Dalam balap MotoGP, banyak faktor yang mendukung kemenangan seorang Rider ketika menjalani sebuah balapan, seperti setting motor yang tepat, pemilihan ban, kondisi cuaca, suhu aspal dan pemahaman terhadap karakteristik motor dan bentuk layout sirkuit.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, pembalap membutuhkan banyak data dan informasi tentang performa motor mereka di lintasan, strategi apa yang dijalankan tim, kondisi motor kompetitor mereka dan gap antara pembalap di depan dan di belakangnya. Oleh sebab itu, jalannya race selalu dilengkapi banyak fitur untuk memberikan informasi yang akurat.
Contohnya saja Dashboard motor, dimana pembalap dapat menggunakannya untuk mengetahui kondisi bahan bakar dan lap tersisa. Tidak hanya itu, di tepi lintasan informasi lainnya juga diberikan melalui menara papan angka dan Pit Board agar pembalap mengetahui detail informasi dan posisi mereka saat balapan. Pembalap pun di tuntut untuk selalu menjaga fokus dan cepat merespon semua informasi tersebut.
Mengabaikan informasi itu bisa berakibat besar untuk pembalap. Mereka mungkin bisa saja salah mengartikan informasi yang diberikan jika fokus sedang terganggu. Yang lebih buruk lagi adalah bila kesalahan kecil yang dilakukan dapat membuyarkan kemenangan yang sudah ada di depan mata. Ya, kejadian ini sering terjadi ketika balapan.
Rider yang merasa telah menjuarai race langsung melakukan selebrasi, sedangkan sebenarnya balapan masih menyisakan 1 lap lagi. Kejadian semacam ini disebut dengan Premature Celebration (perayaan kemenangan terlalu dini). Lalu siapa sajakah pembalap yang pernah melakukan Premature Celebration ini? Berikut informasi lengkapnya.
1. Aleix Espargaro (MotoGP Catalunya 2022)
Mengawali start dari Pole Position menjadi modal yang positif bagi Aleix Espargaro untuk menjalani race di GP Catalunya 2022. Settingan motor yang tepat dan kondisi sirkuit yang mendukung, membuat asa pembalap Spanyol ini kian meninggi untuk mewujudkan mimpinya memenangi balapan di kampung halamannya sendiri, Spanyol.
Kemenangan di seri Catalunya akan membuat point Aleix di klasemen semakin mendekati pemuncak klasemen sementara, Fabio Quartararo. Dan benar saja, ketika race semua nampak berjalan baik. Meski begitu Aleix sempat mendapat perlawanan sengit dari Rider Pramac Ducati, Jorge Martin yang sangat menggebu-gebu untuk merangsek ke posisi depan.
Dengan perhitungan matang dan kesabaran, ketika Martin berhasil menyalipnya, Aleix tetap tenang dan menunggu momen tepat untuk mengambil alih posisi ke 2. Sementara Quartararo berhasil membuka gap yang cukup jauh di depan tanpa mampu terkejar pembalap lainnya. Namun semuanya berubah ketika memasuki 2 lap terakhir. Aleix membuat kesalahan yang sangat fatal ketika melintasi garis akhir lap.
Aleix yang sudah merasa aman di posisi ke 2 melakukan selebrasi dengan mengangkat tangan dan melambai ke arah tribun penonton. Rupanya saat itu Aleix salah mengkalkulasi jumlah lap. Aleix mengira dia telah menyelesaikan lap terakhir setelah melihat menara papan angka dengan informasi L1. Aleix tidak melihat informasi yang diberikan kru team di Pit Board.
Aleix mengartikan L1 sebagai Lap Remaining 1 dan beranggapan bahwa 1 lap itu adalah lap terakhir yang dijalaninya. Aleix lupa jika di Catalunya lap terkahir disimbolkan dengan tanda L0. Akhirnya Aleix memutuskan untuk berselebrasi dan merayakan podiumnya. Sesaat kemudian barulah Aleix sadar jika balapan belum selesai setelah melihat pembalap lainnya masih mendorong motornya dengan kecepatan tinggi.
Sayang, atas kejadian itu Aleix akhirnya hanya mampu menuntaskan balapan di posisi ke 5 dan kehilangan kesempatan emas untuk meraih podium di Catalunya. Martin, Zarco dan Mir yang ada di belakangnya sempat keheranan dengan Aleix yang tiba-tiba melambat ketika race belum usai. Mereka sempat mengira ada problem teknis pada mesin motor Aprilia, tapi kemudian menyadari apa yang sebenarnya terjadi setelah Aleix melakukan selebrasi.
2. Julian Simon (125cc GP Catalunya 2009)
Kejadian Premature Celebration Aleix Espargaro ternyata juga pernah dialami pembalap Spanyol lainnya di tempat yang sama, GP Catalunya pada tahun 2009. Kali ini menimpa Julian Simon, pembalap potensial Spanyol. Tahun 2009 sebetulnya merupakan musim yang bagus untuk Julian Simon, dimana dirinya mampu memenangkan banyak race dan berpeluang besar untuk merebut gelar juara dunia kelas 125cc.
Mengawali start dari Pole Position, Simon bertarung ketat dengan pembalap lainnya seperti Andrea Iannone dan Sergio Gadea. Saat race menyisakan 1 lap lagi, Simon yang berada di posisi terdepan tiba-tiba mengangkat tangan dan melakukan selebrasi kemenangan. Sama seperti Aleix, Simon juga hanya melihat menara papan angka dan menghiraukan informasi di Pit Board dengan informasi +0.6 (gap waktu dengan Rider di belakangnya).
