Bagi penggemar Motogp, tentu tak asing dengan label Yamaha, sebuah merk asal negeri Yakuza. Di MotoGP Yamaha membentuk tim pabrikan bernama sebagai Monster Energy Yamaha MotoGP, menaungi pembalap Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli. Tim ini disponsori oleh produsen minuman berenergi asal Italia, MONSTER ENERGY. Itulah kenapa namanya di lintasan di beri label MONSTER ENERGY. Di beberapa sumber di sebutkan, bahwa tim ini baru didirikan secara resmi pada tahun 1999 sebagai tim pabrikan.
Tapi, bukannya Yamaha sudah lama mengikuti balapan? Setidaknya, sebelum berubah nama jadi MotoGP, mereka sudah turun di kelas GP500, salah dua pembalapnya bahkan beberapa kali juara dunia, Kenny Roberst Senior dan Wayne Rainey.
Yup, betul, mereka sudah ada di lintasan sejak puluhan tahun lalu. Tapi Yamaha cuma menyokong tim-tim balap, menyediakan motor lengkap dengan dukungan teknisnya. Dan baru tahun 1999 mereka mendirikan tim pabrikan seperti yang kami sebut tadi, dengan menggandeng Monster Energy. Selain Monster energy sebagai sponsor utama, ini yang membanggakan, Yamaha juga di sponsori oleh Yamaha Motor Indonesia, ENEOS dan YAMALUBE.
Uniknya, walau tim pabrikan Jepang, mereka pertama kali mendirikan kantor pusat Tim di Belanda, sebelum akhirnya pindah ke Italia.
Nah, bagaimana sejarah lengkap Yamaha di MotoGP? Mari kita telusuri..
Kalau dirunut, sebenarnya sejarah Yamaha mengukuti balapan sejak tahun 1949, dengan pembalap pertamanya Leslie Graham. Tapi yang kami sampaikan di sini mulai tahun 1955, awal divisi sepeda motor dipisah dari divisi lain dari Yamaha.
1955
Sejarah divisi sepeda motor Yamaha didirikan. Artinya, divisi sepeda motor ini terpisah dari beberapa perusahaan yang dikelola Yamaha yang jumlahnya ada beberapa. Divisi ini dikepalai seorang bernama Genichi Kawakami.
Motor pertama mereka di labeli Yamaha YA-1. Kalau boleh jujur, motor ini seperti supercopy dari motor buatan Jerman DKW RT125.
Sejak awal di produksi, YA-1 langsung menjuarai beberapa kejuaraan.
Setidaknya ketika motor ini diperlombakan pada Mount Fuji Ascent Race yang berhasil menyabet gelar juara . Tak sampai disitu, motor ini ternyata juga menyabet juara 1, 2 dan 3 pada helatan All Japan Autobike Endurance Road Race, masih di tahun 1955.
Sejak saat itulah Yamaha mulai memfokuskan diri di dunia balapan bersaing dengan sesama motor Jepang, antara lain Suzuki, Kawasaki, dan Honda.
Selain di Jepang, Yamaha juga berani menunjukkan tajinya di ajang luar Jepang. Dengan tetap menggunakan karya pertamanya, YA-1, Yamaha masuk ke kompetisi di Catalina Grand Prix. Catalina Grand Prix adalah balapan yang di gelar di pulau Catalina, pesisir Pantai California, USA. Pada ajang itu Yamaha menyabet peringkat keenam.
Generasi kedua YA-1 diluncurkan pada tahun 1957. Mesin masih tetap 2 tak, kubikasi tetap 125 cc. Perbaikan hanya pada kerangka dan suspensi, agar lebih stabil. Di tahun yang sama, mereka juga meluncurkan YD-1, bermesin 2 tak, 250cc, silinder ganda. YD-1 adalah versi jalan raya, untuk versi balapnya YDS-1. perbedaan mendasar adalah pada sasisnya. YDS-1 menggunakan Downtube Double Cradle.
Inilah sepeda motor Jepang pertama yang menggunakan transmisi lima percepatan.
