
Biasanya, orang menyebut kata Ferrari, ya Ferrari saja. Tidak peduli itu mengacu pada mobil Ferrari sebagai Roadcar, atau Ferrari yang merupakan sebuah tim balap.
Secara organisasi, sebetulnya ada dua macam Ferrari. Ferrari tim balap, dan produsen Roadcar. Kalau di divisi balap mempunyai nama Scuderia Ferrari, sedangkan Ferrari Corse untuk produsen road car.
Scuderia seperti halnya AMG di Mercy, atau M di BMW.
Untuk pembahasan kali ini kita akan berfokus ke Scuderia Ferrari. Tim ini sebenarnya punya beberapa divisi balap. Tapi sepertinya mereka berkosentrasi untuk Formula 1 yang menjadi puncak teknologi kendaraan saat ini.
Sebagai tim Formula 1, Ferrari adalah tim tertua yang pernah ada. Tim yang selalu mengikuti balapan dari tahun ke tahun sejak 1950.
Ya, mereka sudah 72 tahun berkiprah di lintasan. Segala regulasi yang pernah dibuat pernah mereka rasakan.
Formula 1 tak akan seperti sekarang tanpa Ferrari. Kehadirannya adalah sebagai bagian dari Formula 1.
Saking tenarnya, di negeri asalnya kehadiran Ferrari seperti sebuah agama. Setidaknya itu yang tertulis di beberapa media asing.
Ngomongin tentang Scuderia Ferrari sendiri, satu hal utama yang tak boleh kita kesampingkan adalah sosok pria bernama Enzo Ferrari.
Dialah penggagas utama berdirinya Scuderia Ferrari yang dirilis pada tahun 1929. Bermula dari kecintaan Enzo pada dunia balap, Enzo menjadi promotor/Sponsor untuk pembalap-pembalap amatir.
Selain itu Enzo juga membalap untuk beberapa merk mobil, diantaranya CMN dan Alfa Romeo.
Berawal dari idenya membentuk tim balap dengan Alfa Romeo ini lah yang kemudian melambungkan namanya di dunia balap, termasuk kiprahnya di balap Le Mans menggunakan Alfa Romeo yang selanjutnya menarik simpati orang di Alfa Romeo untuk menarik Enzo menjadi manajer Tim Balap di divisi balap Alfa Romeo yang kala itu diberi tajuk Alfa Corse.
Selain menunjuk sebagai Manajer, Alfa Romeo juga mempercayai Enzo untuk mencari bibit-bibit pembalap muda. Setidaknya hal itu berjalan sampai tahun 1938.
Setelah merasa cukup mampu, enzo lantas memutuskan untuk resign dari Alfa Romeo. Pada tahun 1939 Enzo mendirikan sebuah tim balap. Tim balap saat itu dinamakan juga sebagai sebuah perusahaan. Nama company itu adalah Auto Avio Costruzioni Ferrari.
Bermodalkan perangkat-perangkat bekas yang pernah dia peroleh dari Alfa Romeo, Enzo memulai membangun tim balapnya. Pada tahun 1940 kegiatan mereka terganggu oleh meletusnya perang dunia II. Bukan hanya kegiatan mereka, tapi seluruh balapan di hentikan karena perang yang sedang berkecamuk dimana-mana.
Disaat luang itulah Enzo memproduksi spare part mobil balap. Tiga tahun sejak perang berkecamuk, Enzo memindahkan markas besar mereka ke Maranello, dari kota sebelumnya di Modena. Mungkin ini sebagai firasat buruk, karena setahun kemudian, tepatnya tahun 1944, Modena kena serangan bom perang dunia 2.

Setelah perang usai, semua berubah, termasuk peraturan balapan. Hal inilah yang memicu lahirnya Ferrari Tipo 125, dengan konfigurasi mesin V12 1500cc. Mobil ini luar biasa untuk ukuran debutan. Buktinya di tangan Giuseppe Farina, berhasil meraih kemenangan awal di Circuito di Garda. Serta beberapa seri balapan lagi bersama Raymond Sommer.
