MotoGP merupakan balap motor prestisius yang memiliki daya tarik yang tinggi untuk penikmat balap motor di seluruh penjuru dunia. MotoGP tak pernah gagal untuk menampilkan tontonan apik yang memukau dari aksi-aksi para pembalap yang bertarung di lintasan dan manuver-manuver fantastis ketika mereka melewati satu per satu lawan hingga duel di Last Lap yang dapat memacu decak kagum penonton.
Kemegahan MotoGP juga tak lepas dari kecanggihan teknologi dan motor yang digunakan untuk balap. Ya, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa motor yang digunakan untuk race di MotoGP bukanlah motor sembarangan. Motor ini haruslah berupa Prototype atau motor yang di desain khusus untuk balap dengan part dan komponen terbaik untuk mendukung performanya di lintasan.
Sehingga tak mengherankan bila harga satu buah motor bisa menembus angka puluhan miliar rupiah. Di MotoGP sendiri dikenal beberapa nama brand motor yang setia menjadi partisipan sejak lama, bahkan sebelum era MotoGP dan masih bernama Grand Prix. Yamaha, Honda dan Suzuki adalah 3 brand besar yang paling lama terjun dalam Grand Prix.
Brand asal Jepang ini memang menjadi pilihan utama untuk balapan saat itu. Seiring berkembangnya waktu, kini mulai bermunculan brand-brand Eropa yang turut serta dalam persaingan balap di MotoGP seperti Ducati, KTM dan Aprilia. Dan nama terakhir tersebut patut menjadi sorotan utama saat ini. Ya, mungkin tidak banyak orang yang memperhatikan Aprilia di MotoGP.
Meski sama-sama berasal dari Italia, Aprilia masih kalah pamor dengan Ducati yang begitu besar pengaruhnya di MotoGP dengan dukungan dana yang melimpah. Namun kini perlahan Aprilia mulai menunjukkan tajinya dengan pengembangan dan riset motor selama bertahun-tahun.
Sejarah Aprilia Di Dunia Balap Motor
Aprilia pertama kali masuk dalam Grand Prix pada era 80-an di kelas 125cc dan 250cc. 2 pembalap andalan mereka, Loris Reggiani dan Alessandro Gramigni adalah suksesor penting dalam kiprah Aprilia di ajang balap. Terlebih lagi kedua Rider ini yang berasal dari Italia, sehingga membentuk filosofi kesuksesan Aprilia, bahwa Aprilia adalah motor buatan Italia yang dikendarai oleh orang Italia.
Kesuksesan Aprilia terus berlanjut hingga pada tahun 1992, mereka memenangkan gelar juara dunia kelas 125cc pertamanya bersama Gramigni sebagai Rider jagoan Aprilia waktu itu. Kemenangan ini diikuti Kazuto Sakata yang mampu menjuarai kelas yang sama 2 tahun kemudian.
Rupanya kesuksesan Aprilia ini dikembangkan lebih lanjut hingga pada kelas 250cc dimana Max Biaggi mampu meraih gelar juara dunia 3 kali dengan Aprilia. 3 gelar tersebut diperoleh secara beruntun dari tahun 1994-1996. Setelah Biaggi, Pabrikan Venesia ini pun meraih hasil yang cemerlang bersama Loris Capirossi di tahun 1998, kala Capirossi mengalahkan rival beratnya, Tetsuya Harada di tikungan terakhir GP Argentina 1998.
Yang tak kalah mengejutkan, legenda balap Italia, Valentino Rossi juga pernah merengkuh gelar juara dunia dengan Aprilia di tahun 1997 (125cc) dan 1999 (250cc). Memasuki era 2000-an, Marco Melandri dan Manuel Poggiali juga berhasil mendapatkan gelar juara dunia kelas 250cc dengan Aprilia, sekaligus menguatkan kembali aroma filosofi lama mereka, motor Italia dengan juara dunia dari Italia .
Dan Jorge Lorenzo menjadi penutup kejayaan era Aprilia di kelas 250cc lewat titel juara dunianya tahun 2006-2007. Sementara untuk kelas 125cc, Julian Simon (2009) dan Nico Terol (2011) adalah 2 nama juara dunia terakhir yang mampu menang dengan Aprilia sebelum kelas 125cc berubah format menjadi Moto3.