1960an
Tahun 1960, Yamaha sebagai company, mulai melibatkan diri pada budaya balapan motor. Mereka lalu mulai lirik sana sini untuk terus menerus belajar, melatih staf dan para Engineer meriset teknologi dan terus menerus menyempurnakannya. Semasa itu orang-orang di Yamaha didoktrin untuk mempunyai jiwa kompetisi, dan doktrin itu dipertahankan hingga saat ini.
Setahun setelahnya, merasa semua yang telah dipersiapkan cukup, Yamaha memulai debut di The road racing championship Grandprix pada tahun 1961. Setelah jeda selama setahun, tepatnya tahun 1962, Yamaha kembali kancah kejuaraan pada tahun 1963 dan mengikuti balapan selama tujuh musim sebagai tim pabrikan di kelas 125 cc dan 250cc. Selama turun di kejuaraan, Yamaha merenggut lima kali juara dunia untuk pembalap dan konstrukor.
Pada tahun 1967 Suzuki dan Honda mundur dari seri kejuaraan setelah Yamaha mendominasi di kelas tersebut. Setelah kedua kompatriotnya mundur, Yamaha menangguhkan kiprahnya di kejuaraan. Tapi penangguhan itu hanya untuk tim pabrikan Yamaha. Kurun waktu ini Yamaha tetap memproduksi motor yang dipakai balapan tim privateer.
Beberapa pembalap menang dengan motor Yamaha, diantaraya Billy Ivy yang menjuarai seri 125cc, urutan kedua pun disabet pembalap dengan motor Yamaha dengan pembalap Phil Read, keduanya dari Inggris. Sedangkan di kelas 250cc Yamaha hanya menempati runner up, dengan pembalapnya Phil Read juga. Jadi memang Phil read di tahun ini turun di dua kelas.
Tahun selanjutnya bahkan Yamaha berhasil menempati urutan 1-2 di dua kelas, dengan dua pembalap Billy Ivy dan Phil Read! Luar biasa. Saat itu Yamaha belum melirik kelas 500cc. Regulasi saat itu di kelas puncak masih harus menggunakan motor 4 Tak.
1970an.
Secara resmi Yamaha turun sebagai tim pabrikan lagi pada tahun 1973 dan terjun di 4 kelas sekaligus. 125 cc, 250cc, 350cc serta kelas puncak 500cc.
Di tahun kedua, tepatnya tahun 1974, Yamaha menjuarai konstruktor di kelas 125cc dikawinkan dengan juara pembalap Kent Anderson, asal Swedia. Runner up di tempati oleh pembalap Swiss, Bruno Kneubühler. Di kelas 250cc pembalap Jerman, Dieter Braun berhasil mengoleksi 58 poin, walau tak pernah menang sekalipun. Perolehan itu membuat dia menempati Runner up klasemen akhir 1974. Selain di kelas 250cc, Braun juga berlomba di kelas 350cc, disana dia juga Runner up di bawah Giacomo Agostini yang juga mengendarai Yamaha.
Sedangkan pembalap Finlandia Teuvo Lansivuori harus puas di urutan 3 di kelas 500cc.
Tahun 1975 Yamaha memborong kemenangan konstruktor di dua kelas bergengsi, 500cc dan 350cc. Giacamo Agostini yang saat itu turun dengan Yamaha YZR500 tak terbendung dengan mengkoleksi 84 poin. Di kelas puncak ini, selain mendapat perlawanan sengit dari sesama pabrikan Jepang, Yamaha juga musti bersaing dengan MV Agusta dan Harley Davidson.
Sedangkan di kelas 350cc Johny Cecotto meraup 78 poin mengalahkan Agostini yang harus puas di runner up 350cc dengan perolehan poin 59. Di kelas 350cc ini motor Yamaha mendominasi.
Tahun 1978 hingga tahun 1979 Kenny Roberts membawa Yamaha ke puncak supremasi dengan menjuarai gelar dua kali berturut-turut.
