Ducati saat ini sangat mendominasi Motogp. Pengembangan motor yang baik, management yang solid dan pembalap yang apik menjadi kunci kesuksesan Ducati sekarang.
Pabrikan Borgo Panigale berhasil bangkit dari rentetan hasil buruk yang mereka raih sebelum musim 2015.
Sebelum ini, kesuksesan Ducati datang dari rider Istimewa mereka Casey Stoner. Stoner yang punya talenta unik sukses membawa Ducati meraih gelar pertama di Motogp pada 2007.
Setelah itu Ducati mencoba meraih sukses dengan Valentino Rossi, namun sayang Rossi gagal tampil baik dengan Ducati pada waktu itu.
Dominasi Ducati saat ini tidak lahir dalam semalam, ada masa sulit yang harus Ducati lewati dan kini mari kita lihat bagaimana Ducati berkembang dari awal keikutsertaan mereka di balap motor sampai pada saat ini.
GP500
Perjalanan Ducati di era 500cc tidaklah panjang. Pabrikan Panigale pertama kali masuk ke lintasan GP pada musim 1956 di kelas 125cc.
Menggunakan motor Ducati 125cc Bialbero, Ducati memutuskan untuk mundur dari GP500 pada awal 1970 saat peraturan mengalami perubahan dan terlihat lebih menguntungkan mesin dua tak.
Ducati yang fokus mengembangkan mesin empat tak kemudian mengundurkan diri. Ducati kemudian absen di Motogp hingga tahun 2003, dimana mereka kembali saat regulasi berubah kembali ke mesin empat tak.
Namun sebenarnya, walau nama Ducati absen pada sisa era GP500, sebenarnya Ducati sebagai perusahaan tetap turun di era dua tak.
Ducati turun di lintasan dengan nama Cagiva. Cagiva sendiri membeli merek dagang Ducati pada tahun 1983.
Cagiva kemudian turun di GP500 pada tahun 1987. Cagiva sempat dibela oleh beberapa pembalap legend di GP500.
Sebut saja Randy Mamola, John Kocinski, Doug Chandler, Alex Barros dan yang paling terkenal adalah Eddie Lawson.
Eddie Lawson pindah ke Cagiva pada 1991 setelah Yamaha memutuskan untuk menjadikan Wayne Rainey sebagai pembalap utama.
Meskipun Cagiva GP500 terbilang inferior dibanding kompetitornya. Eddie Lawson berhasil meraih kemenangan pertama Cagiva pada GP Hungaria 1992. John Kochinski juga berhasil menang di tahun 1994.
Cagiva kemudian mundur dari GP500 pada awal 1995.
Awal Mula Ducati di WSBK
Sewaktu gelaran World Superbike dilangsungkan pertama kali pada musim 1988, Ducati yang fokus mengembangkan mesin empat tak kemudian tertarik bergabung.
Setelah dua tahun hanya menyuplai motor kepada team privateer, team Ducati kemudian turun penuh pada musim 1990.
Diperkuat pembalap Prancis Raymond Roche dan Giancarlo Falappa, Ducati turun dengan motor dua silinder 851cc mereka, Ducati 851.
Sebelumnya, Honda mendominasi dua musim pertama WSBK dengan motor flagship mereka RC30 dengan mesin empat silinder 750cc.
Kedatangan Ducati dengan mesin V-twin mereka kemudian memabawa perubahan besar pada kejuaraan WSBK.
Bermesin L Twin dengan teknologi Desmodromic, menggunakan chassis trellis dan merupakan superbike pertama Ducati yang menggunakan Desmoquattro valve.
Bersama Raymond Roche, model 851 ini sukses meraih gelar juara pada tahun 1990 dan menjadi gelar pertama Ducati.
Model 851 ini memiliki tenaga maksimal 102HP pada putaran mesin 8250rpm. Mungkin termasuk kecil jika dibandingkan superbike modern, namun tenaga tersebut sangat besar pada jamannya.
Kehebatan mesin V-Twin Ducati membuat para kompetitor yang lain kesulitan. Apalagi pada musim 1991 Ducati melakukan upgrade pada Ducati 851 dengan merubahnya menjadi Ducati 888.
Masih menggunakan teknologi yang sama, Ducati hanya menaikkan kapasitas mesin dari 851cc ke 888cc.
Perubahan kecil ini nyatanya juga memberikan Ducati dominasi pada musim 1991. Raymond Roche dan Dough Pollen mendominasi persaingan baris depan.
Pollen berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya bersama Ducati dengan 13 kali kemenangan, meninggalkan jauh Roche yang berada di posisi ke dua.
Cerita yang sama terulang lagi pada musim 1992. Dimana Ducati 888 berhasil mendominasi kompetisi meninggalkan jauh lawan-lawannya di belakang.
Dua andalan Ducati, Raymond Roche dan Doug Polen kembali mendominasi papan atas klasemen.
Polen mengumpulkan sembilan kemenangan untuk kembali menjadi juara dunia lagi dan Roche kembali duduk di posisi runner up dengan enam kemenangan.
Musim 1993 adalah musim terakhir Ducati menggunakan model Ducati 888. Kini Raymond Roche yang tadinya merupakan pembalap andalan Ducati, memutuskan berhenti balapan dan menjadi kepala team Ducati yang baru.
Sementara juara bertahan Doug Polen lebih memilih kembali ke Amerika. Penunjukan Roche sebagai manager team yang baru membuat Ducati merekrut dua pembalap baru yakni Carl Fogarty dan Giancarlo Falappa.
Falappa berhasil mendominasi awal musim, namun karena sering terjatuh di akhir musim dirinya hanya duduk diperingkat lima klasemen akhir.
Fogarty yang gagal panas di awal musim mendadak menjadi beringas mulai dari pertengahan musim. Meskipun begitu, gelar juara pembalap musim 1993 jatuh kepada pembalap Amerika Scott Russell yang menunggang Kawasaki.
Gelar konstruktor tetap berada di genggaman Ducati. Musim 1993 adalah musim terakhir Ducati menggunakan model 888.
Bersama model 851, model 888 memiliki kelemahan pada segi bobot dan handling. Dimana bentuk dari motor tersebut juga dinilai kurang aerodinamis.
Mulai musim berikutnya Ducati memperkenalkan model baru yang akan membawa Ducati mendominasi jalannya WSBK di sisa dekade 90an.
Dominasi Dekade 90an
Hanya Honda pada 1997 dan Kawasaki pada 1993 yang bisa mengalahkan Ducati pada dekade tersebut.
Ducati memperkenalkan model 916 pada musim 1994. Model ini merevolusi pengembangan superbike Ducati hingga saat ini.
Berbeda dengan model sebelumnya yang cenderung kaku dan berat, model 916 di desain dengan cantik, memiliki bobot lebih ringan dan memiliki power lebih besar.
Di tenagai oleh mesin L-Twin Desmodromic dengan rangka tubular trellis serta menggunakan desmodromically valve, Ducati mampu mengasapi Honda RC45 yang juga merupakan jagoan baru Honda pada waktu itu.
Model 916 ini membantu Carl Fogarty meraih gelar di WSBK. Mengumpulkan 10 kemenangan, Fogarty sukses mengasapi juara bertahan Russel yang menunggang model baru Kawasaki ZX7R.
Gelar ini menjadi gelar pertama Fogarty di kelas Superbike dan menjadi gelar pertama yang dibawa pulang oleh Ducati 916.
