Dalam Formula 1, seorang pembalap, ‘bekerja’, membalap, bukan untuk diri sendiri. Terlepas dari instingnya untuk selalu jadi nomor satu, dia juga harus mempertimbangkan perintah tim. ada banyak strategi tim yang harus jadi pertimbangan menyangkut gaya balap dia, dan strategi itu tak selalu membiarkan dia untuk membalap sekencang-kencangnya, dan jadi nomor satu.
Memang, tujuan tim, siapapun pembalapnya, harusnya senang kalau seorang pembalap yang sudah di kontrak mahal-mahal itu jadi number one.
Masalahnya tidak sesederahana itu ketika di tim ada pembalap lain selain dirinya. Itulah gunanya team order. Definisi team order secara gampang adalah perintah tim. apapun yang dikatakan tim yang disampaikan dari paddock, harus dituruti. Dalam memberikan team order, tentunya sudah dengan berbagai pertimbangan.
Pembalap, harus melambat tatkala tim memerintahkan untuk melambat. Pembalap harus menjaga kecepatannya secara konstan tatakala tim memberi perintah untuk konstan. Pembalap, harus lebih kencang tatkala tim memerintahkan bejek gas sedalam-dalamnya!
Pertimbangan tim adalah, menyangkut kerjasama dua pembalap. Agar tak sampai terjadi ‘perang saudara’ seperti yang sudah sering terjadi. Dua pembalap, tanpa perintah tim, atau kalau nekat membangkang, malah terjadi persaingan tidak sehat yang akhirnya merugikan tim atau dua pembalap itu sendiri.
Kasus Ayrton Senna dan Alain prost sudah jadi contoh kongkrit tentang bagaimana semrawutnya mereka tatkala tim ( Mclaren) sedang ada di di puncak kejayaan. Tak jarang pula, karena ketidak adilan tim dalam memperlakukan dua pembalapnya akan memunculkan ‘pemberontakan’ pada salah satu pembalap.
Disisi lain, pembalap dalam menjaga pamornya, pertama yang haus dikalahkan di lintasan adalah rekan satu tim. Bagus tidaknya pembalap, bos tim hampir selalu menilai bahwa seorang pembalap yang lebih bagus di tim adalah yang bisa unggul dengan rekan satu tim. Selebihnya, baru menghadapi pembalap dari tim lain.
Analoginya, walau anda ada di peringkat diatas 10 besar pun, tapi kalau rekan setim ada dibawah Anda peringkatnya, maka tim akan tetap mempertahankan Anda. Bila perlu tim memfasilitasi Anda untuk bisa lebih cepat lagi. Tim akan berusaha membuat mobil lebih kencang, tim akan menyediakan mekanik yang lebih bagus dan lain sebagainya.
Di Formula 1, ada beberapa kasus prsaingan sengit yang melibatkan rekan setim. Siapa saja mereka, dan di tim apa, berikut ulasannya..

- Alain Prost vs Ayrton Senna.
Semua pecinta formula 1 pasti setuju kalau dua pembalap pada masa kejayaan Mclaren ini merupakan pesaing utama, kendati mereka juga membela tim yang sama. Seperti yang sudah kami jelaskan, bahwa tolok ukur kehebatan pembalap adalah mengalahkan rekan setim. Selebihnya, baru pembalap lain diluar tim.
Dan Senna termasuk penganut filosofi itu. DI Mclaren sendiri waktu itu sebenarnya tidak punya strategi tim yang mengutamakan satu pembalap dan menjadikan pembalap lain sebagai wingman. Pihak Mclaren sudah wanti-wanti pada dua pembalapnya untuk tetap bisa bekerja sama dengan target mengalahkan Ferrari, yang merupakan musuh bebuyutan Mclaren. Selain itu, tim Williams yang pernah memakai mesin Honda dan merupakan tim yang tengah naik daun juga jadi perhatian khusus untuk di kalahkan di trek.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Justru kedua pembalap hebat itu membawa egonya masing-masing. Buat Senna, hanya ada satu ‘musuh’ yang musti dikalahkan, yaitu Alain Prost. Buat alain Prost, taka da lawan yang usti di waspadai di trek, kecuali Senna.