1980an
Seakan belum puas dengan perolehan yang pernah dicapai, Robert memastikan gelarnya sekali lagi pada musim 1980. Kenny ‘King’ Robert membuat Yamaha melejit ke puncak dengan tiga pabrikan Jepang lainnya dengan memimpin di kelas ‘para raja’.
Saat itu satu persatu pabrikan Eropa rontok diserbu oleh empat nama besar Yakuza. Kawasaki, Honda, Yamaha dan Suzuki.
Dua motor Italia saat itu, Morbidelli dan Bimotta tak banyak berkutik. Kenny Robert memenangkan kejuaraan dengan 87 poin, mengendarai YZR 500. Suzuki ada di belakangnya dengan rider seorang Randy Mamola. Keduanya terpaut 15 poin.
Dikelas 350 cc ada pembalap Afrika Selatan, Jon ekerold memenangkan kejuaraan dengan 63 poin. Untuk kelas 250cc dan 125 cc Yamaha absen juara.
Pada tahun 1981 Yamaha YZR500 musti mengakui keperkasaan Suzuki RG500. Kenny Robert terlempar ke posisi ke tiga di bawah Marco Lucchinelli yang menunggang Suzuki RG500 di bawah tim Nava Gallina-Suzuki, dan Randy Mamola dari Heron Suzuki. Selain Roberts yang merupakan pembalap Yamaha pabrikan, di bawahnya, yaitu posisi empat, ada Barry Sheene dari tim privater, Akai-Yamaha. Saat itu Honda belum ‘terdengar’ gaungnya. Lawan berat yang musti dihadapi Yamaha tak lain adalah Suzuki.
Pada tahun 1982, Freddie Spencer dari Honda membalap dengan NS500 dan Kork Ballington mengendarai Kawasaki KR500 tahun itu, yang berarti masing-masing Big Four mesin 2-tak di kelas utama yang semuanya pabrikan Jepang. Sedangkan Yamaha pabrikan telah mempercayakan YZR500-nya kepada Kenny Roberts dan Barry Sheene dari tim JPS-Yamaha .
Sekali lagi, musim ini Yamaha masih harus mengakui ketangguhan Suzuki RG500. Pembalap Italia Franco Uncini dari Gallina Suzuki merebut gelar. Lagi-lagi Suzuki. Untungnya masih ada satu lagi pembalap Yamaha yang berhasil menduduki runner up, yaitu Graeme Crosby, dari New Zaeland. Crosby bukan berasal dari pabrikan Yamaha, melainkan Marloboro Agostini-Yamaha. Sebuah tim yang dimiliki mantan juara dunia, Giacomo Agostini.
Ditahun ini pula, seorang Amerika bernama Freddie ‘the fast’ Spencer merangsek merenggut tempat ketiga dengan Honda NS500-nya dibawah tim HRC yang merupakan tim pabrikan Honda.
Sedangkan Roberts, harus puas menduduki empat besar klasemen akhir.
Masa-masa 1980an ini adalah masa peralihan teknologi mesin Yamaha. Dari yang sebelumnya 4 silinder segaris, menjadi V4. Selain mesin, Yamaha juga mengenalkan teknologi kerangka baru yang diberi nama Deltabox. Mereka fokus pada riset dan pengembangan motor. Setidaknya ini dilakukan pada tahun 1983.
Tahun berikutnya, pembalap Yamaha yang lain, Eddy Lawson memastikan tropi kejuaraan direngkuh kembali oleh Yamaha, bukan Yamaha pabrikan, melainkan Marlboro Agostini Yamaha. Selain di kelas 500cc, di kelas 250cc Yamaha juga kampiun dengan pembalap Perancis, Christian Sarron.
Pada tahun 1988 Eddie Lawson masih memberikan kemenangannya sekali lagi buat Yamaha, sebelum tahun berikutnya membelot ke Honda dan menjuarai musim 1989. Tapi tenang, Yamaha punya bintang baru musim ini. Namanya Wayne Rainey. Seorang Amerika, dan dia menjadi Runner up bersama Yamaha.