Musim 1995 memiliki cerita yang mirip, dua Ducati berada di barisan depan semusim penuh bersama Carl Fogarty dan Troy Corser.
Carl Fogarty berhasil meraih gelar keduanya di WSBK dengan 13 kemenangan. Sementara tempat kedua di huni oleh pendatang baru, Troy Corser.
Sementara tempat ketiga menjadi milik Aaron Slight bersama dengan Honda RC45 yang terlihat kewalahan membendung Ducati.
Di akhir musim ini, meskipun mendominasi dengan Ducati. Carl Fogarty memutuskan untuk membela Honda pada musim selanjutnya. Keputusan ini kemudian disesali oleh Foggy di masa yang akan datang.
Dengan perginya Foggy ke Honda, Ducati kemudian merekrut Corser dari team independent untuk membela tim pabrikan Ducati pada 1996.
Mengumpulkan tujuh kemenangan, Corser berhasil menjadi juara dunia musim 1996. Pada waktu itu Corser merupakan juara dunia termuda WSBK dengan umur 23 tahun.
Sementara Foggy hanya mampu duduk di peringkat empat bersama Honda, kalah dengan Slight dan pendatang baru dari GP500, John Kocinski.
Hasil buruk di Honda, membuat Foggy mengakhiri kontrak dengan Honda lebih cepat daripada seharusnya. Foggy lalu pulang ke Ducati pada musim 1997.
Pada musim 1997, Troy Corser yang keluar sebagai juara dunia memutuskan untuk mencoba peruntungan di GP500. Alhasil pada musim itu WSBK tidak mempunyai juara bertahan.
John Kocinski memilih pindah ke Honda setelah kedatangan Foggy kembali ke Ducati. Di luar perkiraan, Foggy yang digadang-gadang bisa langsung merebut gelar malah menghadapi persaingan sengit dengan John Kocinski.
Kocinski yang menggunakan Honda RC45 bermesin 750cc empat silinder ternyata mampu mengimbangi Ducati dan Foggy.
Karakteristik mesin empat silinder begitu menyatu dengan Kocinski yang sebelumnya punya pengalaman mengendarai GP500.
Mengumpulkan sembilan kemenangan, Kocinski berhasil mengalahkan Foggy yang hanya mampu meraih enam kemenangan pada musim itu.
Kekalahan ini menjadi kali pertama Ducati 916 gagal meraih gelar juara pembalap di WSBK setelah diperkenalkan pertama kali pada musim 1994 yang lalu.
Musim 1997 juga menjadi terakhir kali mesin empat silinder 750cc berhasil memenangkan gelar WSBK. Mesin empat silinder tidak akan menang lagi sampai WSBK memperbolehkan mesin empat silinder 1000cc pada awal musim 2004.
Musim selanjutnya di tahun 1998, Ducati meng-upgrade Ducati 916 menjadi Ducati 996. Dengan penambahan daya mesin, Ducati berhasil merebut gelar dari tangan Honda.
Carl Fogarty sukses memboyong kembali gelar juara pembalap ke pabrikan Borgo Panigale, mengalahkan Aaron Slight dengan selisih poin yang sangat sedikit, empat setengah poin.
Foggy berhasil mengumpulkan tiga kemenangan dan tidak pernah tidak meraih poin. Troy Corser yang kembali dari GP500 memimpin sebagian besar jalannya kompetisi namun kecelakaan di sesi latihan WSBK Jepang membuat Corser gagal meraih gelar.
Slight yang menjadi andalan utama Honda setelah John Kocinski kembali ke GP500 berhasil meraih lima kemenangan.
Pembalap Ducati dengan kemenangan terbanyak justru datang bukan dari duo pabrikan Ducati melainkan dari pembalap satelit, Pierfrancesco “Franky” Chili yang duduk di peringkat empat klasemen akhir dengan lima kemenangan.
Musim 1999 menjadi musim terakhir Carl Fogarty membalap di WSBK. Bersama Ducati 996, Foggy mendapat perlawanan dari Colin Edward yang pindah ke Honda.
Berbeda dari musim 1998 dimana Foggy memenangkan gelar dengan sedikit bantuan dari keberuntungan, musim 1999 ini Foggy benar-benar tampil kuat.
Mengumpulkan 11 kemenangan, Foggy berhasil menjadi juara dunia dengan selisih poin yang besar dari Edwards.
Edwards sendiri berhasil mengungguli Troy Corser kendati meraih jumlah poin yang sama, Edwards berhasil mengumpulkan lebih banyak kemenangan daripada Corser. Corser hanya tiga sementara Edwards mengumpulkan lima kemenangan.
Musim 1999 menjadi terakhir kali Ducati menggunakan Ducati 996. Musim selanjutnya Ducati merilis model baru Ducati 998.
Ducati 998 menjadi model terakhir yang dikembangkan dari Ducati 916. Honda juga tidak mau kalah. Menyadari kalau mesin 750cc empat silinder selalu inferior dibanding mesin Twin Ducati, Honda membuat motor Twin Silinder mereka sendiri untuk bersaing dengan Ducati.
Honda VTR1000 Sp-1 atau Honda RC51 bermesin 1000cc dua silinder V engine. Musim 2000 menjadi awal mula dari memanasnya rivalitas Honda dan Ducati di awal 2000an.
RC51 vs 998
Dengan perilisan Honda RC51, Ducati kini bukan satu-satunya yang memakai mesin 1000cc twin silinder.
Honda kembali menjadi penantang kuat Ducati untuk memperebutkan gelar. Colin Edwards yang menunggang Honda berhasil memenangkan gelar pada musim tersebut dengan delapan kemenangan.
Pembalap Ducati paling bagus musim itu adalah Troy Bayliss yang harus absen empat balapan pertama karena cedera.
Bayliss hanya sanggup duduk diperingkat enam klasemen akhir dengan dua kemenangan. Sementara Troy Corser yang pindah ke Aprilia duduk diperingkat tiga klasemen akhir.
Musim 2001 menjadi ajang balas dendam Ducati pada Honda. Kini Troy Bayliss berada di kondisi terbaik sejak awal musim.
Bayliss memboyong enam kemenangan untuk merebut gelar juara dunia dari tangan Edwards yang finish sebagai runner up.
Imola Showdown
Musim 2002 dikenal sebagai musim puncak persaingan antara Ducati dan Honda. Musim 2002 juga menjadi musim terakhir Ducati 998 dan Honda RC51 dipakai di lintasan WSBK.
Troy Bayliss mendominasi awal hingga pertengahan musim. Sampai pada seri San Marino, Bayliss sudah mengumpulkan 13 kemenangan jauh dibanding Edwards yang hanya berhasil memenangkan dua balapan.
Dominasi ini terus belanjut sampai balapan pertama di seri Amerika Serikat. Namun Edwards mulai melakukan comeback di balapan kedua Amerika Serikat.
Sejak balapan kedua Amerika Serikat itu, Edwards selalu memenangkan balapan. Bayliss masih tampil konsisten dengan selalu finish di belakang Edwards.
Namun Bayliss melakukan kesalahan dengan terjatuh di balapn kedua seri Belanda pada saat mengejar Edwards. Membuat Edwards berhasil merebut pimpinan klasemen dengan selisih satu poin.
Seri terakhir di Imola, pembalap yang berhasil finish di depan dia yang akan meraih gelar. Edwards terus melaju tidak terbendung dan meraih pole position.
Bayliss tidak jauh di posisi kedua. Di balapan pertama, meski ditempel ketat, Edwards berhasil finish di depan Bayliss dengan selisih kurang dari satu detik.