Itulah sekilas tentang kiprah awal enzo Ferrari di dunia balap. Maka tak heran, kalau Ferrari mempunyai sejarah paling panjang dunia balap mobil. Termasuk Formula 1.
Formula 1 diikuti oleh Ferrari pada tahun 1950, beberapa tahun setelah perang dunia berakhir. GP pertama adalah Monako. Ferrari menurunkan dua pembalapnya, yaitu Alberto Ascari dan Gigi illoresi. Mobil yang digunakan waktu itu adalah Ferrari 125 F1. Selanjutnya Ferrari mengganti dengan 275 F1 dan 375 F1. Tapi pada debut pertamanya itu Alfa Romeo menjadi raja lintasan. Alfa romeo memenangi seluruh seri kejuaraan tanpa menyisakan sedikitpun.
Baru pada tahun 1951 bisa mencicipi kemenangan perdananya di GP Inggris di tangan pembalap Jose Froilan Gonzalez. Tahun berikutnya kemenangan kembali di rengkuh di Mille Miglia (baca: Mile Milia).
Sayang, ada insiden kurang menyenangkan, yaitu ketika Ascari (baca: Askari) menabrak dan menyebabkan seorang dokter terbunuh yang berakibat di diskualifikasi dari seri balapan itu.
Di akhir 1951 Alfa Romeo hengkang dari Formula 1. Inilah kesempatan Ferrari untuk mencoba naik ke puncak. Tahun yang sama, Ferrari mengenalkan Tipo 500.

Musim 1952, mereka mendominasi seri balapan dan mengantarkan Ascari juara dunia. Perlawanan ketat terjadi perlawanan ketat dari rekan senegara, Maserati. Pembalapnya seorang debutan asal Argentina yang kelak melegenda. Juan Manuel Fangio.
Aturan baru untuk musim 1954 digulirkan. Dimana mobil diharuskan bermesin 2500cc atau 2,5 liter. Ferrari menurunkan Tipo 625. Mobil ini terbukti bisa mengimbangi laju Fangio bersama Maseratinya, dan juga pendatang baru dari Jerman, yaitu Mercedes W 196. Kemenangan berikutnya adalah tahun 1954 di GP Inggris bersama Jose Gonzalez, sedangkan GP Spanyol dengan Mike Hawthorn sebagai pilot. Kemenangan di Monako diraih per tahun 1955 dengan Maurice Trintignant (baca: Trantinyon). Tapi kematian Ascari membuat Ferrari harus membeli sasis dari Lancia. Jajaran pembalapnya pun ganti.
Sekarang mereka di perkuat Juan Manuel Fangio, Peter Collins, serta Eugenio Castelotti. Kode sasis untuk mobil Lancia-Ferrari D50 selanjutnya mengantarkan Juan Manuel Fangio pada musin 1956.
Selanjutnya tahun 1957, Formula 1 mempunyai satu klasifikasi lagi untuk menyematkan predikat juara. Selain juara dunia pembalap, juga juara konstruktor. Jadi tiap balapan ada dua jenis poin. Poin untuk pembalap, dan poin untuk konstruktor ( tim balap). Ditahun ini tragedi terjadi lagi. Dimana Alfonso Portago dan Luigi musso kecelakaan waktu tes drive. Akibat dari insiden itu 12 penonton tewas. Ferrari dijatuhi hukuman denda dengan tuduhan pembunuhan tak sengaja.
Seorang desainer bernama Carlo Chiti masuk untuk membantu mereka merancang sebuah Dino Ferrari. Dino adalah putra Enzo yang saat itu sudah wafat, dan Enzo mempersembahkan untuk sang Dino. Untuk line up pembalap masih tetap, Collins, Hawthorn, dan Musso. Tapi selanjutnya Musso tewas pada GP Perancis 1958, Collins pun menyusul pada GP Jerman. Hawthorn akhirnya menang sebagai juara dunia tahun 1958.