Rainey menjadi pembalap bintang Yamaha setelah Roberts dan Lawson. Dia memenangkan gelar kelas premier pertamanya pada tahun 1990. Rainey masuk di Team Lucky Strike Roberts Yamaha milik Kenny Roberts untuk musim 1988. Dia berhasil menduduki posisi ke-2 pada balapan keempatnya di kelas 500cc di GP Portugis dan selanjutnya berhasil naik tiga podium berturut-turut, disinilah Rainey menunjukkan bakatnya. Rainey kemudian berpartisipasi dalam Suzuka 8 Hours disela-sela GP, bekerja sama dengan Kevin Magee. Pasangan ini meraih pole position dan menang.
Dua minggu setelah mereka balapan di Suzuka, GP Inggris digelar di Donigton Park. Kala itu publik menantikan penampilan Lawson dan Gardner. Tapi diluar dugaan, yang melesat justru bintang baru bernama Wayne Rainey. Rupanya semangat yang dibawa dari Suzuka 8 masih menjadikan semangat Rainey bekobar.
Musim pertamanya di Yamaha sangat luar biasa. Rainey akhirnya mengakhiri musim dengan menduduki tempat ketiga klasemen akhir. Tapi satu pembalap Yamaha lain di tim Marlboro Yamaha Agostini, Eddie Lawson, berhasil meraih tropi juara untuk musim 1988 tersebut .
Tahun 1989 Eddie Lawson pindah ke Rothmans Honda. Lawson berhasil memenangkan musim 1989. Tahun ini Rainey membaik. Dia berhasil naik ke peringkat dua klasemen akhir. Dan inilah harapan baru Yamaha. Boleh dikata, Rainey adalah ‘senjata’ Yamaha dalam menahan laju keperkasaan Honda dan Suzuki. Berkat Rainey, tiga tahun berturut-turut Yamaha menyabet gelar juara dunia tiga kali berturut-turut, yaitu tahun 1990, 1991 dan terakhir 1992.
Rupanya itulah kemenangan terakhir Yamaha di kancah GP500, dan juga kemenangan Rainey yang terakhir. Karena pada tahun berikutnya, 1993, Rainey mengalami kecelakaan hebat pada GP Italia . Padahal saat itu Rainey tengah memimpin klasemen. Dan akhirnya Kevin Schwantz merenggut gelar juara untuk tahun 1993 dari tangan Rainey. Rainey akhirnya diklaim lumpuh dan tidak bisa ikut balapan lagi.
Rainey adalah pembalap Amerika kedua setelah Kenny Roberts yang bisa meraih tiga gelar kejuraan berturu-turut selama tiga tahun.
1990an
Pada tahun 1994 sebuah tim Privater Yamaha baru berdiri. Nama tim itu adalah Marlboro Yamaha Team Rainey. Yap! Rainey is back dengan Yamaha, tapi bukan sebagai pembalap, melainkan seorang bos tim. Karena mustahil bagi Rainey untuk bisa membalap lagi, karena saat itu dia sudah lumpuh dan hidup di kursi roda.
Yamaha menyebut Rainey sebagai salah satu legenda pada tahun 90an. Rainey betul-betul pensiun pada tahun 1998. Toh Yamaha berhasil menempati urutan kedua di klasemen akhir dibawah Honda yang saat itu dipacu seorang legenda bernama Mick Doohan.
ERA BARU 2000- sampai sekarang.
Pada tahun berikutnya, yaitu 1999, Yamaha mendirikan tim pabrikan. Dan ini adalah bagian pertama Yamaha dalam perjalannya sebagai tim pabrikan. Dimana tim masih mempertahankan motor YZR500 sebagai andalan dua pembalapanya, Max Biaggi dan Carlos Checa. Tim ini awalnya masih mempertahankan sponsor rokok, Marlboro. Dan nama Marlboro Yamaha Team menjadi label dari tim yang saat itu bermarkas di Belanda.