Layout sirkuit Imola yang lebih bersahabat pada Ducati 998 tidak membuat Edwards yang punya tenaga lebih kecil minder melawan duo Ducati Bayliss dan Ruben Xhaus yang menempel di belakang.
Sebaliknya, Honda yang punya desain unik unggul di kecepatan tikungan. Pada balapan kedua, meski berhasil mengganggu Edwards, Bayliss kembali tidak mampu mencuri kemenangan dari Edwards.
Edwards kemudian berhasil kembali keluar sebagai juara balapan dan juara dunia WSBK musim 2002.
Edwards berhasil unggul 11 poin dari Bayliss yang finish di posisi dua. Keduanya mendominasi WSBK musim itu. Bayliss mengumpulkan 14 kemenangan sementara Edwards 11 kemenangan.
Pembalap lain yang berhasil memenangkan balapan hanya Makoto Tamada yang tampil sebagai wildcard di seri WSBK Jepang tahun itu.
Musim 2002 menjadi musim terakhir Honda mengikuti WSBK sebagai pabrikan penuh sampai mereka kembali pada musim 2020.
Musim 2002 juga menjadi musim terakhir Colin Edwards membalap di WSBK. Meski Troy Bayliss juga meninggalkan WSBK pada musim itu untuk membantu Ducati mengembangkan motor di Motogp, namun Bayliss akan kembali membalap di WSBK pada musim 2006.
Dengan para pabrikan Jepang yang mencabut keikutsertaan mereka di WSBK pada musim 2002. Pada musim 2003 dan 2004, Ducati menjadi satu-satunya pabrikan resmi di WSBK.
Debut di Motogp dan Monopoli WSBK
Perubahan regulasi di Motogp yang berganti dari mesin dua tak ke empat tak menarik minat Ducati untuk kembali ke Motogp.
Ducati lalu merekrut Loris Capirossi dan memboyong Troy Bayliss dari WSBK sebagai rider utama Ducati untuk musim 2003.
Ducati kemudian mengembangkan mesin prototype mereka di Motogp. Bermaksud untuk mempertahankan ciri khas, Claudio Dominicelli berniat mempertahankan mesin L-Twin Ducati pada prototype Motogp mereka.
Namun setelah beberapa kali uji coba power di pabrikan. Mesin L-Twin Ducati tidak bisa menghasilkan power yang cukup untuk bersaing dengan mesin empat dan lima silinder Yamaha dan Honda.
Berbeda dengan WSBK yang memperbolehkan kapasitas mesin yang berbeda pada mesin L-Twin. Di Motogp semua konfigurasi mesin harus memiliki kapasitas yang sama, pada waktu itu 990cc.
Karena itu, Dominicalli beinisiatif untuk menggabungkan dua mesin L-Twin Ducati menjadi satu. Terlahir mesin desmodromic V4 90 derajat milik Ducati yang powerful.
Di gabungkan dengan rangka trellis Ducati dan bentuk body yang sederhana, Ducati Desmosedici GP03 berhasil debut di lintasan Motogp pada musim 2003.
Bersama Loris Capirossi dan Troy Bayliss, Ducati sukses merebut beberapa podium dan satu kemenangan.
Capirossi berhasil keluar sebagai juara seri GP Catalunya setelah Valentino Rossi melebar dan mengejar dari belakang.
Dengan hasil ini, Capirossi berhasil menduduki peringkat empat klasemen akhir di bawah Rossi, Biaggi dan Gibernau yang menunggang Honda.
Ducati bahkan bisa duduk di peringkat dua klasemen pabrikan mengalahkan Yamaha yang sudah lebih senior di Motogp.
Sementara di WSBK, untuk menjaga pabrikan Jepang supaya tidak pergi, WSBK memperbolehkan motor empat silinder 1000cc untuk berpartisipasi.
Namun di akhir hanya Ducati, Suzuki dan Petronas yang bertahan di WSBK. Sisanya Honda dan Yamaha hanya ikut dalam bentuk supplier motor pada team independent.
Alhasil, lintasan WSBK di dominasi oleh motor-motor Ducati. Musim 2003 ini juga sering di sebut oleh para fans sebagai Ducati cup, karena Ducati berhasil memenangkan semua balapan.
20 tahun sebelum Ducati Cup Motogp dimulai, WSBK sudah terlebih dahulu merasakan Ducati Cup.
Neil Hogson berhasil menjadi juara dunia dan Ruben Xaus duduk di peringkat runner up. James Toseland di peringkat tiga dan Regis Laconi di peringkat empat. Semuanya menunggang Ducati.
Pembalap non-Ducati di peringkat 10 besar WSBK tahun itu adalah Gregorio Lavilla yang menunggang Suzuki.
Ducati memenangkan semua balapan di WSBK musim 2003 dan menjadi satu-satunya pabrikan yang pernah meraih skor sempurna di kejuaraan konstruktor di WSBK.
Susah Payah di GP, Menang Mudah di WSBK
Pada periode 2004 sampai 2006 hasil yang kontras di alami oleh Ducati GP dan Ducati WSBK. Team WSBK masih sukses meraih gelar dan berada di barisan depan, sementara team GP nampak bersusah payah untuk menembus barisan depan.
Musim 2004 di Motogp Ducati masih mengandalkan Loris Capirossi dan Troy Bayliss. Keduanya tampil lebih buruk daripada musim sebelumnya.
Ducati tidak cocok dengan pengembangan ban Michelin dan berdampak pada performa GP04 yang tidak konsisten.
Alhasil baik Capirossi maupun Bayliss hanya dapat mengumpulkan satu podium masing-masing, Ducati duduk diperingkat tiga konstruktor di bawah Honda dan Yamaha.
Sementara di lintasan WSBK, James Toseland dan Regis Laconi memperebutkan gelar di barisan depan.
Walau Laconi meraih lebih banyak kemenangan, Toseland yang lebih konsisten sukses merebut gelar juara dunia.
Duo pabrikan Ducati, Toseland dan Laconi duduk diperingkat satu dan dua. Kemenangan ini membuat James Toseland menjadi pembalap juara dunia termuda hingga saat ini.
Musim 2005, team Motogp memutuskan untuk mengganti supplier ban ke Bridgestone setelah kesulitan dengan Michelin musim sebelumnya.
Keterbatasan kompon Bridgestone ternyata mempermudah pengembangan Desmosedici ke arah yang lebih postif.
Pada musim itu Troy Bayliss memutuskan untuk pindah ke team Honda Pons mendampingi Alex Barros. Sementara team pabrikan di isi oleh Loris Capirossi dan Carlos Checa.
Loris Capirossi berhasil membawa pulang dua kemenangan untuk Ducati pada GP Jepang dan Malaysia. Dua sirkuit itu dinilai cocok untuk Desmosedici karena mempunyai layout yang stop and go.
Di akhir musim, Capirossi duduk diperingkat enam dan Carlos Checa duduk diperingkat sembilan klasemen akhir. Ducati menempati peringkat tiga konstruktor.
Di WSBK, Ducati kini tidak bisa menang semudah dua musim sebelumnya. Kembalinya para pabrikan Jepang membuat Ducati kesulitan pada musim 2005.
Suzuki yang menyempurnakan GSX1000R setelah dua musim jadi bulan-bulanan Ducati 999, berhasil menjuarai WSBK bersama Troy Corser.
Honda memberikan dukungan teknis kepada team Ten Kate Honda berhasil mengantarkan Chris Vermulen ke peringkat runner up. Sementara Yamaha kembali sebagai squad pabrikan mengantarkan Noriyuki Haga ke peringkat ketiga.