Pada era 60an Ferrari sempat menarik diri dari balapan karena sebagai bentuk protes dengan badan pengawas balapan terkait adanya uang start. Mereka selisih paham soal ini.
Pada tahun 1987 sempat pula Ferrari berencana mengalihkan fokus mereka ke Indicar, balapan khas Amerika. Hal yang mendasari adalah buntut perselisihan antara Ferrari dan FIA terkait aturan penggunaan mesin V12.
Menurut FIA, ini adalah sebuah ancaman serius. Karena tanpa Ferrari, berarti penurunan nilai jual sebuah ajang bernama Formula 1.
Yap, seperti sudah disampaikan di awal, bahwa Formula 1 tak akan menjadi seperti sekarang tanpa Ferrari.
Dan Ferrari punya nilai tawar yang tinggi. FIA pun ‘mengalah’, dan tetap memperbolehkan mesin V12.
Belakangan di ketahui, bahwa Ferrari punya hak veto istimewa untuk peraturan yang di buat FIA.
Kendati punya nilai tawar tinggi, bukan berati Ferrari tak pernah mengalami masa sulit. Masa sulit buat Ferrari bukan soal keuangan. Tapi masa dimana mereka tak bisa kencang. Tak menghasilkan poin kejuaraan, atau tak bisa merengkuh gelar balapan, baik gelar untuk pembalap maupun konstruktor.
Karena kita tahu, bahwa Ferrari identik dengan kecepatan. Ferrari adalah mobil balap. Melihat atau mengendarai Ferrari berarti yang ada dibenak kita adalah sebuah mobil yang kencang.
Ketika Ferrari tak kencang, apalagi yang bisa kita harap dari sebuah Ferrari?
Dan paceklik poin itu benar-benar pernah terjadi. Dalam waktu puluhan tahun. Pada penghujung tahun 70an, atau tahun 1979, adalah kemenangan pembalap Ferrari terakhir melalui pembalapnya, John Scheckter, sebelum akhirnya mereka mengalami masa suram. Paceklik yang berkepanjangan.
Sampai akhirnya muncul sesosok Jean Todt, seorang Perancis berdarah Polandia-Yahudi masuk ke dalam organisasi Ferrari sebagai manajer. Sebelumnya, sejatinya nama Todt sempat di munculkan dalam bursa presiden FIA, sebelum akhirnya nama Max Mosley mengisi jabatan itu.
Akhirnya atas usulan Bernie Ecclestone, Ferrari memasukkan nama Jean Todt sebagai manajer Scuderia Ferrari.
Masuknya Todt pada tahun 1993 ini seolah pertanda baik, seiring masuknya seorang pemuda Jerman pada tahun 1996 bernama Michael Schumacher, lalu setahun kemudian pemuda itu membawa serta dua nama dari tim lamanya, yaitu Benetton.
Dua nama itu adalah Ross Brawn dan Rory Byrne. Dua insinyur ini pernah menangani debut Schumy di Benetton.
Kelak, mereka adalah ibarat paket lengkap untuk sebuah kebangkitan Ferrari di masa depan. Setidaknya, dalam waktu beberapa tahun ke depan segala rencana dan daya upaya dari empat orang inilah yang memutuskan ‘kesialan’ Ferrari dalam 21 tahun terakhir terhitung sejak kemenangan John Scheckter pada tahun 1979.
Kedekatan Ferrari dengan Max Mosley dan Bernie Ecclestone sempat memunculkan isu konspirasi terkait pelarangan material Berilium pada penghujung 1999.
Material berilium adalah sebuah logam ringan, kuat sekaligus berbahaya apabila terjadi sesuatu. Dan itu digunakan oleh Mclaren Mercedes. Ada yang bilang, aturan pelarangan itu adalah sebuah upaya menjegal Mclaren dari puncak dominasi saat itu.
