Sampai tahun 1980-an, aerodinamika di dunia balap motor khususnya balap Grand Prix hanya fokus dengan motornya saja. Olahraga balap motor saat itu sedeharna, hanya bagaimana soal pembalap berkemampuan tinggi dengan motor yang bagus.
Sampai akhirnya di akhir dekade itu produsen pakaian balap memegang peranan penting. Apa yang dipakai pembalap di tubuhnya, dari mulai helm, wearpack, sarung tangan, dan sepatu bisa membuat pembalap lebih cepat lagi.
Posisi tubuh dan pakaian pembalap saling bersinergi membuat konsep aerodinamika yang bagus. Saat trek lurus misalnya, kepala pembalap akan menunduk, tangan akan dilipat ke tengah, kaki didekatkan dengan bodi motor, ya seperti yang kita sering lihat saat ini.
Punuk di wearpack ternyata juga memegang peranan saat pembalap melakukan gerakan ini.
Itulah bagaimana punuk dihadirkan produsen baju balap Dainese di 1988.
Awalnya, punuk ini tidak ditujukan untuk aerodinamika, tapi untuk menjaga keselamatan bagian belakang tubuh dan kepala pembalap dengan dibuat dari busa dan karet.
Saat itu pelindung tulang belakang berkembang cepat sebagai part pelindung paling penting selain helm untuk melindungi kepala.
Masih banyak kelemahan yang membuat para produsen berlomba membuat yang terbaik.
Selain soal perlindungan, kenyamanan pembalap memakai punuk ini juga harus diperhatikan.
Aman itu penting, tapi percuma kalau tidak nyaman, itulah yang menjadi pusat pengembangan punuk saat itu.
Kenyamanan juga menopang keselamatan, material yang lentur tapi kuat terus dikembangkan hingga punggung pembalap sangat aman dari benturan.
Pembalap profesional asal Bologna, Pierfrancesco Chili, adalah pembalap pertama yang memakai punuk di 1988.
Beberapa tahun setelahnya, barulah potensi part baru perlindungan pembalap mulai diakui.
Adalah Jean Philippe Ruggia, pembalap pertama yang menikung memakai sikunya, yang semakin membuat punuk ini populer.
Setelah mencoba racing suit baru dengan punuk, Ruggia merasakan kestabilan yang jauh lebih baik saat melaju di kecepatan tinggi.
Pembalap asal Prancis ini mencari posisi terbaik saat melaju dengan kecepatan tinggi memakai punuk ini.
Kemudian Ruggia semakin paham posisi tersebut membuat pembalap lebih nyaman soal konsentrasi, lebih menghemat energi, dan tentu lebih cepat.
Gerakannya menjadi dasar seperti yang sering kita lihat sekarang ini. Posisi itu sangat menguntungkan dari sisi keselamatan dan kecepatan.
Sejak saat itu, punuk terus dikembangkan dari 2 sisi. Pertama dari aerodinamika dan kedua dari keselamatan.
Riset di terowongan angin pada pertengahan 90-an membuat ilmu soal aerodinamika punuk semakin jelas. Punuk semakin berkembang dan bentuknya semakin kompak dengan helm, tangki motor, posisi membalap, dan juga punggung pembalap.
Bahkan saat ini, didalam punuk ini tersimpan berbagai perangkat elektronik, khususnya yang berhubungan dengan airbag. Untuk bisa mengembangkan airbag, diperlukan tabung gas dan tabung tersebut juga diletakkan di dalam punuk ini. Selain itu, di dalam punuk juga tersimpan perangkat elektronik lainnya yang berfungsi untuk menyimpan data-data pebalap, seperti data saat terjatuh hingga informasi lain dari tubuh pebalap.
Informasi dari tubuh pebalap, antara lain gaya membalapnya, temperatur badan, tekanan darah, hingga detak jantungnya.. Untuk menyimpan data-data tersebut, disematkan juga memory card di dalam punuk. Sehingga, data tadi bisa diambil para produsen wearpack yang digunakan untuk bisa semakin meningkatkan kualitas produknya.
Selain itu punuk juga mengendalikan suhu wearpack yang dipakai agar pembalap tidak kepanasan.
Fungsi lain dari punuk adalah untuk menyimpan air minum. Tujuannya jelas agar pebalap tidak mengalami dehidrasi dan bisa tetap berkonsentrasi, khususnya saat balapan dalam kondisi cuaca yang panas. Kapasitas air minum yang dapat ditampung di dalam punuk ini mencapai 300 ml atau setara dengan minuman kaleng.
Terakhir, sejak 2016, selain airbag, punuk juga dilengkapi lampu LED yang bisa menyala saat pembalap jatuh, sebagai pemberi tahu agar pembalap lain bisa mengetahui posisi pembalap yang jatuh tadi, terutama saat balapan gelap atau saat cuaca buruk dimana visibilitas minim.