Faktanya pada musim 1988 Senna lebih unggul. Di tengah dominasi tim (Mclaren) yang memenangkan seri kejuaraan dengan memenangi 15 dari 16 seri balapan yang di gelar, dalam tubuh Mclaren saat itu mengalami gejolak. Prost yang tidak terima dengan hasil melontarkan tuduhan bahwa Mclaren memeberi perlakukan khusus pada Senna.
Jawaban atas ketidakpuasan Prost datang dari kubu pemasok mesin, Honda. Melalui kepala departemen pengembangan, Nabuhiko Kawamoto, Honda membuat settingan mesin yang beda pada mobil yang digunakan Alain Prost dan Ayrton Senna.
Berbekal kedekatan Senna dan pihak Honda semasa Senna di Lotus, Senna mendapat perlakuan istimewa dari Honda.
Seusai Senna menggondol gelar pertamanya di di tahun 1988, musim berikutnya, yaitu 1989, ‘permusuhan’ mereka makin meruncing.
Puncaknya adalah GP Jepang yang di helat di sirkuit Suzuka. Prost yang saat itu memacu mobilnya memimpin balapan. Senna terus menguntit. Senna mencoba menekan Prost. Tapi upayanya sia-sia, dan membuatnya putus asa.
Senna yang musim sebelumnya merupakan juara dunia dengan segenap egonya mempertahankan gelar. Sampai di satu titik, Senna yang melihat peluang untuk mendahului segera beraksi. Tapi Prost menghalangi upaya Senna. Akhirnya mobil mereka bersenggolan yang menyebabkan Prost keluar trek. Sedangkan Senna, berhasil melanjutkan balapan.
Awalnya pihak panitia menyatakan kemenangan ada di tangan Senna. Tapi tunggu, panitia melihat bahwa Senna memasuki area ilegal, sehingga menganulir kemenangan Senna. Prost pun dinyatakan menang dan merebut gelar juara dunia tahun 1989.
Jauh-jauh hari sebelumnya, ‘pertikaian’ sudah terjadi pada GP San Marino yang di helat pada bulan Mei musim 1989. Prost menuduh Senna telah mengingkari kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Dimana diantara keduanya, yang bisa mengawali balapan dengan baik, maka diantara keduanya ( yang lebih lambat start) tidak ada yang boleh mendahului ditikungan pertama ( Tosa Corner).
Faktanya Senna malah melibas Prost di tikungan itu. Jelas Prost marah.
Musim diakhiri dengan hengkangnya Alain Prost untuk pindah ke Ferrari.

Michael Schumacher Vs Ruben Barichello.
Harusnya pada kasus dua pembalap Ferrari ini tidak bisa di golongkan sebagai persaingan. Karena posisi mereka jelas beda di mata tim, di klausul kontrak lebih spesifiknya. Tim kuda jingkrak ini jelas menempatkan posisi Michael Schumacher sebagai pembalap utama, dan Rubens Barichello sebagai wing man yang tugasnya mendukung kemenangan pembalap utama, dalam hal ini Michael Schumacher.
Tapi pada beberapa kejadian, karena insting membalap, Rubens Barichello ‘memberontak’ aturan tim. di poin inilah kami akan kategorikan bahwa mereka berdua, Michael Schumacher dan Rubens Barichello sebagai rival dalam tim.
Hal itu terlihat setidaknya di beberapa balapan. Tapi yang mencolok adalah kejadian A1 Ring, Austria pada 2002.
Saat kejadian ( GP Austria 2002)Rubinho, panggilan akrab Ruben Barichello, mengawali start dati pole. Dengan segenap kemampuannya Barichello mampu memaksimalkan Ferrari F2002-nya hingga batas maksimal.
Tapi apa yang terjadi, Jean Todt, memerintahkan Rubinho melambat. Tentu saja Rubinho tidak mau. Hal itu terjadi pada lap 63. Barichello tetap meneruskan lajunya. Tapi Todt mengancam, bahwa dia tak akan memperpanjang kontrak Rubinho.
