MotoGP adalah level kompetisi balap tertinggi yang selalu dihuni oleh pembalap-pembalap juara yang saling berebut tempat terdepan dalam persaingan sengit memperebutkan gelar juara dunia yang prestisius. Tidak mudah bagi seorang Rider untuk mencapai kelas MotoGP.
Mereka harus melalui semuanya dari bawah, dengan memenangkan banyak kejuaraan lokal sebelum dapat menembus kelas Moto3, Moto2 hingga pada akhirnya berlabuh di kelas para raja, MotoGP. Di MotoGP sendiri pembalap akan menemui lawan yang sepadan dan sulit untuk di taklukkan. Duel-duel seru di lintasan akan selalu menghiasi jalannya lomba di setiap race.
Tak jarang ketika bertarung di trek, drama sering muncul akibat perilaku pembalap tersebut dengan motornya, seperti agresivitas atau aksi yang berlebihan hingga ada pihak/Rider lain yang merasa di rugikan. Di MotoGP banyak dijumpai pembalap bertalenta dan memiliki mentalitas juara layaknya Fabio Quartararo atau Marc Marquez yang sangai pandai dalam urusan strategi mendulang point di setiap race.
Sebelumnya, ada era dimana 2 pembalap Spanyol saling berjibaku di lintasan hingga menyuguhkan pertarungan memukau dan tak akan pernah terlupakan dalam sejarah balap MotoGP. Ya, 2 Rider tersebut adalah Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo.
Kedua pembalap ini kini telah menutup karirnya di MotoGP dan di nobatkan sebagai legenda MotoGP, bahkan namanya digunakan sebagai nama tikungan di sirkuit Jerez, Spanyol sebagai bentuk apresiasi Dorna pada pengaruh besar mereka di MotoGP selama bertahun-tahun. Pasca pensiun, Pedrosa masih berkutat dengan motor setelah menerima tawaran KTM sebagai Test Rider.
Sementara Lorenzo juga pernah dipercaya Yamaha sebagai test rider selama beberapa tahun, sebelum di gantikan oleh Cal Crutchlow. Ada sebuah fakta menarik yang mungkin saja jarang diketahui publik, bahwa ketika masih dalam masa keemasannya, mereka pernah berseteru cukup lama.
Meski berasal dari negara yang sama, tak menghalangi mereka untuk saling mengalahkan hingga memanaskan tensi persaingan dan menimbulkan masalah yang mempengaruhi hubungan keduanya.
Rivalitas Berlanjut Di Kelas MotoGP
Kejadian masa lalu di kelas 250cc nampaknya tak bisa mereka lupakan dari terus terbawa hingga kelas MotoGP. Di kelas 250cc, mereka kerap terlibat konflik yang menyebabkan kerenggangan hubungan diantara mereka. Pedrosa tidak terlalu senang dengan Lorenzo. Apalagi ketika Lorenzo berhasil masuk ke MotoGP pada 2008.
Walaupun Pedrosa menganggap rivalitas itu adalah motivasi yang mendorongnya berkembang menjadi Rider yang lebih baik, namun tetap saja kehadiran Lorenzo memberikan rasa tidak nyaman bagi Pedrosa. Apalagi Lorenzo datang dengan status 2 kali juara dunia kelas 250cc 2006-2007 dan langsung bisa “nyetel” diatas tunggangan barunya, YZR-M1.
Tak butuh waktu lama bagi Por Fuera untuk beradaptasi dengan motor. Bahkan di seri perdana, Lorenzo mampu merebut Pole Position dan mengakhiri balap di posisi ke 2. Sedangkan Pedrosa yang tengah dalam masa pemulihan cedera patah tangan harus puas finish di belakang Lorenzo, di urutan ke 3.
Pencapaian ini bahkan telah melebihi yang dibuat Pedrosa pada debutnya di MotoGP tahun 2006. Saat itu Pedrosa start dari posisi ke 5 dan finish di urutan ke 2.
Sikap Dingin Pedrosa di Rostrum Qatar
Setelah balapan usai, Pedrosa dan Lorenzo naik ke Rostrum, tempat khusus bagi pembalap yang berhasil mendapatkan podium 1-3. Di situlah Pedrosa menunjukkan sikap dinginnya pada Lorenzo. Pedrosa tak menyapa Jorge, bahkan tak berbicara sepatah katapun hingga tak menoleh ke arah Lorenzo. Lorenzo pun terkejut dengan sikap Dani itu.
