Satu hal mendasar yang membedakan Sirkuit Ancol dan Sentul adalah soal letak geografis pemerintahan, kalau Ancol ada dalam wilayah DKI Jakarta, sedangkan Sentul ada di Kabupaten Bogor, tepatnya di KM 42 tol Jagorawi. Dengan akses tak jauh dari pintu Tol Jagorawi, tentu Sentul tempatnya sangat strategis, gampang dijangkau dari Ibukota.
Tentu saja secara teknis, lahan ini jauh lebih luas dan layak dijadikan sebuah sirkuit ketimbang sirkuit Ancol yang memiliki luas area hanya 40 Hektar. Kendati demikian, untuk panjang trek secara keseluruhan, tak jauh beda. Kalau Sentul punya panjang 4,12 kilometer, maka Ancol punya panjang total 3,95 Kilometer.
Kalau dilihat dari rentang panjangnya, sirkuit sentul ini boleh dikatakan mirip-mirip atau setara dengan sirkuit Estoril yang ada di portugal yang memiliki rentang panjang 4,182 kilometer. Kalau dibandingkan lagi dengan sirkuit yang dimiliki Malaysia saat itu, yaitu Shah alam, maka Sentul lebih panjang 1 kilometer lebih, saat itu Shah Alam cuma sepanjang 3,693 kilometer.

Untuk desainer sirkuit, tidak diketahui secara spesifik, tapi Tommy Soeharto selaku kepala tim pembangunan mengatakan kepada tabloid Otomotif terbitan Edisi 27 tahun 1991, bahwa layout dan desain digarap oleh tenaga-tenaga ahli dari FIA dan FISA, tentu saja desain awal disesuaikan dengan kondisi permukaan tanah.
Secara karakter, Sentul adalah jenis sirkuit stop and go. Mayoritas trek sentul adalah trek lurus, dengan lintasan lurus terpanjang 900 meter. Gaya Fast and Go dalam arti, sewaktu para pembalap di lintasan lurus bisa menekan gas penuh sebelum akhirnya ketemu tikungan patah dan memaksa pembalap melakukan pengereman selambat mungkin, sebelum akhirnya harus menekan gas lagi.
Di semua bagian, hampir tidak ada bagian fast cornering atau tikungan cepat. Semua tikungan yang disajikan dalam bentuk tikungan lambat.
Pada masa lalu, sirkuit Sentul juga turut mendongkrak perekonomian warga sekitar.
Bagaimana tidak, sejak sirkuit Sentul di bangun, turut dibangun pula berbagai fasilitas pendukung seperti misalnya hotel-hotel berbintang dengan taraf internasional. Para investor berdatangan menanamkan modalnya untuk meraup cuan di sekitaran sirkuit. Tentu saja warga sekitar juga kecipratan rezeki.
Faktor eksternal lain yang turut serta membantu mendukung pembangunan Sirkuit Sentul adalah dibangunnya beberapa Bungalow, lapangan Golf bertaraf internasional, restoran yang bertebaran, serta pusat rekreasi.
Untuk fasilitas pendukung internal yang tersedia adalah, paddock yang di dalamnya terdapat SPBU, menara kontrol,sub stand, lahan parkir, serta pembangkit listrik, baik dari PLN maupun daya cadangan berupa genset untuk antisipasi pemadaman listrik.
Di segmen scrutineering terdapat pula helipad, room media and press center, victory tower, water storage atau untuk penampungan air, serta suites.
Untuk ruang istirahat pembalap difasilitasi pula dengan pos security, cottage, parkir VIP serta fasilitas kesehatan.
Untuk Pit, terdapat 50 pitstop, serta dua tribun duduk tertutup yang secara total seluruhnya bisa menampung 100 ribu pengunjung . Sedangkan untuk lebar lintasan adalah 15 meter, dengan aspal jenis porus setebal 9 sentimeter untuk melapisi permukaan lintasan, dengan sudut kemiringan lintasan sebesar 3 derajat.
Untuk awal rencana pembangunan, banyak versi yang menyebut. Ada sebuah sumber bahwa Sirkuit Sentul sudah mulai direncanakan pada tahun 1986, Tapi karena kesulitan sponsor, akhirnya pembangunan baru bisa dilaksanakan pada tahun 1990. Serta ground breaking secara resmi adalah januari tahun 1992.
