Sekarang kita sudah sangat akrab dengan Yamaha YZR M1 yang punya mesin Inline-Four. Yamaha tidak pernah mengganti konfigurasi mesin ini dari tahun 2002.
Sementara pabrikan lain sudah banyak yang bergonta-ganti konfigurasi mesin. Honda pernah memakai mesin V5 dan kini selalu memakai mesin V4.
Ducati dari awal sudah pakai mesin V4 sama dengan Aprilia dan KTM. Suzuki pernah memakai mesin V4 dan Inline Four.
Kemampuan engine yang bisa memproduksi power dengan lebih halus, ditambah crossplane firing order yang membuat Yamaha bisa meniru energi kinetic dari mesin V4 dengan mesin Inline, membuat Yamaha tetap mempertahankan mesin ini walau regulasi sudah sering berganti.
Namun pada beberapa kesempatan yang lalu, manager team Yamaha akan segera pensiun yakni Lin Jarvis membeberkan kalau Yamaha sedang mengembangkan dan akan mengeluarkan mesin V4 mereka pada pertengahan musim 2025.
Walaupun kegunaan mesin ini masih belum dibeberkan, kemungkinan besar Yamaha tidak akan menurunkan M1 versi V4 pada balapan sampai perubahan regulasi pada tahun 2027.
Kemungkinan besar Yamaha akan mengeluarkan mesin V4 untuk mereka uji dan dipersiapkan untuk musim 2027.
Langkah ini sangat logis bagi Yamaha, mengingat kini Yamaha M1 inline-four sudah berada di dalam tahap jenuh pengembangan, yang artinya secara spec sudah mentok untuk dikembangkan.
Di tambah, body lebar dari mesin inline membuat Yamaha kesulitan untuk mencari dan menemukan aero fairing yang tepat.
Namun banyak lho yang ternyata tidak tahu, kalau Yamaha itu aslinya sepuh soal permesinan V4.
Yamaha adalah pabrikan pertama yang memakai mesin V4 di Motogp dan itu adalah salah satu hal yang mengubah Motogp untuk selamanya.
Kesukesan YZR500 Membuka Era Dua Tak
Setelah kematian pembalap andalan Yamaha, Jarno Saarinen pada GP Monza 1973 setelah mengalami kecelakaan di GP250.
Yamaha akhirnya memilih untuk menarik mundur factory effort mereka dari sisa musim 1973, dan meninggalkan dukungan terbatas pada beberapa team privateer.
Padahal saat itu Yamaha sudah bisa mengembangkan motor dua tak empat silinder yang bisa menyaingi motor empat tak MV Agusta yang waktu itu mendominasi.
Motor itu adalah Yamaha YZR500 dengan kode 0W20 yang sudah Yamaha kembangkan sejak 1971.
Namun setelah dua tahun, Yamaha akhirnya memutuskan kembali ke GP500 dan berhasil membajak Giacomo Agostini dari team MV Agusta.
Bersama Agostini, Yamaha sukses jadi juara dunia pertama kali pada musim 1975. Musim 1975 menjadi musim pertama disepanjang sejarah Motogp/GP500 yang dimenangkan oleh motor dua tak.
Kemenangan Yamaha ini akhirnya membuka era dua tak di GP500 sampai akhirnya selesai pada 2002.
Kedatangan Suzuki dengan Mesin Square-Four
Saat Yamaha memutuskan untuk kembali ke arena GP pada tahun 1971, Suzuki mengikuti langkah Yamaha dan sukses menguasai kelas-kelas kecil.
Suzuki sudah sukses memenangkan gelar di kelas 50cc, 125cc dan 250cc. Namun ambisi Suzuki jelas juga untuk memenangkan kelas 500cc.
Suzuki tidak melirik kelas 350cc karena mereka berpikir kalau kelas itu terlalu mirip dengan kelas 500.
Pada musim 1973, Suzuki merancang mesin Square-four yang menggabungkan dua mesin twin silinder 250cc mereka. Konsepnya sederhana, yakni menumpuk dua mesin 250cc dan membuat mesin Square-four punya bentuk yang kompak dan lebih aero dinamis.
Suzuki lalu mendebutkan motor mereka yang diberi nama RG500 pada musim 1974. Tidak hanya itu, Suzuki sukses mengamankan jasa Playboy multitalenta Barry Sheene untuk menjadi joki mereka.