Juara bertahan WSBK, James Toseland hanya mampu menduduki peringkat ke empat bersama Ducati. Karena prestasinya yang dinilai buruk, Toseland kemudian di depak dari Ducati dan digantikan dengan Troy Bayliss pada musim selanjutnya.
Musim 2006 adalah musim terakhir Motogp 990cc. Ducati lebih berfokus mengembangkan motor 800cc mereka untuk 2007 akhirnya tidak berbuat banyak pada musim 2006.
Meskipun begitu, perkembangan GP06 sudah lebih baik dari GP05 sehingga walau sebentar, Loris Capirossi bisa memimpin klasemen pada awal musim.
Sete Gibernau yang menjadi pengganti Carlos Checa sayangnya tidak bisa tampil baik. Kecelakaan di GP Catalunya membuat Gibernau tidak bisa tampil konsisten dan sering absen pada balapan-balapan selanjutnya.
Di akhir musim, Capirossi duduk di peringkat tiga klasemen dengan tiga kemenangan. Sementara Gibernau hanya di peringkat 13.
Pada lintasan WSBK, kepulangan Troy Bayliss dari GP membuat Ducati kembali tampil garang. Bayliss berhasil memenangkan 12 balapan dan merebut kembali gelar.
James Toseland yang terdepak dari Ducati pada musim sebelumnya bergabung dengan Ten Kate Honda dan meraih gelar runner up.
Casey Stoner Era dan Awal Jatuh Ducati
Musim 2007 adalah musim penuh keajaiban bagi Ducati Motogp. Perubahan regulasi menjadi 800cc membawa banyak perubahan bagi tim Ducati.
Ducati memulai pengembangan GP07 jauh sebelum pabrikan lain. Prototype pertama GP07 bahkan diuji pada bulan Mei 2006 dan pada bulan Agustus 2006, Ducati sudah membuat 20 mesin.
20 Mesin tersebut berkonfigurasi V4 Engine 90 derajat 800cc berteknologi Desmodromic Valve yang dikembangkan dengan basis model 990cc GP06.
Saat sesi uji coba resmi yang diselenggarakan sesudah gelaran GP Ceko 2006, GP07 di tes oleh pembalap pabrikan Loris Capirossi. Hasilnya, Capirossi hanya 1.4 detik lebih lambat dari catatan GP06 yang bermesin 990cc.
Jelas performa GP07 ini membuat pabrikan lain ketar-ketir, terutama Honda dan Yamaha. Filipo Preziosi yang waktu itu menjabat sebagai general manager Ducati mengungkapkan.
Bahwa kunci dari performa GP07 ini adalah melimpahnya data mesin Desmodromic V4 yang sudah Ducati kumpulkan pada era 990cc dan data itu sangat membantu pengembangan mesin 800cc mereka.
Selain itu, Preziosi juga mengungkapkan dengan kapasitas mesin yang lebih kecil, Ducati mampu membuat performa mesin yang lebih seimbang dan membuatnya menjadi lebih hemat bahan bakar.
“Ini (GP07) memberikan kami kesimbangan antara performa yang baik dan konsumsi bahan bakar yang lebih effisien. Saat di putaran mesin rendah dan menengah, mesin menyerap power yang lebih sedikit di lubang valve dan itu membuat konsumsi bahan bakar bisa ditekan.” Kata Preziosi (dikutip dari Crash.com).
Pada akhir tahap pengembangan, Ducati akhirnya melebur dua puluh mesin Desmodromic 800cc mereka itu dan menciptakan satu motor yang ideal bagi mereka, GP07 pun resmi lahir.
Ducati juga akhirnya memutus kerja sama dengan Sete Gibernau dikarenakan kurangnya performa Gibernau karena cedera.
Karena itu akhirnya Ducati memutuskan untuk merekrut talenta baru, Casey Stoner.
Stoner yang datang dari tim LCR Honda waktu itu merupakan pembalap debutan terbaik nomor dua pada musim 2006, Stoner hanya kalah dari Dani Pedrosa yang membela Repsol Honda.
Sebelumnya bersama LCR Honda, Stoner sudah mampu untuk finish di podium. Tepatnya pada gelaran GP Turki 2007, saat Stoner mampu finish di posisi dua.
Bergabung dengan Ducati, Stoner mengejutkan paddock Motogp saat berhasil memenangi seri pembuka di Losail Qatar.
Stoner mampu mengasapi juara dunia Motogp lima kali (saat itu), Valentino Rossi dengan gap hampir tiga detik.
Gaya balap Stoner yang unik dan sulit ditiru, digabungkan dengan GP07 yang sudah dikembangkan Ducati selama 15 bulan, mampu untuk membuat Ducati berada di garis depan.
Stoner sendiri memang terkenal dengan gaya balap yang unik, banyak orang sampai menyebutnya punya talenta yang aneh.
Stoner hampir tidak pernah menggunakan rem depan saat menikung. Saat menikung, Stoner menstabilkan bagian depan motor murni dari daya cengkram ban.
Stoner lebih sering mengerem dengan rem belakang hingga limit, menyebabkan motor mengalami slide yang parah. Namun justru Stoner malah merasa nyaman saat motornya mengalami slide.
Karena itu, Stoner membutuhkan ban dengan daya cengkram bagian depan yang istimewa, dan Ducati saat itu menggunakan ban yang sempurna untuk Stoner, Bridgestone.
Di akhir musim, Stoner keluar sebagai juara dunia dengan 10 kemenangan. Loris Capirossi duduk di peringkat tujuh dengan satu kemenangan. Ducati akhirnya keluar sebagai juara konstruktor untuk pertama kalinya di Motogp.
Namun prestasi di Motogp ini sayangnya tidak di barengi dengan prestasi Ducati di WSBK. Troy Bayliss yang memilih tetap menggunakan Ducati 999 menjadi bulan-bulanan motor 1000cc empat silinder pabrikan Jepang.
James Toseland bersama Ten Kate Honda berhasil merebut gelar di ikuti oleh Noriyuki Haga di atas Yamaha dan Max Biaggi dengan Suzuki.
Bayliss hanya mampu finish di posisi empat klasemen akhir. Karena hasil jelek ini, Ducati memutuskan untuk menurunkan model terbaru, Ducati 1098 pada musim selanjutnya.
Musim 2008, Casey Stoner berhasil memulai musim dengan memenangkan balapan pembuka di GP Qatar.
Memenangkan enam balapan, Stoner mulai kehilangan kepemimpinan klasemen di pertengahan musim melawan Valentino Rossi yang semakin klop dengan ban Bridgestone.
Tepatnya pada GP Amerika Serikat, Rossi berhasil mengalahkan Stoner dan sejak saat itu Stoner tidak pernah berada di atas Rossi lagi.
Stoner duduk di peringkat runner up sementara pengganti Loris Capirossi yang pindah ke Suzuki, Marco Melandri tampil mengecewakan sepanjang musim.
Melandri hanya duduk di peringkat 13 klasemen akhir tanpa podium dan beberapa kali finish 10 besar. Musim berikutnya, Ducati mendepak Melandri dan digantikan oleh juara dunia 2006, Nicky Hayden.
Sementara di WSBK, Troy Bayliss sukses merebut gelar ketiganya bersama Ducati. Ducati 1098 Evo milik Bayliss sukses mengasapi duo Yamaha, Troy Corser dan Noriyuki Haga.
