Pada pukul tiga sore di Sirkuit Internasional Sepang yang sangat panas, digelar seri balapan MotoGP Malaysia 2015. Seri balap ini merupakan pertarungan yang sangat penting dalam penentuan siapa pembalap yang akan meraih juara dunia di tahun itu.
Pembalap Honda Dani Pedrosa memimpin jalannya balapan di depan Jorge Lorenzo yang menunggangi Yamaha, tetapi semua mata tertuju pada pertarungan yang terjadi di belakang mereka berdua.
Pemimpin klasmen dan rekan setim Lorenzo, Valentino Rossi, dan pebalap Honda lainnya, Marc Marquez, terlibat dalam pertarungan yang sangat sengit – dan nampaknya akan masuk dalam periode gelap yang akan merusak musim balap ini.
Ini dimulau saat Marquez menyalip Rossi dengan agresif dari bagian luar Tikungan 13, Rossi menciptakan masalah bagi dirinya sendiri dan memaksa pembalap Honda itu menuju ke tepi lintasan di tikungan 14. Dengan pandangan penuh ancam ke sebelah kiri, Rossi melihat Marquez lalu menyeggol bagian kanan motor Marquez. Terjadilah ‘tabrakan’ yang masih terus diperdebatkan hingga saat ini.
Ketika ditinjau kembali, karir MotoGP Lorenzo dan Marquez mulai berubah drastis tepat setelah musim 2015 ini. Dampak dari kejadian di Sepang itu pada akhirnya akan menegaskan Marc Marquez menjadi pembalap yang sangat dominan seperti sekarang ini, sementara Jorge Lorenzo berakhir pada jalan karir yang memalukan di Honda pada tahun 2019.
Awal mula terjadinya ‘Sepang Clash’ sebenarnya telah dimulai pada seri ketiga musim balap 2015, yang berlangsung di Argentina, saat bertarung memperebutkan kemenangan di lap terakhir, terjadilah tabrakan antara Rossi dan Marquez.
Pembalap Honda tersebut lebih memilih ban belakang Bridgestone yang sedikit lebih lunak, dengan harapan saat menggunakan ban itu dapat langsung melaju di depan, sementara Rossi memilih pilihan ban yang keras.
Saat balapan dimulai Rossi langsung mengejar Marquez yang langsung melaju jauh di depan dan berhasil menyalip Marquez pada lap terakhir. Kedua pembalap itu sempat terjadi senggolan kecil pada Tikungan 5, dan bertabrakan lagi pada lintasan lurus arah menuju Tikungan 6 – di mana ban depan Marquez menyentuh ban belakang Rossi dan ia terjungkal.
Secara keseluruhan, musim 2015 Marquez dipenuhi dengan banyak kesulitan. Motor Hondanya mempunyai karakter sangat agresif, yang terpengaruh oleh akselerasi dan engine brake yang kasar, sangat berbeda dengan motor dua tahun sebelumnya yang telah membuatnya meraih dua gelar juara dunia. Pada pertengahan musim 2015 pun, Marquez beberapa kali terjatuh.
Insiden di Argentina berlangsung tanpa banyak masalah. Tapi perseturuan Marquez selanjutnya dengan Rossi akan sedikit banyak mengganggunya.
Saat mereka kembali bertarung memperebutkan kemenangan di seri balap Assen Belanda, kedua pembalap itu bersenggolan pada tikungan chicane (baca: shikein) di lap terakhir. Rossi menikung tajam dari sisi luar untuk masuk ke tikungan kanan, dan late braking Marquez menyebabkan senggolan dengan Rossi pun terjadi. Pembalap Yamaha itu akhirnya terdorong ke luar lintasan melintasi kerikil, tetapi Rossi tetap berada di atas motor dan bertahan hingga memenangkan balapan. Marquez merasa sangat dirugikan dengan insiden ini, dan meyakini bahwa Rossi telah bertindak salah.