Lompatan Besar Di Kelas MotoGP
Merasa telah sukses besar di kelas 125cc & 250cc di awal tahun keikutsertaan di kelas ringan, Aprilia pun menjajal kelas tertinggi, 500cc . Hal itu dilakukan pada musim 1994. Perjalanan Aprilia di MotoGP ternyata tak semulus di kelas 125cc/250cc. Tujuan besar untuk menghentikan dominasi Pabrikan Jepang pun menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Aprilia memulai debutnya di kelas tertinggi dengan membawa motor Aprilia RSW-2 yang basisnya dari motor juara mereka di kelas 250cc 2 silinder V yang diperbesar kapasitasnya menjadi 410cc. Harapannya dengan motor yang ringan dan gesit di tikungan akan bisa menang melawan motor lain yang lebih berat bermesin 500cc V4. Namun dengan motor ini ternyata tak berdaya melawan motor bermesin 500cc V4.
Aprilia pun berinisiatif menaikan kapasitas mesinnya menjadi 430cc di tahun 1996 namun masih tidak meraih hasil bagus. Di tahun 1997 motor Aprilia RSW-2 kapasitas mesinnya dinaikkan lagi menjadi 460cc. Barulah di tahun ini, Aprilia berhasil meraih podum pertama kalinya di kelas tertinggi lewat pembalap mereka yaitu Doriano Romboni yang berhasil naik podium ketiga di GP Belanda. Namun motor Aprilia masih belum bisa menandingi tenaga dari motor 500cc V4 lainnya. Aprilia pun memutuskan menarik diri di tahun 1998 untuk pengembangan motor lebih lanjut.
Tahun 1999, Aprilia comeback dengan motor Aprilia RSW-2 500. Kali ini dengan mesin berkapasitas 500cc V 2 silinder, dengan menurunkan pembalap Jepang, Tetsuya Harada. Dengan motor ini hasilnya pun lumayan dengan bisa meraih 2 kali podium ketiga. Prestasi ini diulangi lagi di tahun 2000 dengan meraih 2 podium ketiga oleh pembalapnya Jeremy McWilliam.
Motor Aprilia RSW-2 500 bisa dibilang tidak begitu sukses di kelas premier, meskipun motornya sangat lincah dan ringan. Motor ini sulit bersaing melawan motor 4 silinder lainnya, karena motor Aprilia ini hanya memiliki 140 Horse Power dibanding motor 4 silinder lainnya yang punya power 200 Horse Power. Aprilia pun menarik diri di akhir tahun 2000.
Aprilia comeback di 2002. Pemilik Aprilia, Ivano Beggio dibantu insinyur kepercayaanya yang berasal dari Belanda, Jan Witteveen bekerja ekstra keras untuk membuat kemajuan pada motor. Mereka mempercayakan Regis Laconi, Colin Edwards, Noriyuki Haga, Garry McCoy dan Jeremy McWilliams sebagai pembalap utamanya. Mesin prototipe 3 silinder RS Cube pun dipilih sebagai senjata tempur Aprilia di lintasan.
Namun, terlepas dari upaya pembalapnya seperti Regis Laconi, Colin Edwards, Noriyuki Haga, Garry McCoy dan McWilliams, hasil yang diinginkan tidak kunjung datang dan Aprilia keluar dari kategori teratas pada akhir musim 2004. Dan hasil kurang memuaskan tersebut membuat Aprilia akhirnya memilih pergi dari MotoGP selepas musim kompetisi 2004 berakhir.
Comeback Ke MotoGP Lagi
Lama absen dari pentas balap MotoGP, tanda-tanda kembalinya Aprilia sebenarnya mulai nampak pada MotoGP 2012. Kala itu Dorna membuat regulasi baru dengan membentuk Tim CRT yang bersatus Private Team untuk meningkatkan persaingan di MotoGP yang cenderung mulai membosankan karena hanya Yamaha dan Honda saja yang bersaing di depan.