Dengan berbagai rayuan, akhirnya Barichello memberikan posisinya pada Schumi. Hmm…ini sih persaingan yang nggak sehat ya.
Rasanya hal kayak gini tidak pantas di sebut persaingan.
Persaingan yang sebenernya justrru terjadi pada tahun 2010, ketika mereka sudah ada di tim yang beda. Saat GP Hungaria. Rubinho yang saat itu membalap di tim Williams di pepet Schumi sampai hampir menabrak tembok. Tak terima, Rubinho mengecam tindakan Schumy itu. Rubinho mengatakan tindakan Schumy itu membahayakan dan nggak masuk akal!
Baru tahu?

Fernando Alonso Vs Lewis Hamilton.
Yang tak kalah seru justru persaingan yang dihadapi oleh Lewis Hamilton dan Fernando Alonso pada musim 2007. Saat itu Lewis anak baru. Sedangkan Alonso, mantan juara dunia dua kali beturut-turut bersama Renault.
Di Mclaren, mereka sama-sama memasuki tahun pertama. Celakanya, Alonso yang merasa bahwa dia mantan juara dunia, merasa harus jadi yang nomor satu di Mclaren.
Pun Lewis, merasa punya kedekatan dengan Ron Dennis, maka dia berhak mendapa perlakukan yang sama di tim.
Alonso masuk Mclaren, dan ingin mempertahankan posisinya sebagai juara dunia, seperti ketika bersama Renault. Ditengah memanasnya hubungan, Alonso sempat meremehkan Lewis. Akhirnya Alonso beberapa kali menghalalakan segala cara untuk bisa membendong laju Lewis. Ekspektasi bahwa Lewis, “ Nothing!” seperti yang di ucap pada PlanetF1, ternyata tak terbukti.
Walau di tahun pertama, dan saat itu Mclaren belum bagus-bagus amat, Lewis justru menjadi rival utamanya. Lewis berhasil membuktikan diri pada dunia, bahwa di layak di perhitungkan.
Alonso tentu saja tak mau ada di belakang Lewis. Hal itu terjadi dengan sangat kentara waktu GP Hungaria ketika babak kualifikasi di gelar. Alonso yang merasa harus tetap jadi nomor satu tersebut menghalangi laju mobil Lewis di pitlane.
Stewart yang mengetahui pelanggaran tersebut akhirnya memberikan hukuman pada Alonso dengan menurunkan posisi start Alonso di urutan ke enam. Sedangkan Lewis berhak menempati pole.
Pertikaian mereka yang sengit membuat kubu sang lawan ( Kimi Raikkonen, Ferrari) berhasil menggondol kemenangan di tahun 2007. Saking nggak tahan, musim berikutnya Alonso hengkang ke tim lama, Renault.

Lewis Hamilton Vs Nico Rosberg
Tahun 2013, Lewis hengkang ke Mercedes setelah lima musim membalap di Mclaren. Saat itu Lewis menandatangani kontrak selama tiga musim. Banyak pihak mengatakan bahwa kepindahan Lewis ke Mercedes adalah langkah yang penuh spekulasi. Karena sejak awal mengikuti Grandprix, Mercedes, lewat dua pembalapnya, Michael Schumacher dan Nico Rosberg, belum bisa menujukkan hasil yang cukup positif.
Sedangkan di tim sebelumnya, Mclaren, setidaknya Lewis sudah meraih hasil balapan yang fantastis. Lewis cukup kompetitif di tahun pertamanya. Dan seperti pada bagian sebelumnya, Lewis terlibat ‘perang’ dengan rekan setim.
Pada tahun keduanya, rekan setim tersebut ( Alonso), bahkan memilih hengkang. Dan karier Lewis meroket disana, Mclaren.
Sedangkan Mercedes yang merupakan pemain baru, meski sudah berpengalaman memasok mesin Mclaren. Sampai tahun ketiga di grid pun, masih beum menunjukkan hasil positif. Bahkan dengan pembalap sekaliber Schumacher!