Ketika seri ini berlalu, bentrokan antara Rossi dan Marquez makin memudar saat perburuan gelar juara dunia antara pembalap Yamaha semakin intensif. Rossi memimpin klasmen atas Lorenzo dengan 18 poin saat seri balap digelar di Australia, yang mana akan menjadi titik balik dalam perebutan gelar juara dunia.
Balapan berlangsung sangat menarik, aksi luar biasa ditunjukan oleh Marc Marquez saat ia memangkas jarak 0,8 detik ketertinggalannya dari Lorenzo di lap terakhir, dan berhasil menyalipnya di tiga tikungan terakhir untuk meraih kemenangan. Rossi harus merelakan posisi podiumnya dengan finish di urutan keempat, jarak poinnya turun menjadi 11 atas Lorenzo saat seri balap selanjutnya di Sepang.
Rossi, bagaimanapun, yakin adanya konspirasi untuk menghentikannya memenangkan gelar juara dunia yang sedang dilakukan oleh Marquez dan Lorenzo. Di mana Marquez nampaknya sengaja memperlambat motornya untuk manghalau Rossi memimpin balapan, sebelum akhirnya melaju dengan cepat di lap terakhir untuk merebut kemenangan.
Ia menyerukan kepada media dengan ‘temuannya’ ini pada hari Kamis menjelang balapan di Sepang.
“Marquez melambat untuk menciptakan jarak bagi Jorge,” tuduh Rossi.
“Sebaliknya, ia selalu memperhatikan Jorge, karena mengetahui bahwa ia bisa mengejarnya dalam tiga lap terakhir, dan kemudian dia mencoba memperlambat saya dan Andrea Iannone, mungkin mencoba untuk menempatkan pembalap lain di antara saya dan Lorenzo.” Via autosport.com
Baik Marquez dan Lorenzo menolak tuduhan ini. Tentunya ini juga menunjukkan bahwa pembalap Honda itu adalah seorang penyabot yang buruk, mengingat bahwa dengan memenangkan balapan itu, ia mengambil poin dari pembalap yang seharusnya ia bantu.
Marquez mungkin tidak membantu Lorenzo secara aktif di Phillip Island, namun ia tampak membiarkan Lorenzo menyalipnya begitu saja pada lap ketiga di Sepang. Dan ia tidak berusaha keras untuk mengejar Lorenzo seperti yang ia lakukan terhadap Rossi ketika ia dia disalip oleh Rossi.
Dalam bentrokan yang terjadi antara kedua pembalap itu, Rossi dikenakan hukuman dengan tiga poin penalti dan dihukum start dari posisi paling belakang di seri terakhir Valencia, sementara Marquez dituduh bersalah karena sengaja memusuhi mantan idolanya – meskipun itu bukan merupakan pelanggaran yang dapat dihukum dalam aturan balap.
Lorenzo menyebut bahwa hukuman yang diterima Rossi tidak pantas setelah balapan di Sepang usai. Rossi lalu mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga, yang akhirnya gagal. Seketika itu pula para penggemar Rossi yang marah menuduh “curang” kepada Dorna Sports – karena seolah-olah ikut dalam persekongkolan antara perebutan juara dunia ini.
Lorenzo kemudian memenangkan balapan di Valencia dan meraih gelar juara dunia, sementara Rossi yang harus start dari posisi paling belakang finis keempat. Ia pun menyesali kesempatan emasnya untuk meraih juara dunia menjadi hilang sia-sia – sambil menyuarakan retorika gelar juara dunia nya telah dicuri, dan secara terbuka meragukan klaim Marquez, bahwa ia adalah seorang fans beratnya di tahun-tahun sebelumnya.
Kejadian ini menciptakan suasana permusuhan di sekitar arena MotoGP. Para penggemar Rossi menjadi semakin fanatik, di mana suara suara ejekan mereka kepada Marquez menjadi semakin keras di setiap balapan di musim berikutnya. Bahkan setelah berbagai ancaman yang diterima dari pendukung Rossi, Lorenzo dan Marquez harus dikelilingi oleh petugas keamanan di seri balap Italia pada 2016. Marquez juga mengalami kejadian saat orang orang dari media Italia mencoba masuk ke rumahnya sebelum seri terakhir di Valencia.
