
Akhirnya tibalah seri kejuaraan digelar di negeri Jiran, Singapura. Jadwal GP Singapore terpaksa molor satu jam karena hujan deras yang mengguyur lintasan. Dan dengan kondisi trek masih basah, balapan pun digelar.
Tampaknya Ferrari dan Leclerc masih mengukuhkan diri sebagai juara. Juara? Juara Kualifikasi maksudnya. Keluar sebagai ‘pemilik’ pole, Leclerc tetap belum bisa membuktikan bahwa dirinya kompetitif di race.
Urutan start nomor dua ditempati oleh Sergio perez, serta Lewis Hamilton di tempat ketiga. Tampaknya Singapore adalah tempat yang membuat Mercedes bisa meraih posisi lagi, mobil mereka cenderung kompetitif di sirkuit Marina Bay.
Tapi sayang, Lewis Hamilton harus menelan pil pahit, mobilnya menabrak pagar pembatas pada lap ke 33 di tikungan pertama. Toh Hamilton masih sanggup meneruskan balapan dan finish di posisi ke Sembilan. Padahal saat itu lagi seru-serunya Hamilton memberi pressure ke Carloz Sainz yang melibasnya dan membuat posisinya meorot di posisi keempat.
Trek yang sedari awal masih basah oleh guyuran air hujan, makin basah ketika hujan susulan terjadi lagi. Tak urung hal itu menyebabkan keluarnya Safety car. Bukan hanya sekali dua kali, tapi empat kali. Sergio perez yang sebelumnya bejibaku dengan duo Ferrari diketahui melanggar batas jarak yang di tentukan dengan safety car.
Aturannya adalah, pembalap harus berada pada jarak setara dengan sepuluh mobil di belakang safety car. Tapi pada Perez justru merapat. Ketika safety car keluar lagi, Sergio Perez melakukan hal yang sama lagi.
Apakah Perez sengaja?
Tentu saja Perez tidak sebodoh itu untuk melakukan kesalahan. Perez menjelaskan, bahwa apa yang dilakkannya adalah diluar kesengajaan. Karena kecepatan mobil F1 dan Safety car beda serta kondisi trek yang masih licin sehingga membuat mobil Perez melaju mendekati safety car.
Penjelasan pada kesalahan pertama bisa diterima oleh FIA, dan Perez mendapat peringatan dan sanksi pengurangan poin. Sementara diakhir lomba, kubu Ferrari memprotes dan di respon oleh FIA dengan memberi hukuman penalty lima detik kepada Sergio preez. Toh sanksi itu tidak membatalkan trophy juara yang berhasil direnggut oleh Perez. Pertanyaannya adalah, “ Kok bisa? “ tentu kalian berfikir demikian.
Penjelasannya sederhanya begini. Jarak Perez dan CCharles Leclerc adalah 7.5 detik, sedangkan penalty yang di berikan hanya selama lima detik. Jadi secara teori Perez masih unggul 2.5 detik di depan Leclerc. Akhirnya kubu Ferrari bisa menerima hasil investigasi yang dilakukan FIA bebrapa jam setelah balapan.
Nasib tidak mengenakkan justru menimpa rekan Perez, Max Verstappen. Usai mendapat sedikit masalah di Q3, Verstappen start di urutan ke delapan. BUkannya membaik, pada Sunday race mobil Verstappen justru melintir tak terkendali dan hampir menabrak. Akhirnya Verstappen harus puas finish di urutan ke ke tujuh, hanya naik satu peringkat. Padahal biasanya Verstappen, dengan kecepatan mobil RBR18-nya sanggup melibas banyak pembalap di depannya. Tapi apa daya, nasib berkata lain. Mungkin Verstappen amsih uring-uringan pada hasil Q3 sehari sebelumnya.
Hal ini seperti kado pahit buat ulang tahun Verstappen yang ke dua puluh lima. Padahal banyak yang memperkirakan, pada GP Singapore ini Verstappen akan mengunci gelar juara dunianya yang kedua kali.
Kini dengan lima balapan tersisa, saatnya Max Verstappen musti ekstra hati-hati kendati jarak poin dirinya dengan peringkat kedua relative jauh. Saat ini Max Verstappen mengantongi 341 poin kejuaraan. Sedangkan runner up, yaitu Leclerc, mengantongi 237 poin kejuaraan. Segala sesuatunya masih bisa terjadi.
Toh sebelum Max memenangkan juara tahun 2021, mereka menyebut mustahil untuk mengalahkan Lewis Hamilton, tapi faktanya insiden safety car pada penghujung balapan membuat semua bisa terjadi dan mengukuhkan Verstappen sebagai juara dunia.
Hal yang sama bisa saja terjadi pada Leclerc, kan? Toh Leclerc sejauh ini kompetitif dengan Ferrarinya. Hanya saja strategi tim yang membuat semuanya amburadul.
Hal lain yang terjadi dan menarik untuk dibahas adalah, Singapore adalah sirkuit jalanan yang relatif sempit. Tak mudah melakukan aksi overtaking seperti halnya di sirkuit permanan. Jadi hampir di pastikan, kalau pole di sirkuit jalanan, seperti Monako atau Singapore, peluang jadi juara sangatlah besar. Tapi tidak demikian dengan apa yang di alami Leclerc.
Setelah melorot posisi keempat di balapan Monako ( padahal pemegang pole), kini di Singapore posisinya melorot, kendati Cuma satu peringkat. Tak urung ini harusnya menjadi atensi tersendiri buat Ferrari agar tak henti melakukan pembenahan di manajemen tim.
Bisa jadi, buat kebanyakan pecinta Formula 1, balapan di Singapore ini biasa saja, tak ada hal istimewa. Tapi kalau dianalisa, balapan Singapore ini ada banyak hal yang istimewa. Mulai soal hujan lebat dan membuat safety car keluar sampai empat kali, sampai pada kesalahan Verstappen di Q3 yang menyebabkan dia harus start di peringkat delapan.
Lalu bagaimana peluang Verstappen selanjutnya di GP Jepang, serta kans untuk bisa menjuarai musim 2022? Kalau saya bertaruh, saya masih akan pegang Verstappen.