Hujan hampir selalu menjadi elemen yang tidak menyenangkan dalam kejuaran balap motor. Tidak semua pembalap merasa nyaman di aspal yang basah, dan terkadang ketika air secara tidak terduga menggenang di aspal, bisa saja akan sangat mengubah jalannya balapan.
Sejak lama, balapan basah diakui sebagai balapan yang lebih terbuka, dimana pembalap yang difavoritkan akan mengurangi resiko terjatuh di lintasan dan pembalap underdog atau tidak diunggulkan biasanya akan mengambil resiko lebih mengambil kesempatan di balapan basah untuk bisa finish di depan.
Kehadiran hujan tidak selalu bisa direspon dengan cara yang sama di semua ajang balap. Di Eropa misalnya, ketika hujan datang, balapan tetap harus dilanjutkan tanpa ada potensi penundaan. Namun, di Amerika, sudah sejak lama ketika turun hujan maka balapan tidak akan digelar. Untuk alasan inilah, karena pembalap Amerika tidak terbiasa membalap di lintasan basah, akibatnya para pembalap Amerika tidak bagus ketika balapan dalam kondisi aspal basah.
Lalu bagaimanakah pelaksanaan balapan di masa lalu ketika hujan turun?
Secara umum, ketika hujan turun maka balapan akan dihentikan. Keputusan untuk tetap menggelar balapan atau tidak biasanya akan menimbulkan kontroversi, karena di masa lalu terkadang race director tidak punya kemampuan reaksi yang tepat.
Memang bisa dipahami bahwa di sirkuit yang kuno tidak ada CCTVnya, juga di lintasan yang berbeda tipe aspalnya terkadang di salah satu area terjadi hujan dan di area lainnya tidak. Jadi sangatlah rumit untuk membuat keputusan yang tepat dan di waktu yang tepat.
Bahkan ada momen dimana terjadi badai saat balapan berlangsung, tapi race director tidak membuat keputusan menghentikan balapan. Ini terjadi di Grand Prix 1982, saat digelar di sirkuit Imatra yang saat itu terjadi hujan deras. Para pembalap menerima kondisi hujan itu, tapi badai hujan semakin menjadi jadi selama balapan di kelas 350cc, sampai pada satu titik pembalap Anton Mang yang sedang memimpin balapan berhenti di garis finish untuk meminta Race Director menghentikan balapan. Race Director menolak permintaan itu dan tidak ada pilihan lain bagi Mang untuk melanjutkan balapan dengan menyelesaikan jarak balapan yang sudah diatur ketika hujan dan akhirnya dia menang.
Dari waktu ke waktu, akhirnya disepakati bahwa ketika turunnya hujan dalam balapan yang membuat kondisi lintasan jadi berbahaya, maka para pembalap sendirilah yang bisa membuat keputusan untuk menghentikan balapan dengan mengangkat tangannya.
Dan ketika balapan dimulai dengan kondisi hujan, semua pembalap harus sepakat bahwa mereka harus membalap di kondisi ini. Kemudian ban hujan akan dipasangkan di motor yang juga dikenal dengan ban berambut. Karena ketika ban hujan baru ini dikeluarkan, masih ada rambut halus yang masih menempel pada tapak ban, yang mana ban hujan ini akan membantu menyingkirkan air yang menempel pada ban. Namun saat hujan mulai turun di tengah balapan yang awalnya adalah balapan kering, maka balapan harus dihentikan.
Keputusan ini baru diterapkan di tahun 1980an. Ada 2 kemungkinan tindakan yang diambil; Jika balapan tidak bisa dilanjutkan kembali, maka balapan akan berakhir, dan jika 50% jarak total dari balapan tidak bisa dipenuhi, maka hanya setengah poin yang akan diberikan. Lalu Jika balapan bisa dimulai kembali, maka waktu yang ada dari 2 balapan tersebut akan dijumlahkan untuk kemudian dilihat siapa pembalap yang tercepat. Hal ini tentu memungkinkan bila pembalap yang tidak memimpin jalannya balapan pada balapan kedua bisa dianggap pemenang jika catatan waktunya menjadi yang tercepat saat catatan waktunya di balapan pertama dan kedua dijumlahkan. Aneh bukan ?