Walau Yamaha berhasil memenangkan gelar 1975, tidak butuh banyak waktu bagi Suzuki dan Barry Sheene untuk merebut gelar juara dari Yamaha.
Yamaha vs Suzuki, Kenny Roberts vs Barry Shenee
Sisa tahun 70an akhirnya menjadi adu baku hantam antara Yamaha dan Suzuki. Barry Sheene yang memimpin pengembangan RG500, bisa membuat RG500 menjadi lebih sempurna.
Sheene lalu memenangkan gelar GP500 1976 dan 1977 dengan RG500. Yamaha yang mengandalkan Giacomo Agostini yang mulai menua merasa memerlukan andalan baru.
Yamaha lalu menarik Kenny Roberts dari kejuaraan dirt track Amerika. Meskipun begitu, Yamaha tidak langsung memberikan dukungan pabrikan pada Roberts.
Roberts menjalani musim 1978 dengan dukungan terbatas dan bahkan tidak dibekali ban hujan. Walau begitu, gaya balap Roberts yang ekstrim sukses mengasapi Barry Sheene dan Suzuki RG500.
Dua pembalap itu lalu terlibat rivalitas panas. Sheene yang playboy dan Roberts yang family man punya gaya balap dan filosofi yang berbeda.
Roberts memenangkan gelar 1979 dan 1980 dengan YZR500 0W40 bermesin inline-four. Barry Sheene kemudian pidah dari Suzuki pada awal 1980 menyudahi rivalitasnya dengan Roberts.
Problem Mesin Inline
Persaingan dengan Suzuki membuat Yamaha mendorong pengembangan YZR500 inline-four ketahap yang ekstreem.
Pada 1980, Kenny Roberts sudah mengeluh bahwa motor Yamaha semakin melebar dan semakin underpower.
Selain underpower, melebarnya YZR500 juga memicu masalah dalam hal ground clearance. Pada era itu motor Motogp lebih pendek daripada sekarang dan permasalahan Yamaha ini membuat Yamaha tidak bisa mendapatkan keseimbangan motor yang baik.
Kemenangan Yamaha bersama Roberts tahun 1980 murni dari talenta Roberts yang masih bisa mengatasi kelemahan YZR500.
Mencoba Membuat Mesin Square-Four
Walau sudah meriset tentang mesin V4, pada musim 1981 Yamaha memilih untuk mencoba meniru Suzuki membuat mesin Square-four.
Yamaha bahkan meninggalkan reed valve yang mereka sudah pakai dari YZR500 0W20 dan memakai mesin rotary valve seperti Suzuki. Yamaha lalu menamai YZR500 Square-four ini dengan kode 0W60.
Hasilnya sudah bisa diduga. Motor krisis identitas itu tidak bisa mengalahkan Suzuki yang baru saja meng-upgrade RG500 mereka menjadi RG500 Gamma yang punya mesin dan chasis lebih bagus.
Bahkan talenta Kenny Roberts tidak cukup untuk membawa Yamaha 0W60 merebut gelar. Roberts hanya finish di posisi tiga klasemen akhir musim 1981 dibawah Marco Lucchinelli dan Randy Mamola.
Kelemahan utama Yamaha YZR500 versi square-four ini adalah penempatan karburator yang ada di sisi kanan dan kiri mesin. Membuat YZR500 bisa saja kehilangan karburator saat menikung.
Kelahiran 0W61 Mesin V4 dan Musim Perdana yang Mengerikan
Setelah kegagalan 0W60 square-four, Yamaha akhirnya fokus mengembangkan mesin V4. Mesin V4 memiliki kelebihan untuk menghasilkan tenaga lebih besar dengan bentuk yang lebih compact.
Mesin V4 juga bisa dibuat lebih sederhana dibandingkan Square-four yang menumpuk mesin sehingga sulit mengganti part.
Yamaha YZR500 0W61 lalu diturunkan untuk musim 1982. Yamaha membekali 0W61 dengan mesin V4 yang memiliki dua crankcase untuk menggerakan mesin.
Konfigurasi ini sebenarnya membuat mesin Yamaha memiliki bentuk W daripada V, karena mesin V dimasa depan digerakan dengan satu crankcase.
Meskipun begitu, Yamaha percaya diri dengan pengembangan mereka. Namun perubahan drastis pada mesin ini tidak diiringi dengan perubahan yang mumpuni di sektor suspensi dan chasis.