Ferrari saat itu memprotes penggunaan material itu dengan alasan, bahwa logam itu mahal, tidak semua tim bisa membeli dan menggunakan. Terutama tim papan bawah. Biar tidak timpang, maka material itu dilarang penggunaannya.
Frank Williams, bos tim Williams yang saat itu juga menggunakan Berilium di beberapa bagian mobilnya mengatakan, bahwa Ferrari munafik!
Tapi Ferrari tidak sendiri. Dibelakang Ferrari ada orang kuat macam Max Mosley dan Bernie Ecclestone yang memuluskan aksi protes dan berujung pada pelarangan logam itu.
Dan laju Ferrari tak terkendali di tahun 2000, karena rival terdekatnya, yaitu Mclaren, seolah kehilangan kesaktian tanpa material Berilium beberapa bagian mesinnya. Schumy memenangkan tiga seri berturut-turut. Australia, Brazil, dan San Marino. Ferrari pun bersinar lagi!
Beberapa kontroversi terjadi tatkala Ferrari berada di puncak. Seperti kejadian A1 Ring, Austria 2002. DImana saat itu karena menuruti perintah tim , Barichello melambat di tikungan terakhir untuk memberikan jalan buat Schumacher. Demi memberi Schumy sebuah kemenangan.
Ya, kadang di balapan, selain bekerja untuk kemenangan sendiri, kita kerja buat tim. Dan salah satunya menuruti perintah tim tatkala tim mengehendaki sesuatu, walau pun itu mencederai sportifitas dalam sebuah cabang olahraga. Media pun ramai-ramai menghujat Ferrari, dan Schumy juga!
Tapi Ferrari yang terlanjur mencapai fase tertingginya, tak terbendung. Mereka dahaga kemenangan.
Ketangguhan mereka tak terbendung.
Tahun 2003 Ferrari mendapat perlawanan keras dari dua tim yang menjadi rival abadinya. Williams, dan Mc Laren. Dan di salah satu mobil Williams itu ada adik Michael di balik kemudi, namanya Ralf. Itu tahun yang menegangkan buat Ferrari. Bahkan pembalap mereka baru memenangkan balapan pada race ke empat di San Marino.

Duka Michael Schumacher adalah duka Ferrari juga. Dan pada balapan itu mereka berkabung atas meninggalnya Ibunda Michael Schumacher, Elizabeth.
Tahun berikutnya rupanya menjadi tahun terakhir kemenangan Ferrari, bersama Schumacher. Setelah selama lima musim tak terbendung, akhirnya Ferrari anti klimaks.
Tahun 2005 mereka harus merelakan gelarnya untuk konstruktor asal Perancis, Renault. Disebut-sebut, Ferrari menuding kegagalan mereka akibat Bridgestone tidak becus dalam memberikan ban yang tepat buat mereka. Walau pun sempat menang di GP Amerika. Tapi kemenanan itu karena tim-tim yang menggunakan Michelin mundur dari balapan.
Menginjak tahun berikutnya, Renault kembali merenggut juara dunia pembalap dan konstruktor. Fernando Alonso menang tipis dari Schumacher. Ditahun yang sama, 2006, Schumy mengumumkan pengunduran dirinya. Kursinya diisi oleh pembalap asal finlandia, Kimmi Matias Raikkonen.
Menginjak tahun 2007, Ferrari turun dengan line up pembalap baru. Felipe Massa dan Kimi Raikkonen. Harusnya itu tahun bagus buat Mclaren, rival terberat mereka. Tapi sayang, ada perseteruan dua pembalapnya, Fernando Alonso dan Lewis Hamilton, seorang pendatang baru.
Kimi berhasil mempersembahkan kemenangan buat tim kuda jingkrak ini. Dan rupanya itu sekaligus menjadi kemenangan pertama dan terakhir Kimi Raikkonen. Dan kemengan terakhir pula buat Ferrari di era 2000an.
Lama sekali paceklik itu terjadi lagi.
Walau beberapa kali ada peluang bagus, tapi toh juara dunia seolah masih jauh dari gapaian kubu Maranello.