Dan Lewis, kini disini, Mercedes, bersama Nico!
Satu pertaruhan besar buat karier Lewis. Tapi tampaknya keberuntungan berpihak ke pada diri Lewis Hamilton. Lagi-lagi di tahun keduanya membuat gebrakan dengan menjuarai musim 2014!
Dimulai dari peraturan baru tentang penggunaan mesin hybrid pada tahun 2014. Pada awal musim mereka baik-baik saja, tapi seiring berjalannya musim, mereka sudah mulai terlihat saling ‘bermusuhan’ satu sama lain.
Hal ini di ungkap langsung oleh Toto Wolff, Bos Mercedes yang menyebut terang-terangan kepada BBC, bahwa dua pembalapnya tersebut saling bersaing dan bermusuhan.
Mercedes tidak menrapkan Team Order yang mengutamakan satu pembalap, dan mengesampingkan pembalap lain. Sama sekali tidak!
Bahkan gelagat permusuhan itu di respon oleh Mercy dengan menerapkan peraturan yang tak diumumkan. Intinya, mereka boleh bersaing keras di trek, tapi satu hal yang perlu diingat, tak boleh saling membahayakan satu sama lain diantara dua pembalap Mercy. Mereka harus tetap berpatokan, bahwa mereka berdua ada di grid karena membela satu tim, Mercedes!
Tapi aturan tinggalah aturan, tetap saja jiwa muda mereka bergejolak. Hal ini terlihat jelas tatkala GP Belgia yang di gelar di Spa Francorchamp di gelar. Duo Mercedes yang start dari di grid depan itu sudah tercecer pada lap kedua karena saling bersenggolan satu sama lain.
Bermula dari Rosberg yang mencoba mendahuliui Lewis dari sisi luar, tapi ternyata malah membuat sayap depannya menyerempet roda Lewis.
Lewis sempat bertahan, tapi pada akhirnya harus menyerah pada keadaan pada lap ke 38. Sedangkan Nico, teap bisa melaju setelah mengganti sayapnya yang rusak.
Hal ini menimbulkan berang Toto Wolff. Pada saat jumpa pers seusai lomba, Wolff melontarkan kecamannya pada putra Keke Rosberg tersebut.
Musim 2014 diakhiri dengan Lewis Hamilton sebagai juara dunia.
Menginjak tahun berikutnya, Lewis tampil sangat dominan dengan menjuarai sepuluh dari sembilan belas putaran. Di akhir musim seperti sudah di perkirakan, Lewis menggondol juara dunianya untuk kedua kalinya bersama Mercedes, dan ketiga kalinya secara keseluruhan jika dihitung dari kemenangannya waktu di Mclaren.
Persaingan makin panas ketika musim 2016.
Kejadian tabrakan yang fenomenal melibatkan duo mrecedes lagi. Kali ini banyak pihak menuding Rosberg sebagai biang kerok dari kecelakaan itu.
Saat itu, Lewis memulai balapan dari posisi pole. Tapi sesaat kemudian posisinya diambil alih Rosberg. Apa lacur, saat hendak masuk tikungan ketiga, mobil Rosberg melambat dan Rosberg membanting stir ke kanan. Naas, saat itu Lewis yanga da di belakangnya kini sidah ada di sisi kanan. Dua Mercedes itu bersinggungan dengan keras.
Lewis semmpat nyusruk ke rerumputan yang ada di sisi kanan trek sebelum akhirnya mereka tidak bisa menguasai kemudi. Mereka tabrakan dengan keras dan sama-sama melintir ke sisi kiri trek dalam keadaan sama-sama mengalami kerusakan.
Lewis meradang dan melempar stirnya!
Toh, Rosberg tetap bersikeras itu bukan murni kesalahannya. Hal itu disampaikan Rosberg pada sesi wawancara.
Di akhir musim, Nico Rosberg memastikan gelar juara dunianya, dan setelah itu pensiun dari Formula 1.