Walau Kenny Roberts menyukai power delivery dari mesin V4 0W61, namun handlingnya sama sekali tidak bagus.
Masalah Sliding 0W61
Yamaha mendesain crankcase untuk 0W61 memiliki bobot yang terlalu ringan. Bobot crankcase sangat berpengaruh untuk GP500 dua tak, jika crankcase terlalu ringan maka motor akan terlalu mudah spin, kalau terlalu berat maka motor akan understeer.
Problem spin ini membuat 0W61 jadi mimpi buruk untuk dikendarai. Ditambah teknologi ban pada waktu itu masih belum mumpuni, Roberts kerap kehabisan kompon di pertengahan balapan.
Masalah ini semakin diperparah dengan keputusan Yamaha yang membuat half rear suspension system untuk suspensi belakang.
Suspensi ini ditempatkan secara horizontal melewati mesin sampai tersambung di swingarm belakang.
Desain ini digunakan untuk memaksimalkan ruang mesin dan membuat ruang exhaust dari silinder belakang bisa ditempatkan dengan lebih baik.
Ide dari sistem suspensi itu sudah bagus, namun banyaknya sambungan antara frame dan swingarm sangat mengurangi efektivitas dari suspensi belakang itu sendiri.
Kemudian chasis dari 0W61 yang dibuat dari pipa alumunium yang sangat kaku, membuat handling 0W61 khususnya keluar tikungan menjadi lamban.
Kombinasi permasalahan ini membuat 0W61 meraih hasil yang lebih buruk daripada 0W60 yang merupakan cloning dari RG500.
Meskipun begitu, Yamaha dan Roberts sepakat kalau pengembangan engine V4 harus dilanjutkan. Karena kalau ada hal yang benar dari pengembangan 0W61 adalah engine V4-nya yang masih punya banyak ruang pengembangan.
“Motor itu sangat buruk sampai-sampai Mike Maekawa (kepala team Yamaha waktu itu). Memasukan motor itu ke mesin penghancur sendirian.” Cerita Roberts (dari Motorsportmagazine.com).
Kenny Roberts sendiri hanya memenangkan satu balapan dengan 0W61 dan duduk diperingkat lima klasemen akhir 1982.
Chassis Delta Box dan Suspensi Ohlins Jadi Solusi
Setelah musim 1982 yang hancur, Yamaha mulai membenahi YZR500 V4 dari akhir musim 1982.
Revisi dari 0W61 ini diberi kode 0W70. Hal pertama yang dibenahi oleh Yamaha adalah chasis. Chasis pipa alumunium yang digunakan oleh 0W61.
Chasis jenis itu dianggap terlalu kaku dan kuno untuk power delivery mesin V4 yang lebih besar dari inline dan square-four.
Yamaha membuat chasis masih dengan bahan aluminium yang menyatu dari bagian headstock sampai ke sambungan swing arm.
Chasis ini terinspirasi dari chasis yang dibuat oleh insinyur asal Spanyol yakni Antonio Cobas. Cobas membuat chasis yang memungkinkan crew mengganti part dengan mudah namun punya kelenturan dan kemampuan yang baik pada tikungan.
Chasis ini kemudian dinamai delta box oleh Yamaha. Penamaan ini diambil dari bentuk chasis yang terlihat mengotak dari samping, tapi kalau dilihat dari sisi atas bentuknya terlihat seperti simbol huruf delta.
Setelah masalah chasis dibenahi, Yamaha lalu memebenahi sektor suspensi yang tahun sebelumnya juga jadi masalah utama.
Debut Ohlins di Kejuaraan Dunia
Yamaha lalu menjalin kerja sama dengan Ohlins untuk mensuplai suspensi mereka. 0W70 akan meninggalkan konsep half-end suspension dan menggunakan bentuk suspensi konvensional.
Ohlins menggantikan Kayaba yang sudah Yamaha pakai sejak pertama kali masuk ke lintasan GP500.
Kerja sama ini sekaligus menjadi debut Ohlins di kejuaraan road race dunia, sebelumnya Ohlins lebih terkenal di lintasan motocross atau dirt track.
Walau suspensi belakangnya kembali ke monoshock konvensional, namun Ohlins bisa membawa banyak settingan yang lebih lengkap daripada Kayaba.