Musim 2008 adalah musim terakhir Troy Bayliss membalap satu musim pennuh, pada akhir musim Bayliss memutuskan untuk pensiun dari kejuaraan balap motor. Posisinya di Ducati digantikan oleh Noriyuki Haga dan Michel Fabrizio.
Musim 2009 adalah musim ketiga Casey Stoner membela Ducati. Performa Stoner terlihat semakin menurun daripada musim sebelumnya.
Stoner memulai musim dengan kembali menjuarai seri pembuka di GP Qatar. Stoner menjadi rider kedua di era Motogp yang selalu memenangkan seri pembuka tiga kali berturut-turut setelah Valentino Rossi.
Kendati memulai musim dengan cukup baik dan beberapa kali menempel ketat Rossi-Lorenzo, bahkan Stoner mengakiri kemenangan beruntun Valentino Rossi di sirkuit Mugello. Pada pertengahan musim Stoner sering tidak dapat tampil kuat di balapan.
Stoner bahkan sudah terindikasi mengidap sebuah penyakit sejak GP Catalunya, dimana pada balapan itu Stoner muntah saat balapan dan sangat lemas pada saat di parc ferme.
Stoner kemudian divonis menderita penyakit intoleransi laktosa, dimana penyakit ini membuat Stoner mudah merasa lelah.
Stoner kemudian absen pada GP Ceko, Indianapolis dan Misano untuk menjalani pengobatan. Sesudah kembali ke Motogp di GP Portugal, Stoner sukses mengunci podium di posisi dua.
Di sisa musim 2009, Stoner memenangkan dua balapan yakni GP Australia dan Malaysia. Sementara di GP Valencia, Stoner memutuskan untuk tidak turun.
Pada akhir musim, Stoner kemudian meraih peringkat empat dengan 220 poin. Rekrutan baru Ducati, Nicky Hayden mengalami musim yang sulit.
Meskipun tampil lebih baik daripada Marco Melandri, Hayden hanya mampu meraih satu podium dan duduk di peringkat 13 klasemen akhir.
Di WSBK jagoan baru Ducati, Noriyuki Haga harus menghadapi persaingan sengit dari rekrutan baru Yamaha, Ben Spies.
Spies yang direkrut dari kejuaraan AMA Superbike berhasil membuat Haga kewalahan. Bahkan Spies mampu meraih pole position pada lima seri pertama WSBK tahun itu.
Meskipun Haga mampu lebih banyak meraih podium, konsistensi Spies membuat Haga harus mengakui kekalahan enam poin dari Ben Spies.
Musim 2010 menjadi musim terakhir Casey Stoner di Ducati. Pada pertengahan musim musim, Stoner memutuskan untuk meninggalkan Ducati dan bergabung dengan Honda.
Musim 2010 dimulai dengan pole position namun sayang Stoner tidak bisa menyelesaikan balapan.
Pada musim ini, performa Ducati Desmosedici GP10 tidak bisa memenuhi ekspetasi Stoner. Stoner sulit untuk kompetitif.
Namun bakatnya berhasil menutupi kekurangan GP10. Pada akhir musim Stoner berhasil meraih tiga kemenangan yakni di GP Aragon, Jepang dan Australia.
Mengantongi 225 poin dan duduk peringkat ke empat klasemen akhir. Nicky Hayden berhasil mengantongi satu podium dan duduk di peringkat tujuh klasemen akhir. Musim 2010 merupakan musim terbaik Hayden selama berseragam Ducati.
Di lintasan WSBK, dua pembalap Ducati Noriyuki Haga dan Michel Fabrizio kesulitan untuk bersaing di depan.
Ini menyebabkan Ducati untuk memberikan dukungan teknis lebih untuk Carlos Checa yang membela Althea Racing, saat itu Checa adalah pembalap terbaik Ducati di lintasan.
Checa berhasil mengumpulkan tiga kemenangan dan duduk di peringkat tiga klasemen akhir di bawah Max Biaggi dan Leon Haslam.
Periode Terburuk Ducati dan Gelar Terakhir WSBK
Ducati merekrut Valentino Rossi untuk menggantikan Casey Stoner pada musim 2011. Perekrutan Rossi ini di sambut dengan baik oleh para fans.
Pasalnya Rossi sudah di rumorkan untuk membela Ducati sejak tahun 2004. Keberadaan Rossi di nilai dapat memperbaiki kekurangan Ducati pada Desmosedici.
Namun nyatanya, Rossi tidak dapat berbuat banyak. Selain karena Desmosedici tidak cocok untuk gaya balap Vale, Ducati tidak mempunyai budget untuk meng-upgrade motor pada pertengahan musim.
Rossi selalu mendorong Ducati untuk melakukan perbaikan, namun pada waktu itu Ducati tidak mampu memberikan Rossi apa yang dia minta.
Rossi hanya bisa duduk di peringkat tujuh dengan satu podium dan Nicky Hayden duduk di peringkat delapan.
Di WSBK, Ducati mencabut tim pabrikan mereka pada musim itu. Menjadikan Ducati absen sebagai pabrikan untuk pertama kali sejak keikutsertaan mereka dari tahun 1990.
Ducati membatasi keikutsertaan mereka di WSBK sebagai technical supporter untuk tim-tim privateer yang memakai motor Ducati.
Althea Racing menjadi team independent paling berprestasi Ducati pada saat itu mendapatkan bantuan paling banyak.
Alhasil, Carlos Checa yang menunggang Ducati 1198 sukses merebut gelar juara pembalap dan sukses membantu Ducati merebut gelar konstruktor.
Pada waktu itu, kemenangan dominan Checa membuat sebagian besar penggemar tidak akan menyangka kalau gelar tahun 2011 akan menjadi gelar terakhir Ducati di WSBK untuk waktu yang sangat lama.
Musim 2012 lagi-lagi merupakan musim berat yang harus Ducati hadapi. Ducati dengan Valentino Rossi tampil lebih baik daripada musim sebelumnya, namun itu belum cukup.
Rossi berhasil menyakinkan Ducati untuk mengganti chasis mereka dari monokok karbon ke delta box alumunium seperti yang dipakai oleh pabrikan Jepang.
Namun ubahan chasis ini tidak membantu banyak, performa Rossi dan Hayden masih buruk di lintasan.
Meski begitu, Rossi mampu merebut dua podium yakni pada GP Prancis dan GP Misano. Rossi duduk di peringkat enam sementara Nicky Hayden duduk di peringkat sembilan.
Karena hasil yang tidak kunjung membaik, Rossi kemudian memutuskan kembali ke Yamaha. Ducati lalu merekrut Andrea Dovizioso untuk menggantikan Rossi pada musim selanjutnya.
Di WSBK, musim 2012 adalah musim terakhir Ducati menggunakan model Ducati 1198 di lintasan. Model ini lalu digantikan oleh Panigale R pada musim selanjutnya.
Carlos Checa sebagai ujung tombak Ducati di WSBK hanya sanggub meraih peringkat empat klasemen akhir dengan empat kemenangan.
Musim Terburuk
Baik Ducati Motogp maupun WSBK, musim 2013 adalah musim terburuk bagi squad borgo Panigale.
Di Motogp maupun WSBK pada musim itu tidak satupun pembalap Ducati berhasil naik podium. GP13 tidak bisa memberikan performa yang baik untuk Ducati, bahkan di lintasan hujan dimana biasanya Ducati punya performa yang baik, GP13 juga gagal naik podium.
