Jepang punya reputasi yang mentereng di dunia balap motor. Rider-rider Jepang sering menjadi representasi Asia di Motogp maupun WSBK.
Walau sampai saat ini belum ada pembalap Jepang yang mampu menjadi juara dunia di kasta tertinggi, namun beberapa diantaranya berhasil menjadi juara dunia di kelas menengah maupun kecil.
Nama-nama seperti Takazumi Katayama (Juara dunia GP350 1977), Kazuto Sakata (Juara dunia GP125 1994 & 1998), Haruchika Aoki (Juara dunia GP125 1995 & 1996), Tetsuya Harada (Juara dunia GP250 1993), Daijiro Kato (Juara dunia GP250 2001) dan Hiroshi Aoyama (Juara dunia GP250 2009) pernah mengharumkan nama Jepang di dunia balap motor.

Selain mereka, pembalap seperti Norick Abe, Shinya Nakano, Makoto Tamada, Tadayuki Okada, Nobu Aoki, Takuma Aoki dan kini Takaki Nakagami juga tampil kuat di kelas Motogp.
Walau sejak tahun 2009, belum ada satupun pembalap Jepang yang mampu untuk kembali menjadi juara dunia, namun perlahan perkembangan pembalap Jepang mulai mengalami peningkatan kembali.
Namun sebenarnya mungkin Jepang bisa mendapat juara dunia baru lebih cepat, sayang pembalap yang digadang-gadang menjadi harapan baru Jepang itu keburu meninggalkan kita semua.

Ini adalah cerita tentang Shoya Tomizawa.
Awal Karir
Shoya Tomizawa lahir di Chiba Jepang pada tanggal 09 Desember 1990. Sejak kecil dirinya sudah menunjukan ketertarikan pada dunia balap motor.
Dirinya bahkan sudah berkompetisi pada kejuaraan minibike (di Jepang disebut pocket bike) sejak umur tiga tahun.
Pada tahun 1996, akhirnya Shoya dapat menjadi juara pada kejuaraan pocket bike Chiba Utara dan pada tahun 2003, Shoya menjadi juara nasional Pocketbike Jepang.
Akhirnya pada tahun 2005, Tomizawa debut dikejuaraan regioal Sugo Jepang pada kelas 125cc bersama dengan Honda.
Pada tahun itu, Tomizawa berhasil menjadi runner up dan berhak maju ke kejuaraan All-Japan Championship yang mana merupakan kejuaraan nasional utama di Jepang.
Bersama dengan Honda, Tomizawa tampil selama tiga musim. Dua musim di kelas 125cc dan satu musim di kelas 250cc.
Sembari tampil di kejuaraan nasional, sesekali Tomizawa tampil sebagai wildcard di World Championship pada GP Jepang.
Personality Tomizawa yang ramah dan murah senyum, membuat dirinya lumayan disukai baik di dalam paddock maupun fans.

Gaya balapnya di lintasan juga mencerminkan personality yang berwarna dan dynamic. Sama seperti kebanyakan pembalap pada saat itu, Tomizawa memiliki gaya membalap yang keras, agresif dan memiliki determinasi yang kuat.
Walau begitu, gaya balap yang ambil banyak resiko itu membuatnya kurang konsisten dalam meraih poin maksimal dalam satu pekan balap.
Akibatnya Tomizawa hanya mampu menjadi runner up di All Japan Championship pada 2006 untuk kelas 125cc dan 2008 pada keals 250cc.
Penampilannya pada wildcard GP Jepang 2008, membuat team CIP Moto tertarik pada dirinya dan menawarkan kontrak untuk turun penuh di GP 250 dunia pada 2009.
Sehingga akhirnya Tomizawa debut di kejuaraan dunia pada tahun 2009.
Kejuaraan Dunia
Tahun 2009, Tomizawa berhasil membuat debutnya di kejuaraan dunia bersama CIP Moto team mengendarai motor Honda.
Meskipun tampil tidak sebagus ekspetasi, Tomizawa tetap dipertahankan oleh CIP Moto team, dikarenakan prestasi sesama pembalap Jepang pada waktu itu, Hiroshi Aoyama yang berhasil menjadi juara dunia.
Tomizawa tercatat jatuh sebanyak lima kali, sekali tidak start dan sekali tidak finish pada poin. Sementara prestasi terbaik Tomizawa pada waktu itu datang dari GP Jepang dan Valencia, dimana Tomizawa finish di posisi 10.
Pada akhir musim, Tomizawa duduk di posisi 17 klasemen akhir dengan 32 poin. Shoya Tomizawa menempati tempat ketiga rookie of the year di bawah Raffaele De Rosa dan Mike Di Meglio.