Semua orang memberinya selamat, termasuk mekanik, kru tim, pembalap dan dan tim offisial Dorna, kecuali Pedrosa. Jika ada di posisi Pedrosa, Lorenzo akan memberi selamat kepada pendatang baru yang mampu finish ke 2. Karena begitulah Jorge diajarkan ayahnya untuk bisa menjadi pria terhormat.
Ketika seseorang melakukan yang lebih baik darinya, maka Jorge akan memberinya ucapan selamat, meskipun itu adalah Dani, maka Jorge akan tetap memberinya selamat. Sekalipun Lorenzo tidak tau apakah Pedrosa mau menerima ucapan selamat darinya. Ketika di klarifikasi tentang alasan sikap dingin itu oleh awak media, Pedrosa menolak menjelaskannya.
Sikap Dingin Pedrosa Di GP Jerez 2008
Tak cuma di Qatar, Pedrosa pun masih bersikap sama di seri ke 2 GP Jerez 2008. Pada sesi kualifikasi, lagi-lagi Lorenzo berhasil menempati Pole Position diikuti Pedrosa di tempat ke 2 dan Colin Edwards di posisi ke 3. Di Parc Ferme, ketika sesi interview, Lorenzo mencoba mendekati Pedrosa dan mengulurkan tangan untuk mengajaknya berjabat tangan, namun Pedrosa menolaknya.
Sontak saja Jorge dibuat keheranan dengan sikap Pedrosa itu, bahkan Colin Edwards yang ada di sana juga tercengang dengan kondisi yang tidak enak saat itu. Saat race berlangsung, Pedrosa berhasil memenangi balapan, diikuti Valentino Rossi di tempat ke 2 dan Lorenzo di urutan ke 3. Menanggapi sikap Dani, Lorenzo pun menjauh dan tidak memaksakan situasi yang tidak nyaman di depan kamera agar kondisi tidak semakin keos.
Inisiatif King Juan Carlos Mendamaikan Pedrosa & Lorenzo
King Juan Carlos yang mengetahui aroma perseteruan Pedrosa dan Lorenzo di GP Qatar langsung meresponnya dengan melakukan tindakan yang tidak terduga. Ketika akan memasuki Rostrum, King Juan Carlos mendekatkan Pedrosa dan Lorenzo kemudian meraih tangan kiri Lorenzo dan tangan kanan Pedrosa, lalu memaksa mereka berjabat tangan.
Dani dan Jorge pun terpaksa tersenyum di depan kamera untuk menutupi konflik mereka. Nick Harris yang penasaran dengan hal itu sempat mengcapture aksi yang berlangsung singkat tersebut hanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi dengan Dani dan Jorge. Walaupun sudah didamaikan, ketika Pedrosa melewati pintu untuk naik podium dimana Lorenzo sudah menunggu disana, Pedrosa tetap saja tak mau berbicara dengan Lorenzo.
Berakhirnya Perseteruan Pedrosa Vs Lorenzo
Jorge mengungkapkan bahwa hubungan dingin seperti itu dengan Dani masih berlangsung hingga memasuki musim 2012 dimana mereka bersaing ketat untuk gelar juara dunia. Di saat itulah perselisihan mereka mulai mereda dan berganti dengan timbulnya rasa respek dan saling menghargai hasil yang dicapai masing-masing saat balapan.
Dan konflik mereka benar-benar berakhir pada tahun 2015 ketika mereka menghabiskan waktu bersama di rumah Sete Gibernau. Walau begitu, mereka tak memungkiri untuk bisa berdamai, mereka membutuhkan waktu yang lama sampai mereka bisa bersikap lebih dewasa dan menghargai kerja keras dan perjuangan satu sama lain.
Pengalaman yang mereka lalui membuat mereka berpikir bahwa apa yang dilakukan Rider lain untuk mencapai prestasi mereka sangatlah berat, karena mereka juga melakukan hal yang sama. Berkali-kali naik podium bersama, membuktikan bahwa mereka layak mendapatkan rasa hormat dari pemblapa lain. Dan inilah yang membuat perselisihan Pedrosa dan Lorenzo akhirnya berakhir.
Siapa Yang Terbaik Saat Tensi Panas Pedrosa Vs Lorenzo?
MOTOGP 2008-2010
Dari data statistik kemenangan masing-masing, dapat diketahui hasil pencapaian keduanya ketika masih dalam rivalitas yang tinggi. Pada MotoGP 2008, Pedrosa mengemas 11 kali podium dengan 2 kali kemenangan, 5 kali posisi ke 2 dan 4 kali posisi ke 3). Sementara Lorenzo mengumpulkan 6 kali podium, terdiri dari 1 kali kemenangan, 3 kali urutan ke 2 dan 2 kali podium ke 3.