Andrea Dovizioso duduk di peringkat delapan sementara Nicky Hayden duduk di peringkat sembilan.
Di WSBK, pembalap terbaik Ducati adalah Artyon Badovini yang finish di posisi 12 klasemen akhir.
Ducati Panigale R generasi pertama memiliki karakteristik motor yang sulit digunakan oleh kebanyakan pembalap pada waktu itu.
Hal ini dikarenakan pengembangan motor yang dipimpin oleh Troy Bayliss. Bayliss memang pembalap hebat, namun dalam mengembangkan motor dirinya tidak begitu mahir.
Karenanya musim 2013 menjadi puncak dari prestasi buruk yang diraih oleh Ducati baik di lintasan GP dan WSBK.
Pelan-pelan Bangkit
CEO Ducati, Claudio Dominiceli melihat keadaan Ducati yang sangat kacau memutuskan untuk membenahi tim balap Ducati baik di GP maupun WSBK.
Di Motogp, Ducati merekrut Gigi Dall’gna team manager jenius yang membawa pabrikan tetangga Aprilia tampil mentereng di WSBK.
Gigi menjadi pengganti Filipo Preziosi yang pada 2012 mundur sebagai manager team. Setelah menjabat, Gigi melakukan gebrakan pada sektor komunikasi tim.
Gigi banyak membuang orang lama dan menambah jaringan komunikasi tim. Gigi juga yang pertama kali menitikberatkan pada pengembangan motor berkala dalam satu musim.
Sebelumnya, Ducati dengan budget yang ada selalu membalap dengan motor yang sama selama satu tahun penuh tanpa perbaikan performa berkala.
Untuk dapat terus mengembangkan motor, Gigi kemudian memutuskan untuk masuk ke kelas Open yang pada waktu itu di buat untuk menggantikan kelas CRT.
Kelas Open adalah kelas yang ditujukan untuk menggantikan kelas CRT yang ada pada dua tahun sebelumnya.
Kelas Open ditujukan untuk team-team privateer yang sebelumnya ada di kategori CRT supaya lebih kompetitif.
Seperti yang kita ketahui kalau kelas CRT diisi oleh motor-motor dengan mesin superbike yang mempunyai chasis prototype.
Motor-motor ini memiliki Tingkat kompetitif yang jauh daripada motor pabrikan Motogp.
Meski kelas CRT berhasil membawa banyak partisipan baru di Motogp, namun Tingkat kompetitif yang jauh dari motor pabrikan, membuat team-team CRT hanya menjadi team hore saja.
Karena itu dibentuk kelas Open dengan motor dan kelonggaran pengembangan yang diharapkan bisa menambah nilai kompetitif kelas Open.
Namun Dorna dan FIM tidak melarang pabrikan untuk masuk ke kelas ini. Sehingga akhirnya Ducati memutuskan untuk masuk ke dalam kelas ini secara full.
Sontak Keputusan Ducati ini membuat Honda dan Yamaha pada waktu itu melakukan protes. Karena pada saat itu Yamaha dan Honda mengimplementasikan aturan open class secara berbeda.
Honda berpikir bahwa pabrikan harus menyediakan motor murah secara utuh kepada team privateer yang kemudian bisa untuk dibeli.
Sementara Yamaha hanya menyewakan engine dan swim arm kepada team privateer dan kemudian team tersebut bisa mengembangkan chasis mereka sendiri.
Namun di luar dugaan Ducati justru masuk secara utuh ke kelas Open sebagai pabrikan. Pada saat itu yang ingin Ducati kejar adalah kesempatan untuk mengembangkan motor.
Karena pada tahun 2013 atau setahun sebelumnya, Ducati gagal meraih satupun podium dan menjadi catatan terburuk mereka selama membalap di Motogp.
Mempertimbangkan posisi Yamaha dan Honda yang mendapatkan banyak keterbatasan pengembangan dan memahami niat Ducati untuk kembali kompetitif, Dorna dan FIM kemudian membuat kelas Factory 2.
Pada kelas ini, Ducati sebagai pabrikan diharuskan untuk menggunakan semua perangkat wajib kelas open seperti ECU Magneti Marelli.
Ducati kemudian mendapatkan kelonggaran seperti kelas Open namun lebih terbatas. Contohnya antara lain, kelas Open mempunyai jatah 12 mesin dalam satu tahun, Ducati diperbolehkan mempunyai delapan mesin, sementara Honda dan Yamaha hanya lima mesin.
Ducati boleh memakai lebih banyak kompon ban, namun tidak boleh menggunakan kompon paling lunak yang ditujukan untuk team kelas open.
Paling penting adalah Ducati diperbolehkan untuk melakukan pengembangan mesin sepanjang tahun, sementara Yamaha dan Honda mesinnya dibekukan.
Jika Ducati berhasil mendapatkan kemenangan, maka kelonggaran mereka akan dicabut. Jadilah pada tahun 2014 tersebut terdapat tiga kategori team, Factory, Factory 2 dan Open.
Nantinya begitu kelas open dihentikan, kategori Factory 2 berubah nama menjadi konsesi sampai dengan sekarang.
Dari keputusan itu Ducati Desmosedici GP14 akhirnya lahir. Banyak pihak beranggapan daripada upgrade dari GP13, GP14 adalah awal baru pengembangan yang lebih mirip dengan motor Jepang terutama Honda pada saat itu.
Ducati kemudian mengakhiri kerja sama dengan Nicky Hayden, Cal Cruthlow lalu direkrut untuk mendampingi Andrea Dovizioso pada musim 2014.
Andrea Dovizioso memperoleh dua podium sementara Cal Cruthlow memperoleh satu podium. Ducati membuat progress yang baik.
Sementara di lintasan WSBK. Ducati memutuskan untuk kembali sebagai pabrikan penuh pada musim 2014.
Chaz Davies dan Davide Giugliano direkrut untuk menjadi pembalap Ducati. Duccati melakukan rombakan pada mesin Panigale R agar lebih mudah digunakan dan disesuaikan dengan gaya balap Daviez dan Giugliano.
Meski kemenangan belum diraih, namun Davies dan Giugliano sudah mampu untuk sesekali merebut podium dan finish empat besar.
Musim 2015, Ducati Motogp mulai mengembangkan sistem winglet untuk membantu Desmosedici untuk menikung.
Sebelumnya pada musim 2010, Ducati juga sudah mengembangkan sistem winglet ini. Namun pada waktu itu, Ducati lebih mementingkan estetika daripada fungsi.
Andrea Iannone ditarik dari tim Pramac untuk menggantikan Cal Cruthlow yang hengkang. Tidak perlu waktu lama, Ducati langsung tancap gas dengan meraih podium kedua dan ketiga bersama Dovizioso dan Iannone.
Sayang, performa GP15 belum bisa mengimbangi Yamaha dan Honda pada musim 2015. Iannone berhasil duduk di peringkat lima klasemen akhir dan Dovizioso berhasil duduk di peringkat tujuh klasemen akhir.
Di WSBK, Chaz Davisz akhirnya bisa menjadi pembalap pertama yang menang di atas Ducati Panigale R.
Davies bahkan mampu mengumpulkan lima kemenangan dan keluar sebagai runner up di belakang Jonathan Rea.
Ducati mulai bangkit.
Musim 2016 di Motogp Ducati kembali mendorong pengembangan winglet secara lebih massif. Kini Desmosedici GP16 dipenuhi oleh winglet yang rumit yang semakin membantu Ducati membelok.
Andrea Iannone berhasil memenangkan GP Austria mengakhiri puasa kemenangan Ducati sejak musim 2010.
