Perhelatan balap MotoGP merupakan sebuah tontonan yang menarik bagi penikmat olahraga balap di seluruh dunia. MotoGP bak magnet yang memiliki daya tarik dari berbagai faktor seperti kecanggihan teknologi pada motor, kemampuan mesin berkapasitas 1000cc, aksi dan persaingan panas di lintasan, serta skill para rider untuk memperebutkan podium tertinggi dan mencetak prestasi dan rekor-rekor baru yang akan tercatat dalam sejarah balap MotoGP.
Keseruan kompetisi di setiap race tak luput dari andil Dorna sebagai pihak penyelenggara balap MotoGP dan dukungan dari berbagai aspek. Kesuksesan gelaran balap kuda besi ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal vital. Salah satunya adalah kesiapan arena balap atau yang biasa dikenal dengan sebutan sirkuit. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa sirkuit selalu memegang peranan utama dalam kelancaran sebuah balapan.
Berbicara tentang sirkuit balap, di MotoGP sendiri terdapat 19-20 seri balapan yang di gelar di berbagai negara. Seperti yang kita ketahui bahwa masing-masing negara memiliki arena khusus untuk menyelenggarakan perlombaan balap motor. Namun tidak semua sirkuit bisa digunakan untuk balap MotoGP. Karena ada beberapa aspek dan persyaratan yang harus dipenuhi agar sebuah sirkuit dapat masuk dalam kalender balap MotoGP.
Faktor keamanan, jumlah penonton, layout trek, lokasi dan cuaca dapat menjadi penentu apakah sirkuit tersebut layak dipakai untuk melangsungkan balap MotoGP. Ketika semua persayaratan terpenuhi, maka trek tersebut akan dinyatakan siap untuk menggelar balapan dan akan digunakan pada musim kompetisi selama 1 tahun. Setiap sirkuit sebenarnya memiliki keunikan tersendiri dengan karakteristiknya, seperti panjang lintasan lurus, bentuk tikungan, kontur naik turun dan kondisi aspal yang berbeda-beda.
Ini membuat persaingan semakin seru karena setiap race akan menyajikan cerita yang berbeda dengan drama dan intrik yang terjadi ketika balapan. Di MotoGP sendiri terdapat banyak sirkuit yang pernah di gunakan untuk ajang balap. Sebagian diantara telah dipakai sejak lama dan terus bertahan hingga kini. Namun itu tidak berlaku pada sebagian sirkuit lainnya.
Karena beberapa sirkuit nyatanya tidak mampu bertahan lama untuk tetap masuk dalam kalender balap MotoGP. Banyaknya kendala yang dapat membuat kelangsungan balap di trek tersebut terganggu, bahkan ketika pihak pengelola sirkuit tak mampu lagi memberikan kepastian akan kesiapan sirkuit untuk menjalani balapan dalam satu musim kompetisi, maka Dorna akan mempertimbangkan untuk tidak lagi menggelar balapan di sirkuit tersebut.
Yang berarti sirkuit itu tidak akan masuk dalam jadwal kompetisi balap di musim selanjutnya. Bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang menjadi penyebab utama hilangnya sirkuit tersebut dari gelaran balap MotoGP? Lalu sirkuit manakah yang termasuk dalam kategori sirkuit yang tidak lagi dipakai untuk balapan di MotoGP? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita simak ulasan daftar sirkuit bersejarah yang kini tak dipakai untuk balap MotoGP berikut ini.
1. SUZUKA
Sirkuit Suzuka International Racing Course adalah sebuah sirkuit balap yang terletak di prefektur Mie, Suzuka, Jepang. Sirkuit ini memiliki kapasitas 155.000 penonton dan dikelola oleh Mobilityland Corporation, anak perusahaan dari Honda Motor Co, Ltd. Sirkuit Suzuka memiliki panjang 5.807 km dan telah menjadi tuan rumah untuk Grand Prix Jepang sejak tahun 1987 untuk ajang balap Formula 1.