Aturan ini sempat masih diberlakukan sampai era MotoGP. Lalu kemudian akhirnya disadari aturan ini tidak adil atau tidak realistis, karena seringkali di balapan kedua, pembalap yang di posisi 1 di balapan pertama dengan mudahnya hanya akan menjaga gap dari pembalap yang di depan untuk bisa menang. Dan tidak selalu pembalap yang melewati garis finish pertama di balapan kedua yang menjadi pemenang. Ini pernah terjadi pada Carlos Checa (baca: Ceka) ini Grand Prix Spanyol tahun 2000, dimana Checa finish posisi pertama di balapan kedua, tapi Kenny Roberts Junior yang dideklarasikan sebagai pemenang, karena akumulasi waktu dari dua balapan tersebut, Roberts lebih cepat.
Regulasi ini kemudian diubah lagi, dan diputuskan bila balapan terpaksa dihentikan maka akan dimulai lagi sesuai jumlah lap yang tersisa sampai jumlah lapnya selesai, dan hasil yang dihitung adalah pemenang dari balapan kedua ini.
Namun regulasi ini jadi semakin jelas bahwa dalam keadaan tertentu aturan ini bukanlah solusi yang tepat. Pada GP Italia 2004, balapan harus ditunda di lap ke 17 dari 23 lap yang dijadwalkan karena hujan lebat. Balapan kemudian dilanjut kembali dengan hanya 6 lap yang tersisa. Balapan menjadi terasa aneh dan berbahaya karena balapan digelar dengan waktu yang sebentar dan masih ada sebagian genangan air di beberapa titik di sirkuit Mugello.
Pengelola kejuaraan MotoGP terus berusaha mencari formula yang adil yang memungkinkan balapan bisa digelar secara normal meskipun terjadi perubahan cuaca tiba tiba di tengah balapan. Lalu di tahun 2005, regulasi ‘Flag to Flag’ akhirnya lahir, yang mana memungkinkan balapan tidak akan tertunda meskipun terjadinya hujan di tengah balapan.
Sistem flag to flag ini hanya diaplikasikan di kelas MotoGP, karena Dorna menilai untuk alasan keselamatan.
Prosedur flag to flag sangat sederhana. Ketika hujan tiba tiba turun di tengah balapan, para marshal lintasan akan mengibarkan bendera putih dengan garis silang merah untuk memperingatkan para pembalap bahwa mulai ada turun hujan, dan saat Race Direction menilai bahwa kondisi aspal tidak lagi bisa dianggap cocok untuk balapan hujan, selanjutnya bendera putih akan dikibarkan, yang mana ini menandakan bahwa dibolehkannya para pembalap masuk ke pit untuk mengganti motornya.
Tim tim tentunya telah menyiapkan motor kedua untuk pembalap mereka di garasi dengan settingan dan ban hujan yang telah terpasang. Dan selanjutnya keputusan sepenuhnya ada di tangan pembalap itu sendiri, kapan mereka akan masuk ke pit dan mengganti motornya. Dengan aturan flag to flag, balapan bisa berlangsung tanpa ada hambatan.
Balapan pertama yang menggunakan sistem flag to flag ini adalah di GP Perancis di Le Mans tahun 2006, saat itu Marco Melandri yang menang. Sejak itu, prosedur Flag to Flag sudah diterapkan 20 kali, tapi sistem ini tidak serta merta bisa mencegah penundaan balapan dari kondisi cuaca yang ekstrim saat balapan. Seperti yang terjadi di Sepang tahun 2012, ketika balapan harus dihentikan di lap ke 14 dan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan, juga di Assen 2016, meskipun prosedur flag to flag telah dilakukan, hujan memaksa balapan harus dihentikan dan dimulai balapan lagi dengan jarak yang lebih pendek yaitu 12 lap tersisa untuk menyelesaikannya.
Salah satu pembalap yang hebat dalam kondisi flag to flag adalah Marc Marquez, yang telah memenangkan balapan flag to flag 5 kali, diantaranya di Assen 2014, Misano 2015, Argentina dan Sachsenring 2016, dan Brno 2017.