Berlanjut ke MotoGP 2009, Pedrosa mendapatkan 11 kali podium dengan 2 kali kemenangan, 5 kali podium 2 dan 4 kali podium ke 3. Sedangkan Lorenzo memperoleh 12 kali podium dengan 4 kali kemenangan seri, 5 kali posisi ke 2 dan 3 kali posisi ke 3. Pada MotoGP 2010, Pedrosa menyabet 8 podium dengan 4 kali kemenangan dan 5 kali posisi ke 2. Lorenzo sendiri mendapatkan 16 kali podium dengan 9 kali kemenangan, 5 kali podium 2 dan 2 kali podium ke 3.
Hasil 2008-2010
Di awal tahun Lorenzo masuk ke MotoGP 2008, Pedrosa lebih banyak mendapat kemenangan dan podium daripada Lorenzo. Memasuki musim 2009, perolehan podium mereka cukup berimbang dan relatif sama kuat. Pada 2010, Lorenzo mendominasi kemenangan jauh diatas Pedrosa. Secara menyeluruh pada 3 tahun ini Lorenzo lebih unggul dari Pedrosa karena Jorge berhasil merengkuh gelar juara dunia pada 2010.
MOTOGP 2011-2015
Tahun 2011, Pedrosa mengoleksi 9 kali podium dengan 3 kali kemenangan, 4 kali posisi ke 2 dan 2 kali posisi ke 3. Lorenzo mengumpulkan 10 kali podium dengan 3 kali kemenangan, 6 kali urutan ke 2 dan 1 kali podium ke 3. Pada 2012, Pedrosa mendapatkan 15 kali podium dengan 7 kali kemenangan, 4 kali podium ke 2 dan 4 kali podium ke 3.
Sementara Lorenzo memperoleh 16 kali podium dengan 6 kali kemenangan dan 10 kali podium ke 2. 3 tahun berikutnya, persaingan masih relatif konstan dan cukup ketat dari tahun 2013-2015. Dari 6 tahun tersebut, masing-masing saling mengalahkan dengan koleksi jumlah podium yang tipis, sehingga persaingan cukup ketat. Namun secara keseluruhan Lorenzo berada diatas Pedrosa berkat gelar juara dunianya pada musim 2012.
MOTOGP 2016-2018
Pada 2016 Pedrosa mengalami penurunan performa akibat cedera yang dialaminya hingga hanya mendapatkan 3 kali podium dengan 1 kali kemenangan dan 2 kali podium ke 3. Di tahun ini Pedrosa absen hingga 3 seri dan kehilangan banyak point. Sedangkan Lorenzo memperoleh 10 kali podium dengan 4 kemenangan dan menempati posisi ke 3 klasemen akhir dibawah Valentino Rossi.
Tahun 2017 Lorenzo pindah ke Ducati dan mendapatkan 3 kali podium, sementara Pedrosa berhasil menyabet 9 kali podium. Dan musim 2018 menandai akhir dari pertarungan Pedrosa Vs Lorenzo di lintasan. Di tahun ini Pedrosa tidak cukup kompetitif hingga tak sekalipun meraih podium. Hasil terbaiknya adalah finish ke 5 dan menempati posisi ke 11 klasemen akhir.
Lorenzo sendiri mulai kompetitif dengan 3 kali kemenangan yang didapatnya pada GP Mugello, GP Catalunya dan GP Austria 2018. Di akhir 2018, Pedrosa memutuskan untuk pensiun, diikuti Lorenzo di tahun berikutnya. Faktor cedera, kebugaran fisik dan tidak mampu bersaing di baris depan adalah alasan utama mereka memilih pensiun dari MotoGP.
Siapa Yang Lebih Baik Di Tahun Terakhirnya Sebelum Pensiun?
Pada musim 2018 (tahun terakhirnya di MotoGP), Pedrosa masih bisa berada di urutan ke 5 dalam beberapa race dan hampir selalu bisa masuk 8 besar. Finish terburuknya adalah urutan ke 15 dan itu hanya terjadi 1 kali. Berbeda dengan Pedrosa, Lorenzo yang kesulitan dengan RC213V mendapatkan hasil yang lebih tidak memuaskan di tahun terakhirnya sebelum pensiun.
Finish terbaiknya adalah di posisi ke 11 dengan beberapa kali tidak finish (DNF), 4 kali absen dan hanya menempati posisi ke 19 klasemen akhir. Posisi finish terburuknya adalah peringkat ke 20 di GP Aragon. Jadi dapat disimpulkan di tahun terakhir kiprah mereka di MotoGP, Pedrosa masih lebih unggul daripada Lorenzo.