Dan pada akhirnya Sirkuit Sentul selesai dikerjakan sebesar 80 persen dan dibuka secara resmi pada tahun 1993, tepatnya Minggu pada tanggal 22 agustus.

Walaupun baru 80 persen, toh waktu itu Sentul sudah berani menghelat balapan Indonesian Grand prix 1993 atau yang sering disebut Formula Brabham, tepat di hari diresmikannya sirkuit yang dulu jadi kebanggaan warga Indonesia ini. Itulah momen bersejarah, terutama bagi insan otomotif tanah air.
Namun, meskipun diharapkan untuk bisa masuk kalender Formula 1, tentu saja tidak semudah itu bagi Sentul untuk memperoleh standar kelayakan supaya bisa menyelenggarakan balapan yang bagai sirkus termahal tersebut.
Tak lain adalah keluhan beberapa pembalap tentang kondisi sirkuit Sentul saat itu. Banyak pasir dan debu yang terlempar ke dalam trek, sehingga mengganggu pembalap melahap lintasan. Menanggapi hal itu, Tommy Soeharto mengatakan bahwa para pembalap terlalu ambil dari sisi luar sehingga ketika masuk trek lagi, pasir dan debu ikut masuk mengotori trek.
Beda Tommy beda Tinton, kalau Tommy mengatakan bahwa gaya balap yang jadi persoalan, maka Tinton mengatakan itu hal yang wajar karena Sentul masih tergolong sirkuit baru. Ujarnya kepada majalah tempo yang kami kutip dari datatempo.co.
Toh meskipun begitu, ada pula pembalap yang memuji. Tak main-main, Alan Jones, pembalap Formula 1 juara musim 1980 asal Australia mengungkapkan, masih dari sumber yang sama, datatempo.co, bahwa Sentul jauh lebih bagus dari Shah Alam, sirkuit kebanggaan Malaysia waktu itu.
Lebih lanjut Jones mengatakan, paddock yang tiga tingkat itu malah membuat Sentul lebih bagus dari Suzuka.
Di samping kondisi sirkuit, masih ada syarat yang harus di penuhi kalau Sentul ingin menyelenggarakan dan masuk dalam kalender Formula 1. Paling tidak Sentul sudah harus menyelenggarakan balapan Formula 2, Formula 3 dan Formula 3000 masing-masing lima musim.
Hal lain adalah, masih menurut Alan Jones, struktur organisasinya harus betul-betul dibenahi sehingga mampu secara profesional menyelenggarakan kegiatan balapan Internasional.
Berdasarkan usulan dari Alan Jones, Tinton soeprapto mengatakan, akan belajar dengan Formula Brabham pas pembukaan tersebut.
Secara total keseluruhan, sirkuit Sentul betul-betul kelar pengerjaannya pada tahun 1994.
Pada tahun 1994, dilaksanakan kejuaraan dunia superbike. Langkah demi langkah dilakukan pihak pengelola sirkuit, sampai akhirnya tiba hari bersejarah lainnya ketika Sentul dipercaya menyelenggarakan MotoGP yang waktu itu untuk kelas tertingginya masih bernama GP 500. Momen pertama penyelenggaraan motorGP tersebut adalah pada musim 1996 dan jadi saksi sejarah kemenangan Mick Doohan, sang juara dunia dari tim repsol Honda asal Australia.
Pada even itu, turun pula Valentino Rossi yang waktu itu masih turun di kelas ‘capung’ 125 cc 2 tak dari tim Nastro Azzurro Aprilia. Beberapa pembalap tanah air pun turut turun dalam balapan tersebut untuk mengisi kelas wild card. Pada gelaran tersebut, jumlah penonton mencapai 100 ribu orang!
Musim berikutnya, yaitu pada tahun 1997, perhelatan GP 500 kembali di selenggarakan dengan pemenangnya Tadayuki Okada dari tim Repsol Honda team.
Sayang itu adalah musim terakhir kejuaraan dunia balap motor diadakan di Sentul. Krisis moneter membuat semua berantakan. Isu politik dan mahalnya biaya perawatan yang saat itu mencapai 100 Juta rupiah per bulan, membuat keberadaan Sentul tidak mungkin lagi untuk di pakai perhelatan selanjutnya. Bahkan, angan untuk menyelenggarakan Formula 1 pun kandas begitu saja.