Selain dipakai untuk tempat balapan Formula 1, sirkuit ini juga digunakan untuk menggelar balapan lain seperti NASCAR dan MotoGP. Banyak fans MotoGP yang menyukai sirkuit ini karena dianggap cukup menantang dengan bentuk Layoutnya yang memiliki banyak technical corner dan termasuk pada jenis Fast Track. Selain itu, lokasinya yang berada di jepang memberikan keuntungan tersendiri bagi banyak tim di MotoGP.
Dimana hampir semuanya menggunakan motor produksi Jepang, mulai dari Yamaha, Honda, Suzuki hingga Kawasaki. Suzuka juga menawarkan akses yang baik untuk penonton, bahkan lebih mudah daripada di Sirkuit Motegi yang juga berlokasi di Jepang. Namun setelah sekian lama berpartisipasi sebagai tempat gelaran balap, akhirnya Dorna memutuskan untuk tidak lagi melangsungkan race di sirkuit ini.
Penyebabnya adalah insiden kecelakaan fatal yang menimpa Rider Jepang, Daijiro Kato. Saat itu motor Kato kehilangan kendali dan menabrak dinding pembatas secara kencang saat melakukan pengereman dan akan memasuki tikungan Casio Triangle. Namun Race Director hanya mengibarkan Yellow Flag. Sedangkan menurut peraturan balap yang berlaku, jika terjadi kecelakaan fatal, maka Red Flag harus dikibarkan.
Alhasil balapan terus berlangsung, sementara Kato tergeletak dan dibawa ke mobil ambulans oleh tim medis. Namun petugas tidak melakukannya sesuai prosedur yang benar. Mereka terlalu kasar memindahkan tubuh Kato ke tandu hingga kepalanya terbentur dan menyebabkan cidera di leher dan kepalanya semakin parah.
Atas kejadian, FIA selaku Komite Investigasi Federasi Balap Internasional menyatakan bahwa Race Director dan petugas medis bertanggungjawab atas insiden yang dialami Kato. Akhirnya Dorna memutuskan untuk menghapus Suzuka dari kalender balap musim 2003 dan tidak pernah lagi dipakai hingga saat ini.
2. SENTUL
Indonesia pernah digunakan untuk menggelar balap MotoGP yang kala itu masih bernama GP500. Adalah Sirkuit Internasional Sentul yang berlokasi di Bogor lah yang dipilih oleh Dorna untuk melangsungkan balapan motor paling bergensi, MotoGP dan 2 kelas balap dibawahnya (125cc dan 250cc). Sirkuit Sentul memiliki panjang mencapai 3,96 km dan di resmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1993.
Di tahun 1996, Sentul mulai dipakai untuk ajang Grand Prix 500. Valentino Rossi adalah sedikit Rider yang pernah merasakan manisnya kemenangan di Sentul. Tahun 1997 Rossi berhasil menaklukkan Sentul saat usianya masih 18 tahun dan berada di kelas 125cc. Sedangkan Max Biaggi sukses menyabet podium tertinggi di kelas 250cc. Dalam proses pembangunannya, sirkuit Sentul menelan biaya sebesar Rp 120 miliar.
Sirkuit ini sempat dijuluki sebagai sirkuit kelas dunia kala itu dan menjadi kebanggan tersendiri untuk rakyat Indonesia. Sayangnya Sentul hanya mampu bertahan 2 musim hingga akhir 1997. Perawatan dan pengelolaan trek menjadi penyebab utamanya. Indonesia tengah berada dalam krisis moneter di masa Orde Baru (1998) dan puncaknya terjadi pada demo besar-besarnya di bulan Mei 1998 untuk melengserkan Presiden yang berkuasa saat itu, Soeharto.
Krisis tersebut berdampak serius pada pengelolaan Sirkuit Sentul dimana pengelola sirkuit tak lagi memiliki cukup biaya untuk perawatan trek. Karena untuk menjaga kondisi sirkuit, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Dampaknya, Sirkuit Sentul tak lagi mampu memenuhi syarat homologasi IMI dan FIM untuk tahun 1998 dan di coret dari daftar sirkuit untuk gelaran balap Grand Prix.