Pada bagian kedua, karena perubahan regulasi motor, dari 500cc 2 tak ke mesin 4 tak dengan kubikasi maksimal 990 cc, Yamaha mengeluarkan motor barunya, yaitu Yamaha YZR-M1. Pada tahun 2002 ini pulalah sponsor baru masuk menggantikan Marlboro. Tetap dengan sponsor rokok, kali ini Yamaha menggandeng nama Fortuna, sebuah merk rokok dari Spanyol. Markas tim pun di pindahkan dari Belanda ke Italia.
Menjalani era baru tampaknya dominasi Honda masih berlanjut. Tim pabrikan Honda dengan seorang bintang dari Italia melaju tak terbendung di musim keduanya di kelas premier. Dia adalah Valentino Rossi dengan Honda HRC. Yamaha memberi perlawanan dengan seorang Maximiliano ‘Max’ Biaggi yang notabene musuh bebuyutan Rossi yang sekaligus kompatriotnya. Mengakhiri musim dengan posisi runner up bukan yang buruk-buruk amat buat Yamaha. Tapi bukan itu yang diharap Yamaha. Yamaha, seperti peserta balapan lainnya yang mengganggap Runner up is first looser tetap menginginkan posisi puncaknya.
Yang menyakitkan justru pada tahun 2003. Saat itu Biaggi hengkang ke Honda, tepatnya di tim satelit macam Camel Pramac Pons-Honda. Sedangkan di Yamaha Fortuna Team diperkuat oleh Carlos Checa, yang tetap bertahan, dengan seorang pembalap Italia lain sebagai pasangan baru Checa, yaitu Marco Melandri. Kenapa kami bilang menyakitkan? Dari posisi Runner up, bukannya membaik, malah terlempar ke posisi 3 klasemen. Runner up direbut oleh Ducati yang saat itu menjalani musim kedua di MotoGP. Hasil itu di peroleh oleh Checa yang menduduki posisi ke 7 klasemen, dan Melandri yang hanya sanggup ada di posisi 15 klasemen pembalap.
Tahun 2004 terjadi perubahan lini pembalap sangat mempengaruhi performa tim. Valentino Rossi yang sedari tahun 2003 sudah dikabarkan dekat dengan Yamaha, kini benar-benar masuk tim. Di musim pertamanya Rossi langsung merangsek ke puncak dengan menjuarai seri kejuaraan. Tapi sayangnya rekan setim Rossi asal Jepang, yaitu Norick Abe hanya sanggup meraih klasemen 13. kombinasi keduanya mengantarkan Yamaha meraih Runner up klasemen.
Selama tujuh tahun bersama yamaha, Rossi berhasil mengoleksi 4 kemenangan. Yaitu tahun 2004, 2005, 2008 dan 2009. Inilah era termanis Yamaha. Pada tahun 2005 mereka berhasil mengawinkan juara konstruktor dan pembalap.
Pada 2011 Rossi hengkang ke Ducati, menyisakan Jorge Lorenzo tetap berada di tim sampai tahun 2016. kendati demikian, Jorge Lorenzo pun masih berhasil memberi kemenagan buat tim di tahun 2010. Saat itu FIAT (baca: Fiat) sudah masuk sebagai sponsor utama dan menadikan tim ini bernama FIAT YAMAHA TEAM. Tahun 2011 Yamaha melorot ada di urutan 2 klasemen akhir. Pertarungan dengan Honda HRC berlanjut lagi dengan HRC sebagai pemenang.
Tahun 2012 Lorenzo kembali menang, dan pada tahun 2015 merupakan kemenangan terakhir yang bisa di persembahkan oleh Lorenzo sebelum akhirnya hengkang ke Ducati pada tahun 2017.
Kini Yamaha Pabrikan menggunakan label Monster energy Yamaha, dan satu tim satelit RNF Yamaha . Pada tahun 2021 Fabio Quartararo pindah dari Petronas Yamaha SRT ke tim pabrikan sekaligus mempersembahkan gelar dunianya di musim pertama bersama pabrikan.
Kendati demikian, kemenangan Quartarrao hanya bisa mengantarkan Yamaha ke posisi Runner up konstruktor dibawah Ducati Lenovo.