Hari demi hari, Sentul makin kurang perhatian, tapi toh tetap layak dijadikan ajang balapan sekelas Asia Talent Cup, Asian Road Racing Championship dan beberapa ajang balap Open Wheel.
Buktinya, pada tahun 2006 Sentul masih dipercaya untuk menggelar balapan A1 GP di Sentul. Sedikit info, A1 GP adalah balapan open wheel tingkat dunia, dimana masing-masing pembalap mewakili negaranya. Ibarat kata, A1GP ini piala dunia balapan open wheel atau World Cup of Motorsport.
Beberapa kisah unik terukir dalam sejarah Siskuit Sentul pada momen ini. Dimana jalanan macet membuat warga yang ingin menyaksikan Feature Race terjebak di jalanan, termasuk presiden Indonesia waktu itu, yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan karena takut terlambat, presiden SBY rela naik motor Paspampres.
Kisah lain di tahun yang sama adalah kecelakaan yang melibatkan pembalap tuan rumah Moreno Soeprapto, yang tak lain adalah putra dari Tinton Soeprapto, terlibat dalam kecelakaan parah pada balapan Formula 3 asia musim 2006.
Mobil Moreno saat itu meluncur tak terkendali menabrak bagian belakang pembalap Inggris, James winslow. Untung keduanya selamat, meskipun mobil Moreno terbakar dan terbalik.
Kejadian yang masih segar dalam ingatan adalah meninggalnya pembalap Kevin Safaruddin Madria yang tutup usia usai mengalami kecelakaan pada balapan Idemitsu bLU CRU Yamaha Sunday Race 2022 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu 28 Agustus 2022.
Kevin meninggal usai mengalami kecelakaan / terjatuh di tikungan keempat. Kevin terjatuh dan tubuhnya tertabrak dua rivalnya yang menempel ketat.
Kami kutip dari laman skor.id edisi 31 augustus 2022, penyebab jatuhnya Kevin karena kondisi aspal lintasan kurang rata dan tidak layak untuk balapan motor. Bahkan, masih menurut skor.id, sirkuit Sentul sudah tidak layak untuk menggelar balapan apapun!
Padahal, dengan kondisi sirkuit seperti itu, wacana dan segala rencana renovasi dan perbaikan Sentul sudah digaungkan jauh-jauh hari sebelum kecelakaan itu terjadi.
Setidaknya, pada bulan Mei tahun 2022, sudah ada rencana untuk renovasi, bahkan perubahan nama untuk Sirkuit sentul. Seperti yang kami kutip dari gridmotor, bahwa ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI), sekaligus ketua MPR, Bambang Soesatyo, bahwa IMI, bersama pihak pengelola sirkuit akan mematangkan rencana pembangunan ulang sirkuit sentul.
Dipaparkan lebih lanjut, bahwa pihak IMI bersama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengundang pelaku usaha otomotif untuk mempresentasikan rencana renovasi sirkuit legendaris tersebut. Nantinya, bukan hanya di renovasi, tapi namanya pun rencananya diganti menjadi West Java Sentul International Circuit.
Tapi rencana itu seolah alot sekali. Sedangkan kalau kita runut ulang, rencana renovasi itu sudah ada sejak tahun 2015. Desainer sirkuit kondang sekaliber Hermann Tilke pun pernah sempat mengajukan ide desain. Hermann mengusulkan perubahan karakter Sirkuit sentul yang stop and go itu. Hermann memberi beberapa sentuhan baru, yaitu menambahkan beberapa tikungan cepat atau fast cornering.
Tapi sampai sekarang ide-ide itu tak kunjung terlaksana. Padahal beritanya sudah sejak tahun 2015.
Hingga saat ini, belum ada perkembangan lebih lanjut terkait pembangunan sirkuit sentul. Padahal kalau Sentul benar-benar diperbaiki, bukan tak mungkin mendongkrak pendapatan asli daerah dan menarik potensi wisata daerah sekitar.
Kemudian kalau jadi di renovasi, siapa yang akan menangani perubahan sirkuit? Hermann Tilke, atau Populous? Belum tahu pasti.
Lalu apa masalahnya kok sampai sekarang belum ada progress perbaikan?
Tidak tahu pasti juga. Tapi kalau dilihat gelagatnya adalah soal anggaran dana. Sangat Klasik!