Sementara Ducati mengalami masalah Understeer serius dan tak sanggup berbuat banyak saat race. Ditambah lagi hilangnya 2 Pabrikan besar: Kawasaki dan Suzuki, membuat musim 2012 terasa monoton. Dorna memahami bahwa mereka perlu melakukan sesuatu agar MotoGP tidak kehilangan penonton setianya. Dan Tim CRT adalah solusi nyata untuk mengisi kekosongan kuota peserta balap yang makin berkurang.
Tim CRT tidak menggunakan motor Prototype seperti milik Tim Pabrikan lainnya. Mereka menggunakan mesin dari Pabrikan tertentu, namun dengan sasis yang dikembangkan sendiri dan part motor yang kualitasnya berbeda dari Pabrikan. Disinilah Aprilia melihat peluang besar untuk bisa masuk ke MotoGP lagi. Aprilia pun menjadi pemasok mesin untuk Tim CRT di MotoGP, seperti yang digunakan Aleix Espargaro dengan motor ART-nya.
Aprilia terus berbenah dan melakukan riset yang panjang untuk peningkatan performa mesin mereka. Dan benar saja, lewat usaha ekstra keras, Aprilia pun berhasil Comeback di MotoGP 2015, bersamaan dengan kembalinya Suzuki yang juga mengawali cerita barunya di MotoGP. Pengumuman kembalinya Aprilia ke MotoGP dibuat pada GP ke 13 di Misano 2014.
Aprilia pun bergerak cepat dengan menjalin kerjasama bersama Gresini Racing dan memperkenalkan Alvaro Bautista dan Marco Melandri sebagai Rider andalan mereka di musim 2015. Hubungan baik antara Direktur Pelaksana Olahraga Aprilia, Romano Albesiano dan manajer Gresini Racing, Fausto Gresini adalah faktor utama terjadinya kerjasama yang baik tersebut.
Selain itu Aprilia memilih Gresini Racing karena Fausto Gresini dulu juga pernah menjadi pembalap Aprilia di kelas 125cc tahun 1989. Kembalinya Aprilia ke MotoGP juga dipengaruhi dukungan finansial dari Piaggio Group yang sejak 2004 telah memberikan support finansial yang cukup bagi Aprilia untuk tampil di kelas premier, MotoGP.
Masalah Dan Prestasi Selepas Comeback Di MotoGP
Pasca Comeback di musim 2015 Aprilia rupanya masih kesulitan untuk kompetitif. Mereka hanya mampu 2 kali menembus 10 besar lewat torehan Alvaro Bautista di GP Catalunya dan GP Silverstone 2015. Namun Aprilia terus berkembang secara perlahan hingga usaha mereka selama bertahun-tahun terbayar di GP Silverstone 2021 dimana Aprilia untuk pertama kalinya mampu menembus podium ke 3 setelah sekian lama berada di MotoGP.
Hasil manis itu pun berlanjut di musim berikutnya. Secara mengejutkan Aprilia sukses menjadi pemenang gelaran balap di GP Argentina 2022. Tak main-main, bahkan sang joki Aprilia, Alex Espargaro berhasil menyudahi perlawanan sengit dari Jorge Martin di Pramac Ducati. Atas pencapaian ini, Aprilia kini telah dianggap Dorna memiliki level yang setara dengan pabrikan lainnya.
Oleh karena itu, bantuan konsesi yang diberikan Dorna pada Aprilia otomatis dihilangkan. Dan Aprilia sekarang siap bertarung melawan Pabrikan manapun dengan kemampuan dan kemampuan motornya sendiri. Tidak menutup kemungkinan dalam beberapa waktu kedepan Aprilia berpeluang untuk mendapatkan prestasi tertinggi di MotoGP.
Yaitu menjadi juara dunia bagi pembalap dan konstruktor. Hanya waktu yang bisa menjawabnya, apakah Aprilia mampu mewujudkan mimpi besarnya itu. Jika itu terjadi, publik Italia akan sangat bangga karena mereka memiliki 2 pabrikan juara di MotoGP (Ducati dan Aprilia).