Andrea Iannone yang melihat kesalahan Simon itu langsung memanfaatkan kesempatan untuk finish di posisi pertama, diikuti Nicolas Terol dan Sergio Gadea. Simon sempat bereaksi atas kesalahannya itu dengan berusaha comeback untuk meraih podium.
Sayang, Gadea masih lebih cepat 0.001 dari Simon hingga membuatnya kehilangan kesempatan untuk meraih podium di GP Catalunya 2009 dan hanya finish di peringkat ke 4. Meski kehilangan peluang besar kemenangan di seri Catalunya, namun pada akhir musim, pembalap Aspar Aprilia ini tetap berhasil merengkuh gelar juara dunia kelas 125cc 2009.
3. Alex Rins (Moto3 GP Brno 2014)
Mimpi buruk di tengah kebahagiaan di depan mata. Ya, itulah yang terjadi pada Alex Rins kala masih berkompetisi di kelas Moto3 2014. Saat mengikuti balapan di GP Brno, Rins terpaksa kehilangan peluang berharga untuk memenangkan race akibat kesalahannya sendiri. Rins yang mengawali race dari posisi ke 4 terus melaju cepat dan berhasil memimpin hingga memasuki Last Lap.
Rins pun terus menjaga posisinya di depan dan mimpi manis di depan mata nampaknya akan segera terwujud untuk menjadi juara di GP Brno. Tapi Ketika masuk ke putaran terakhir, Rins melambatkan motornya dan mengangkat tangan sebagai simbol selebrasi kemenangannya.
Pembalap Estrella Galicia 0,0 berusia 18 tahun itu ternyata salah menghitung jumlah putaran hingga berpikir bahwa dia telah menuntaskan balapan, disaat race masih menyisakan 1 putaran lagi. Akibatnya, posisinya melorot jauh dan ketika menyadari ada yang tidak beres dengan keadaan itu, Rins segera bergegas memacu kembali motornya sekencang mungkin.
Sayang, Rins hanya dapat melintasi garis finish di posisi ke 9. Atas kecerobohannya, Rins pun sangat kecewa dan menyesal dengan hasil diluar perkiraan yang dia dapat, mengingat di musim tersebut Rins cukup konsisten finish di posisi 5 besar dengan 8 kali podium yang terdiri dari 2 kemenangan, 2 kali podium ke 2 dan 4 kali podium ke 3.
4. Kenny Roberts Jr (MotoGP Estoril 2006)
16 tahun lalu, sirkuit Estoril di Portugal menjadi saksi drama menegangkan dan Epic Battle antara pembalap MotoGP. Saat itu, Estoril masuk kalender balap MotoGP sebagai Round ke 16 dari total 17 seri balap yang di gelar di musim 2006. Kini Estoril tak lagi dipakai, tepatnya setelah musim kompetisi 2012 berakhir.
Penyebabnya adalah pihak pengelola sirkuit yang mengalami masalah finansial untuk perawatan sirkuit hingga tak mampu memenuhi kelayakan untuk menggelar event balap sekelas MotoGP lagi. Kini Venue balap di Portugal telah beralih ke sirkuit Algarve, Portimao. Meski tak lagi dipakai, Estoril sempat menyuguhkan sejarah paling menegangkan di MotoGP 2006.
Race di Estoril menjadi penentu gelar juara dunia MotoGP saat itu, dimana jika Nicky Hayden mampu meraih podium, maka Estoril akan menjadi tempat perayaan indah bagi The Kentucky Kids. Namun manuver Dani Pedrosa yang menyenggol jatuh Hayden di lap ke 5 telah membuyarkan suasana indah itu. Pasca Crash yang melibatkan Pedrosa dan Hayden, 3 pembalap lainnya pun memanfaatkan kesempatan itu.
Mereka adalah Valentino Rossi yang memburu 25 point, Toni Elias yang memburu kemenangan perdananya dengan motor Satelit Honda dan Kenny Roberts Jr yang memburu kemenangan pertamanya sejak kali terakhir diraih di GP Motegi 2000. Aksi saling menyusul terus terjadi antara ketiga pembalap tersebut hingga memasuki 2 lap terakhir. Kenny Roberts Jr berhasil melibas Rossi di Straight Line untuk memimpin jalannya race.
Usaha kerasnya sepertinya akan berhasil sampai Roberts sampai pada Final Lap. Roberts menganggap jika balapan telah rampung dan mengendorkan Throttle. Elias dengan sigap datang dari belakang dan mengovertake Kenny Roberts Jr, diikuti Valentino Rossi. Berbeda dengan Aleix Espargaro dan Julian Simon, Kenny Roberts tidak merayakan selebrasi dengan mengangkat tangan, namun hanya mengurangi kecepatannya.
Kenny Roberts kemudian sadar bahwa bendera finsih (Chequered Flag) belum dikibarkan dan bergegas membuka gas penuh kembali. Tapi sudah terlambat, Roberts kehilangan pace dan tak bisa mengejar Elias dan Rossi di depan. Akhirnya race pun dimenangkan Toni Elias usai berduel sengit di depan Finish Line dengan gap yang sangat tipis (0,002 detik) di depan Valentino Rossi.
Sementara Kenny Roberts menyelesaikan balapan di podium ke 3. Walau gagal meraih juara, Kenny Roberts berhasil mencatatkan rekor sebagai Privateer Team yang mampu naik podium lewat motor KR211V yang menggunakan basis Honda RC211V, sekaligus menjadi podium terakhirnya di MotoGP dan podium ke 22 dalam karir balap professionalnya.