
Salah satu komponen utama pada satu mobil adalah roda atau ban. Tanpa ban, mobil tak akan bisa berjalan. Nah, pada Formula 1, ban sangatlah penting pengaruhnya untuk kecepatan atau pun stabilitas mobil saat melaju. Tanpa ban yang pas, mobil tidak akan bisa melaju dengan sempurna.
Dan hal ini pula yang dipakai produsen ban untuk riset sekaligus memperoleh endorsment di Formula 1. Sangat lah pas buat produsen ban riset disini. Karena pada balapan Formula 1, ban dipaksa kerja sangat keras dan disiksa sedemikian rupa sehingga ban yang bagus atau pun tidak bagus akan tampak hasilnya saat itu juga.
Hasil itulah yang akan dipakai produsen ban agar bisa melakukan pembenahan produk. Lalu dari keseluruhan, produsen akan mengaplikasikan untuk produk jalan raya sesuai dengan jenis dan kebutuhan mobil jalan raya.
Kalau bicara supplier ban, pada awal Formula 1 di adakan, ada sekitar lima produsen yang berpartisipasi dalam perlombaan. Jadi pada masa lalu, pada tiap putaran balapan bukan hanya perlombaan antar tim F1, tapi bisa juga disebut perang ban. Karena ban bisa menjadi salah satu faktor kemenangan dan tak urung hal itu akan mendongkrak pamor pabrikan ban yang digunakan di tim tersebut.
Lalu ada pertanyaan, kenapa ban F1 jaman dulu, semua ban beralur, dengan garis-garis atau biasa di sebut groove pada semua balapan tak peduli kondisi lintasan, sedangkan jaman sekarang dalam satu balapan bisa gonta-ganti ban, sesuai dengan kondisi lintasan?
Kalau membahas jenis dan bentuk ban ini rasanya kita perlu melongok jauh ke belakang. Pada awal diselenggarakan, ban F1 selayaknya ban mobil jalan raya biasa. Normal-normal saja. Baik dari segi bentuk dan bahan. Bisa dimaklumi, sebab saat itu belum ada riset secanggih sekarang menyangkut keselamatan balapan. Yang penting, mobil ada ban, bisa melaju kencang sekencang-kencangnya, kalau sesuatu terjadi, that’s how real man to die.
Dari beberapa pemasok ban, rupannya Pirelli yang dominan.
Menginjak tahun era tujuh puluhan, dikenalkan ban slick atau tanpa alur. Para engineer menilai, ban slick akan lebih menapak di lintasan, dan itu bagus untuk grip. Perkembangan mesin, aerodinamika dan ban F1 membuat kecepatan mobil-mobil Formula 1 menggila.
FIA mengawatirkan hal ini. Mereka cari akal supaya kecepatan Formula 1 tidak segila itu. Sampai akhirnya musim 1998 Formula 1 mengharuskan ban beralur atau Groove agar kecepatan mobil F1 tereduksi. Waktu itu yang digunakan tiga alur atau tiga garis yang membelah permukaan ban menjadi tiga bagian.
Masalah terjadi, ban seperti ini cenderung lebih cepat habis tergerus aspal lintasan. Apalagi saat itu era-era mesin V10 yang punya tenaga sangar dan hal ini ikut berpengaruh pada performa ban.
Bukannya kecepatan berkurang, tapi justru di lintasan lurus lebih kencang lagi. Karena selain mendesain ban menjadi groove, saat itu FIA juga memperkecil ukuran ban sehingga bisa mereduksi hambatan angin yang akan membuat kecepatan meningkat di trek lurus.
Tahun itu, ada dua pemasok ban, yaitu Bridgestone dan Michelin. Ini adalah era perang ban yang sesungguhnya. Mereka berlomba-lomba untuk membuat ban sekuat mungkin. Walau susah untuk membuat ban yang sekuat yang diinginkan, tetap saja di akhir balapan menyisakan ban yang menipis dan terkelupas.
Ini yang bahaya. Hal itu terbukkti pada kejadian GP Amerika tahun 2005, dimana Ralf schumacher yang saat itu mengendarai Toyota TF 105 yang menggunakan ban Micheline mengalami kecelakaan pada sesi FP2 di tikungan banking atau tikungan miring di sirkuit Indianapolis karena pecah ban.
Serangkaian investigasi dilakukan pihak Michelin untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab pecah ban. Rupanya bukan hanya Ralf, beberapa pembalap lain juga mengalami masalah yang sama yang berkaitan dengan ban.
Lalu pihak Micheline melakukan negosiasi dengan FIA agar menambah tikungan chicane untuk mengurangi beban ban di tikungan tersebut. Tapi ide tersebut ditolak oleh pihak pemasok ban lain yaitu Bridgestone dan FIA sendiri.
Akhirnya karena deadlock, maka tim-tim pengguna ban Micheline memboikot balapan, dengan alasan keselamatan. Pihak Michelin menyatakan, bahwa ban mereka hanya kuat untuk sepuluh lap saja.
Sebetulnya ada opsi lain selain menambah Chicane. Yaitu mereka melakukan pit stop untuk penggantian ban. Tapi karena jumlah ban yang dibawa terbatas, maka hal itu tida mungkin dilakukan.
Pada musim berikutnya, alur ban groove diubah menjadi empat. Micheline sudah mundur dari F1, dan menyisakan Bridgestone sebagai pemasok utama formula 1,
Dan Bridgestone berinovasi dengan mengenalkan kompon ban baru, dari semula hanya satu jenis kompon, sekarang ada dua pilihan, soft dan hard.
Lalu aturan ban slick diterapkan lagi pada musim 2009 dengan berbagai pertimbangan. Tentu saja soal keselamatan dari waktu ke waktu sudah makin meningkat, sehingga penggunaan ban slick sudah lebih aman.
Tahun 2011 Pirelli masuk lagi ke kancah F1 sebagai pemasok ban tunggal di Formula 1.
Selanjutnya pada tahun 2019, mereka mengenalkan ban dengan tiga macam kompon dengan tiga macam tingkat kekerasan untuk tiga kondisi yang berbeda, yaitu soft, medium, dan hard. Masing-masing kompon digunakan untuk tiga kondisi yang berbeda pula sesuai dengan kebutuhan.
Walau ada beberapa kejadian pembalap yang mengalami pecah ban, tapi makin lama makin sedikit kejadiannya.
Satu hal yang jadi notice adalah,walau dengan ban slick, tapi karena penggunakan ukuran 18 inchi, maka gripnya lebih sedikit dan berhasil membuat laju mobil jadi lebih pelan, karena ban 18 inchi lebih berat.
Untuk lebih mudah menandai jenis kompon, ban di beri garis berwarna di sisi ban.