Musim 2010, terjadi perubahan regulasi dan kelas GP250 digantikan oleh kelas Moto2. Dimana pada waktu itu, mesin disuplai oleh satu pabrikan yang sama, yakni oleh Honda.
Honda mensuplai mesin CBR600R empat silinder pada semua tim. Sementara chasis dibebaskan untuk dibangun oleh tim bersama rekanan mereka.
Perubahan regulasi ini ditunjukan untuk menghemat biaya, daripada membangun motor secara utuh dengan biaya mahal, lebih baik digunakan hanya untuk pengembangan chasis dan biaya pun bisa menjadi murah.
Tomizawa tetap dipertahan oleh CIP Moto team dan pada 2010, Tomizawa akan mengendarai motor dengan Chasis racikan Suter, pabrikan chasis dari Swiss.

Tomizawa tampil luar biasa pada balapan pembuka di Qatar, Tomizawa berhasil tampil kuat dan bahkan meninggalkan lawan-lawannya dengan selisih yang jauh.
Tomizawa berhasil menang setelah start dari posisi sembilan dan meninggalkan Alex Debon dan Jules Cluzel yang finish di posisi dua dan tiga dengan selisih lebih dari empat detik.
Tomizawa mencatatkan Sejarah sebagai pemenang pertama kelas Moto2 disepanjang Sejarah Moto2.
Performa bagus Tomizawa ini kemudian kembali terulang di seri kedua pada GP Spanyol. Dimana Tomizawa berhasil mengamankan pole position. Sayang, Tomizawa hanya bisa finish di posisi kedua.

Tomizawa kemudian harus jatuh pada GP Prancis dan gagal meraih poin. Prestasi Tomizawa kemudian mulai mundur ke papan Tengah pada pertengahan musim.
Tomizawa kemudian kembali gagal mencetak poin pada GP Catalunya, GP German dan GP Indianapolis, walau sebelumnya kembali berhasil mencetak pole position pada GP Ceko.
Kecelakaan Tomizawa
Tomizawa mencoba untuk membalikkan keadaan pada GP San Marino di sirkuit Misano. Berhasil kualifikasi di posisi delapan, Tomizawa tampil agresif.
Pada lap 12, Tomizawa jatuh dan terlindas oleh Alex de Angelis serta Scott Redding yang saat itu berada dibelakang Tomizawa.

Tim medis kemudian dengan cepat tanggap menolong Tomizawa. Tomizawa kemudian langsung dibawa ke Rumah Sakit Riccione di San Marino.
Sayang, bagian tulang leher Tomizawa mengalami rusak parah dan akhirnya Shoya Tomizawa meninggal dunia beberapa jam kemudian.
Kepergian Tomizawa membawa duka yang mendalam pada dunia balap motor khususnya pada dunia balap motor Jepang.
Tomizawa adalah korban meninggal pertama di semua kelas Motogp sejak senior sesama pembalap Jepang, Daijiro Kato juga meninggal di trek pada GP Jepang 2003.
Sebagai penghormatan, nomor #48 Tomizawa dipensiunkan di Moto2 dan tidak ada pembalap lain yang menggunakan nomor 48 di semua kelas Motogp sampai Ivan Ortola memakainya di kelas Moto3.