“Saat saya mulai bekerja dengan Ohlins, mereka berbicara tentang low, medium dan high speed bump dan rebound. Saya bisa bicara ‘saya pikir kita butuh rebound yang lebih halus atau kita butuh setingan lebih tinggi karena jenis tikungannya begini’ dan mereka selalu punya settingan untuk semua keadaan yang saya keluhkan. Saya pikir kedatangan mereka membuat saya seperti di surga waktu itu.” Cerita Kenny Roberts. (dari motorsportmagazine.com).
Tidak banyak ubahan pada engine, karena menurut Roberts engine dari 0W61 sudah memiliki output power dan delivery yang baik. Yamaha hanya sedikit menyempurnakan penyaluran power agar menjadi lebih halus.
Yamaha 0W70 menjadi motor Motogp V4 pertama yang bisa memperebutkan gelar.
Freddie Spencer dan Honda NS500 Jadi Penghalang
0W70 terbukti superior dibanding RG500 Gamma square-four Suzuki. Namun perlawanan ternyata datang dari Honda.
Honda yang meninggalkan mesin empat tak, membuat NS500 yang compact dan ringan bermesin V3 dengan single crankcase yang menggerakan mesin.
Sistem single crankcase ini membuat NS500 lebih mudah distarter daripada YZR500. Ingat bahwa waktu itu pembalap masih melakukan push start, dan kesulitan starter motor ini menjadi salah satu kelemahan YZR500 V4.
Bersama Freddie Spencer, Honda akhirnya jadi favorit gelar pada tahun 1983. Spencer dan Roberts kemudian bertarung sepanjang tahun untuk memperebutkan gelar.
Walau punya lebih banyak tenaga, NS500 yang lincah ternyata cukup menyulitkan Roberts.
Meski sama-sama memenangkan enam balapan, Spencer yang lebih konsisten mengalahkan Roberts dengan selisih dua poin.
Setelah musim 1983, Roberts memutuskan untuk pensiun dan pengembangan YZR500 V4 diteruskan oleh Eddie Lawson.
Gelar Bersama Lawson dan Rainey
Setelah kesuksesan 0W70, Yamaha semakin mengembangkan YZR500 V4 ke bentuk yang lebih sempurna.
Walau gagal meraih gelar dengan Kenny Roberts. Eddie Lawson bisa merebut gelar dengan YZR500 V4 pada musim 1984, 1986 dan 1988.
Melihat keunggulan V4, pesaing-pesaing Yamaha juga kemudian membuat mesin V4. Honda beralih menggunakan NSR500 V4 sementara Suzuki membuat RGV500 V4.
Membuka era baru GP500 dimana motor-motor dengan power beringas menguasai GP500 pada waktu itu.
Sesudah Lawson, YZR500 memenangkan gelar tahun 1990, 1991 dan 1992 bersama Wayne Rainey.
YZR500 tidak bisa memenangkan gelar lagi setelah kelumpuhan yang dialami oleh Rainey pada 1993. Butuh waktu sampai tahun 2004 sampai akhirnya pembalap Yamaha bisa merebut gelar lagi.
Kenapa Pindah ke Inline Four lagi
Sewaktu diumumkan kalau GP500 akan berubah ke Motogp empat tak, Yamaha memutuskan untuk kembali ke mesin inline-four.
Ada dua alasan utama. Pertama adalah bisnis, banyak seri superbike Yamaha yang menggunakan mesin inline-four bukan V4.
Dengan berubah kembali ke inline-four, Yamaha bisa lebih mempromosikan line-up motor produksi masal mereka, dan bisa lebih mudah men-transfer teknologi yang dikembangkan di Motogp ke motor jalanan.
Kedua adalah inline-four dianggap bisa memberikan handling yang lebih baik untuk Yamaha di era empat tak daripada V4.
Tujuan Yamaha simple, yakni mempertahankan handling superior dari YZR500 di era empat tak. V4 empat tak 990cc Yamaha anggap terlalu powerful, apalagi waktu itu Yamaha masih akan menggunakan chasis YZR500.
Alhasil mesin Yamaha akhirnya kembali ke mesin inline-four. Selama ini Yamaha bertumpu pada superioritas inline-four ditikungan dibandingkan dengan V4.
Namun kedatangan era aero fairing membuat mesin V4 kini juga lincah di tikungan. Hilangnya keunggulan inline-four ini membuat Yamaha akhirnya memutuskan untuk mengembangkan mesin V4 lagi.