Namun ketegangan akhirnya mereda, bentrokan Rossi dan Marquez untuk sementara ditunda setelah balapan di Catalunya tahun 2016, ketika kedua pembalap tersebut sempat bercakap cakap di atas podium, hanya beberapa hari setelah kematian pembalap Moto2 Luis Salom saat sesi latihan untuk seri balap tersebut.
Marquez mendapatkan banyak pelajaran dari tahun 2015. Motornya yang sulit, memaksa dirinya untuk mengubah pendekatannya ke pendekatan yang lebih penuh pertimbangan. Pertarungannya dengan Rossi dan hasil negatif yang dihasilkan memberinya motivasi. Jika orang-orang mencemoohnya, maka ia kemudian membalasnya dengan cara mengalahkan pembalap jagoan mereka di setiap kesempatan.
Di Misano pada tahun 2019, Marquez mendapat kecaman karena perseteruannya dengan Rossi di lintasan pada sesi kualifikasi. Setelah memenangkan balapan keesokan harinya, Marquez mengakui bahwa kejadian pada sesi kualifikasi itu menjadi motivasi utama di balik kemenangannya. Ia kembali menyampaikan pelajaran yang ia terima pada tahun 2015 di Sepang: selama orang terus mengejeknya, semakin ia akan terus menang.
Bagi Lorenzo, akhir tahun 2015 adalah bagai tulisan di dinding yang mengingatkan tentang waktunya bersama Yamaha. Perayaan bisu tim Yamaha terkait gelar dunia ketiganya di kelas premier telah memberi isyarat, dan akhirnya membuka pintu lebar-lebar bagi Ducati untuk meminta jasanya pada tahun 2017.
Tetapi setelah sembilan tahun menggunakan Yamaha M1, ia merasa sulit beradaptasi dengan Desmosedici. Hasil standar yang diraih pada debutnya dan awal yang buruk pada musim 2018 menyebabkan Ducati menjadi tidak sabar dan menendangnya, ini membuka jalan baginya untuk beralih ke Honda, dan masuk ke dalam kesengsaraan yang akan menghancurkan kepercayaan diri dan motivasinya sampai kepada titik di mana ia tidak melihat pilihan lain selain pensiun.
Yamaha menjadi menderita karena absennya Lorenzo. Meskipun penggantinya, Maverick Vinales, memenangkan tiga dari lima balapan pertama pada tahun 2017, namun ia hanya memenangkan tiga balapan di dua musim berikutnya. Rossi belum menang sejak Assen 2017 dan performa Yamaha M1 telah mundur lebih jauh di belakang para pesaingnya, karena masalah yang baru-baru ini mulai ditangani Yamaha.
Rossi tidak asing lagi dengan kontroversi dan persaingan. Namun aksinya pada akhir musim 2015 masih sulit dipahami.
Apakah itu semua hanya taktik Rossi untuk mengintimidasi lawannya yang kemudian berakhir dengan penyesalan? Atau apakah ia benar-benar percaya adanya konspirasi untuk menghentikan kemenangannya?
Mungkin juga karena tekanan terhadap situasi yang di hadapi pada saat itu – ia menghadapi kenyataan yang sekarang tampaknya menjadi harapan terakhirnya untuk memenangkan gelar juara dunia ke-delapan di kelas premier.
Apa pun kebenarannya, sebagian keajaiban dari Rossi telah hancur pada pekan balap tahun 2015 di Sepang. Namun statistik karier dan penghargaannya masih tetap layak dihormati.
Pada akhirnya, kejadian ini mengubah salah satu pertarungan gelar terbaik MotoGP , menjadi episode terburuknya, dan bayangan buruknya masih menghantui seri-seri berikutnya hingga hari ini.