Tahun 2015 sempat muncul wacana untuk mengembalikan Sentul ke MotoGP, tapi gagal. Dorna menilai kondisi sirkuit Sentul tidak memenuhi persayaratan yang ditetapkan oleh pihak penyelenggara balap. Sehingga balapan Grand Prix pun urung terulang di sirkuit ini.
3. LAGUNA SECA
Sirkuit Mazda Raceway Laguna Seca resmi dibuka pada 9 November 1957 dan mulai menjadi tuan rumah balap kelas 250cc dan 500cc sejak 1988. Di kelas 800cc, sirkuit ini pertama kali dipakai untuk ajang balap MotoGP pada musim kompetisi 2005. Sirkuit yang dibangun diatas danau kering ini memiliki karakter cepat dengan kontur naik turun dan cukup menantang bagi para Rider MotoGP.
Karena karakteristiknya itu, sirkuit ini kerap diasosiasikan dengan Roller Coaster dan selalu mampu menyuguhkan battle seru. Pada race perdana di Laguna Seca, Rider tuan rumah, Nicky Hayden berhasil meraih kemenangan di Home Race-nya tersebut dan mampu mempertahankan kemenangannya di musim selanjutnya. Ada 11 tikungan di sirkuit Laguna Seca, termasuk sebuah tikungan yang menjadi spot utama tempat biasanya terjadi manuver yang fantastis.
Ya, tikungan ini adalah Corkscrew yang berada di turn 8. Masih teringat jelas Epic Battle antara Rossi Vs Stoner di turn ini pada 2008 yang dimenangkan oleh Rossi dan akhirnya menjadi salah satu battle bersejarah di MotoGP. Dan kemudian hal yang sama terulang kala Marquez meniru aksi Rossi di tahun 2013. Persis di tempat yang sama saat Rossi mengovertake Stoner.
Di tahun ini pula terdapat 3 sirkuit di Amerika Serikat yang masuk dalam kalender balap MotoGP. Selain Laguna Seca, sirkuit Austin (COTA) dan Indianapolis juga digunakan untuk ajang balap MotoGP. Namun pada akhirnya kerjasama Dorna dan pihak pengelola Laguna Seca harus berakhir setelah tahun 2013. Uang menjadi alasan utama sirkuit ini dicabut dari kalender balap MotoGP.
Berbeda dengan Austin dan Indianapolis yang mendapat dana dari pemerintah lokal, Laguna Seca sebenarnya dikelola oleh organisasi non profit. SCRAMP sebagai pihak promotor sirkuit, memiliki hutang yang relatif besar pada Dorna Sports sebagai pemegang hak eksklusif penyelenggara MotoGP yang nilainya mencapai 2,2 juta dollar atau setara dengan Rp 32 milyar.
SCRAMP telah menghabiskan banyak uang untuk peningkatan fasilitas sirkuit, termasuk pengaspalan ulang. Menyadari tak cukup memiliki dana untuk operasional sirkuit, SCRAMP sempat meminta keringanan biaya pada Dorna dan meminta bantuan dari pihak otoritas setempat, Monterey County agar tetap bisa mengadakan balapan di musim 2014.
Namun upaya itu ternyata masih belum cukup, mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk ajang balap MotoGP. Selain masalah biaya, rupanya faktor keamanan juga sempat di pertanyakan di sirkuit ini. Kejadian tewasnya Rider World Superbike MotoAmerica di tahun 2015 sempat menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak.
Pasalnya dari foto satelit, jarak dinding pembatas trek dan lintasan terlalu dekat. Dan akhirnya perjalanan sirkuit Laguna Seca benar-benar terhenti juga. Laguna Seca dinyatakan resmi menghilang dari perhelatan balap MotoGP usai musim kompetisi 2013 selesai.