Dovizioso menyusul dengan memenangkan GP Malaysia 2016 di kondisi basah. Dovizioso berhasil finish di posisi lima klasemen akhir dan Iannone finish di posisi sembilan.
Pada musim 2017, Ducati akan diperkuat oleh Jorge Lorenzo yang pindah dari Yamaha untuk menggantikan Iannone.
Di WSBK, Chaz Davies lagi-lagi menjadi ujung tombak Ducati melawan Kawasaki yang waktu itu digdaya bersama Jonathan Rea dan Tom Sykes.
Daviez hanya kalah 43 poin dari Rea dan dua poin dari Sykes untuk merebut gelar juara dunia. Selisih ini adalah yang paling sedikit di sepanjang karir Davies melawan duo Kawasaki.
Prestasi terhebat Davies pada musim itu adalah memenangkan enam balapan beruntun di tiga seri terakhir WSBK 2016.
Dengan prestasi itu, Davies menunjukan kebangkitan Ducati yang sudah mampu melawan Kawasaki di barisan depan.
Ducati The Title Contender
Musim 2017 bisa dibilang menjadi titik balik Ducati kembali ke papan atas baik di Motogp dan WSBK.
Di Motogp, Ducati sudah bisa melepas stigma kalau hanya Casey Stoner yang bisa membawa Ducati di barisan depan.
Andrea Dovizioso berhasil keluar sebagai salah satu kandidat juara dunia bersama Marc Marquez dan Maverick Vinales.
Dovi bahkan beberapa kali menang melawan Marquez di pertarungan jarak dekat. Namun Marquez yang lebih konsisten sukses mengamankan gelar dari Dovizioso.
Di WSBK, Ducati menambah amunisi dengan merekrut Marco Melandri untuk mendampingi Chaz Davies.
Selama ini Davies menjadi satu-satunya ujung tombak Ducati dalam melawan duo Kawasaki, kehadiran Melandri dapat menambah daya tempur Ducati di barisan depan.
Davies berhasil keluar sebagai runner up di belakang Jonathan Rea sementara Melandri duduk di peringkat empat klasemen akhir.
Musim 2018. Jorge Lorenzo yang tampil kurang baik pada musim pertamanya di Ducati mulai bisa tampil baik di atas Desmosedici GP18.
Lorenzo secara mengejutkan memenangkan GP Mugello 2018, Catalunya dan Austria. Namun kecelakaan di GP Aragon membuat Lorenzo harus absen pada beberapa seri di paruh terakhir musim.
Andrea Dovizioso masih menjadi ujung tombak Ducati dalam melawan Marc Marquez di perebutan gelar.
Dovizioso memenangkan empat balapan dan berhasil menjadi runner up lagi pada akhir musim. GP18 adalah Desmosedici terakhir tanpa holeshot device.
Setelah musim 2018, Ducati mengembangkan perangkat holeshot dan ride height device yang memperkuat dominasi Ducati di musim-musim selanjutnya.
Di WSBK, Marco Melandri dan Chaz Davies masih bersusah payah melawan Jonathan Rea dan Kawasaki.
Pada musim itu, Ducati sudah mengindentifikasi kelemahan Panigale R yang hanya bisa dibenahi lewat penggantian mesin.
Ducati menyadari bahwa mesin L-Twin mereka sudah tidak mempunyai kelebihan melawan mesin 1000cc empat silinder.
Mesin L-Twin tidak bisa memberikan power yang cukup di lintasan lurus pada saat melawan Kawasaki maupun Yamaha, kendati memiliki bobot yang lebih ringan, kapasitas mesin yang lebih tinggi dan RPM mesin yang lebih tinggi pula.
Karena itu sejak musim sebelumnya, Ducati mengembangkan motor produksi masal baru bermesin empat silinder berkonfigurasi V engine yang terinspirasi dari Desmosedici GP.
Motor ini kemudian dinamai Panigale V4, awalnya V4 akan dipakai pada musim 2018, namun Ducati akhirnya mengundur proyek ini ke 2019 agar V4 selesai di develop terlebih dahulu dengan matang.
Karena itu, musim 2018 menjadi musim terakhir Ducati menggunakan mesin L-Twin di kelas Superbike. Mesin L-Twin nantinya akan dipakai lagi oleh Ducati pada 2021 di kejuaraan Supersport.
Chaz Davies berhasil kembali menjadi runner up di belakang Jonathan Rea lagi sementara Marco Melandri finish di posisi lima klasemen akhir.
Musim 2019, Jorge Lorenzo pergi ke Repsol Honda dan digantikan oleh Danilo Petrucci. Musim 2019 adalah kali pertama Ducati menggunakan holeshot device.
Device yang dikembangkan dari perangkat motorcross itu berfungsi untuk merendahkan posisi motor pada saat start. Efeknya traksi ban lebih baik pada saat start dibanding sebelumnya.
Andrea Dovizioso kendati berhasil menjadi runner up lagi untuk ketiga kalinya, namun di musim ini Marc Marquez tidak tersentuh dan berselisih hampir 200 poin dengan Dovi.
Performa Dovi juga semakin menurun, dimana sejak 2017 jumlah kemenangan Dovi semakin menurun. 2017 Dovi menang enam kali, 2018 menang empat kali dan musim 2019 hanya menang dua kali.
Hal ini membuat Ducati mempersiapkan Pecco Bagnaia yang masih memebela Pramac Racing untuk menggantikan Dovizioso kedepannya.
Danilo Petrucci memenangkan satu balapan dan duduk di peringkat enam klasemen akhir.
Di WSBK, Ducati mengganti Marco Melandri dengan Alvaro Bautista yang pindah dari Motogp.
Ducati juga mengganti Panigale R dengan Panigale V4R bermesin empat silinder V engine. Bautista mendominasi awal musim namun mulai pertengahan musim, Bautista kesulitan untuk konsisten melawan Jonathan Rea.
Alhasil Alvaro Bautista hanya bisa duduk di peringkat runner up. Hasil ini pula yang membuat negosiasi antara Bautista dan Ducati tidak berjalan dengan baik.
Pada akhirnya Ducati dan Bautista berpisah di akhir musim. Bautista memilih bergabung dengan team HRC untuk musim selanjutnya.
Chaz Davies yang menjadi ujung tombak Ducati beberapa musim terakhir kesulitan untuk menjinakan V4. Menurut Chaz, V4 memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari Panigale R.
Bautista berpendapat, V4 sangat mirip dengan Desmosedici dari segi power delivery dan punya tingkat kekakuan motor yang lebih tinggi.
Behaviour V4 sangat mirip dengan motor Motogp yang membuat Davies kesulitan.
Covid dan Semakin Dekat dengan Gelar
Musim 2020 diwarnai dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang menyebabkan baik Motogp dan WSBK menunda musim sampai pertengahan tahun.
Andrea Dovizioso dan Danilo Petrucci tampil kurang baik di Motogp. Dovizioso kurang bisa memanfaatkan absennya Marc Marquez yang cedera di seri pertama.
Dovi kalah dari Joan Mir, Franco Morbidelli dan Alex Rins yang finish tiga besar. Sementara Dovi hanya di peringkat empat dengan satu kemenangan.
Danilo Petrucci juga memenangkan satu balapan namun hanya duduk di peringkat 12 klasemen akhir.
Ketegangan Ducati dan Dovi kemudian memuncak pada akhir musim. Kedua belah pihak kemudian mengakhiri kerja sama dan berpisah di akhir musim.
Danilo Petrucci juga di akhiri kontraknya pada akhir musim karena hasil yang dianggap kurang baik sejak musim sebelumnya.
Pecco Bagnaia dan Jack Miller kemudian dipindahkan ke team utama pada musim selanjutnya. Meskipun gagal total merebut gelar juara pembalap, namun pada musim 2020 ini Ducati akhirnya bisa merebut gelar juara konstruktor untuk pertama kalinya sejak 2007.
Di WSBK. Alvaro Bautista yang hengkang digantikan oleh Scott Redding yang pindah dari kejuaraan BSB Superbike.
Redding memilih untuk membalap di BSB Superbike setelah sebelumnya terdepak dari Motogp.
Bersama Redding walau tidak se-dominan Bautista pada musim sebelumnya, Redding sukses merebut gelar runner up pada musim itu.
Chaz Davies berhasil memenangkan dua balapan dan duduk di peringkat tiga klasemen akhir. Musim 2020 menjadi musim terakhir Davies membela team pabrikan Ducati di WSBK.
Musim selanjutnya Davies pergi ke team Go Eleven, posisinya di team pabrikan akan di gantikan oleh Michael Ruben Rinaldi yang lebih muda.
Musim 2021. Pecco Bagnaia dan Jack Miller naik dari team Pramac ke team utama Ducati. Meskipun harus memulai musim dengan tidak baik, Pecco mampu untuk tampil luar biasa pada lima balapan terakhir.
Sayangnya saat mulai menemukan kepercayaan diri, Pecco sudah kalah poin jauh dari Fabio Quatararo yang memimpin.
Alhasil, walau berhasil memenangi empat dari lima balapan terakhir, Pecco terpaksa harus duduk di peringkat runner up di belakang Quatararo.
Jack Miller tampil baik dengan menang dua balapan pada awal musim. Sayang, kurang konsisten menjadikan Jack Miller hanya finish di posisi empat klasmen akhir.
Di WSBK, Ducati masih mengandalkan Scott Redding dan Michael Ruben Rinaldi. Meski tampil baik, namun Redding tidak bisa bersaing bersama Jonathan Rea dan Toprak Razgatioglu yang bersaing untuk gelar juara dunia.
Redding hanya mampu menang saat Toprak dan Rea tampil kurang baik. Di akhir musim, Redding duduk di peringkat tiga klasemen akhir.
Sementara Michael Ruben Rinaldi hanya finish di posisi lima klasemen akhir.
Dominasi Ducati
Setelah nyaris meraih gelar di tahun 2021, pada 2022 ini Ducati akhirnya memanen buah kerja keras mereka sejak melakukan revolusi tim pada 2014.
Pecco Bagnaia semakin menyatu dengan Desmosedici GP22. Meskipun pada awal musim, Pecco kesulitan menemukan settingan yang pas, puncaknya pada pertengahan musim Pecco berselisih 91 poin dari Fabio Quartarao.
Namun Pecco mengejar ketertinggalan di paruh kedua musim. Sedikit demi sedikit selisih poin yang besar tadi Pecco pangkas hingga seri terakhir.
Pecco kemudian resmi menjadi juara dunia pada balapan terakhir di GP Valencia. Pecco menjadi pembalap kedua Ducati setelah Casey Stoner yang bisa meraih gelar di kelas Motogp.
Ducati juga merebut gelar konstruktor dan team pada musim yang sama, membuat Ducati meraih triple crown pertama sejak musim 2007.
Jack Miller duduk di peringkat lima dengan satu kemenangan.
Di WSBK, Scott Redding memutuskan untuk hengkang ke team BMW. Ducati lalu bernegosiasi ulang dengan Alvaro Bautista.
Bautista sendiri juga sedang mencari opsi baru setelah dirinya tidak lagi merasa nyaman menunggang Honda CBR1000RR-R.
Keduanya kemudian mencapai kesepakatan dan memulai kerja sama baru di musim 2022. Bautista langsung merasa cocok dengan V4 dan bahkan tampil lebih kuat daripada tahun 2019.
Bautista sendiri menuturkan bahwa pada 2019 dirinya sering terjatuh, tapi dia tidak bisa mengidentifikasi jatuh karena apa. Pada 2022 dia mengaku bahwa dirinya lebih menyatu dengan motor, dan sekarang dia bisa lebih teliti mengidentifikasi masalah motor.
Alhasil. Meski tampil tidak sedominan 2019, Bautista sanggup untuk tampil konsisten dan selalu berada di barisan depan.
Bautista kini lebih bijaksana dan selalu berusaha mendapatkan poin di sirkuit yang tidak cocok untuk V4.
Bautista adalah rider yang sangat sempurna untuk Panigale V4R. Di akhir musim, Bautista berhasil meraih gelar juara dunia bersama dengan Ducati.
Gelar Bautista menjadi gelar pertama Ductai di WSBK sejak Carlos Checa pada 2011 yang lalu. Gelar Bautista juga menjadi gelar pertama Ducati WSBK yang tandem dengan gelar di Motogp.
Karena prestasi ini, Ducati meluncurkan Panigale V4 spesial edition dengan livery Pecco Bagnaia dan Alvaro Bautista untuk merayakan gelar keduanya.
Musim 2023 punya cerita yang mirip. Pecco Bagnaia kesulitan di awal musim namun dari pertengahan hingga akhir menemukan konsistensi untuk memenangkan gelar.
Pecco menuturkan bahwa GP23 adalah motor yang punya karakteristik lumayan berbeda jika dibandingkan GP22.
GP23 mempunya handling yang lebih baik pada bagian depan, namun handling bagian belakangnya lebih buruk.
Hal ini membuat Pecco sulit menemukan settingan yang tepat karena terbiasa dengan bagian belakang yang lebih kuat.
Setelah beberapa part GP22 dipakai lagi, barulah Pecco dapat tampil lebih baik. Sayang, Enea Bastianini yang ditunjuk menggantikan Jack Miller justru mengalami cedera dan sering absen di sepanjang musim.
Beruntung, Pecco berhasil mengalahkan Jorge Martin dalam perebutan juara dunia.
Di WSBK. Bautista memulai musim yang lebih sempurna daripada tahun sebelumnya. Toprak Razgatioglu dan Jonathan Rea terhalang performa motor mereka yang tertinggal dari Panigale V4.
Alhasil Bautista bisa memenangkan gelar dengan mudah.
WSBK Terhalang Regulasi Berat, Motogp Masih Ducati Cup
Pada musim 2024 ini, Ducati masih melanjutkan dominasinya di lintasan. Pecco kini tengan memimpin klasemen berjarak 10 poin dengan Jorge Martin. Empat besar Motogp kini semuanya dihuni oleh pembalap dari Ducati.
Di WSBK, Alvaro Bautista sedikit kehilangan performa karena regulasi berat minimum pembalap dan motor. Karena regulasi itu, beban tambahan diberikan pada motor Bautista yang membuat performa motor tidak konsisten.
Rekan setim baru Bautista, Nicolo Bulega kendati mendapat hasil baik saat debut kini kesulitan melawan Toprak Razgatioglu yang sedang onfire bersama BMW.
Meski begitu, Ducati pasti menemukan cara untuk dapat melaju ke depan lagi. Musim masih setengah jalan.
Dari Ducati kita belajar bahwa merangkak dari posisi bawah ke jalur pemenang membutuhkan proses yang panjang dan juga tidak instan. Jangan menyerah dan kemenangan akan di dapat.