
Sebagai tim privater, Williams adalah tim hebat sepanjang sejarah Formula 1, selain McLaren. Beda dengan McLaren, Williams dari awal sampai tahun 2021 di kelola dan dikendalikan oleh keluarga Williams, sampai pihak investor Amerika mengambil alih tim yang bermarkas di Inggris ini.
Sepanjang dibentuk sampai sekarang tak kurang 7 gelar juara pembalap dan 9 tropi konstruktor telah dikantongi Williams.
Tak heran, karena di masa lalu mereka royal belanja aset. Baik sumberdaya manusia ataupun teknologi. Kita masih ingat bagaimana mereka pernah mendobrak kancah jet darat dengan teknologi suspensi aktif, DRS, ABS dan sistem perpindahan gigi semi-otomatis.
Dalam urusan ‘belanja’ SDM pun tak tanggung-tanggung. Seorang engineer jenius macam Andrian Newey, Eghbal Hamidy (ahli Aerodinamika), pernah bekerja disana.
Tak heran, banyak pembalap-pembalap top di F1 juga pernah membela tim biru itu. Siapa saja mereka?
Mari kita kupas satu persatu.
Riccardo Patrese. Tahun aktif 1987 (race terakhir), 1988-1992. Kemenangan 4 kali. Juara Dunia 0.
Patresse berpasangan dengan Carlos Ruetemann. Tapi dengan jumlah 4 kemenangan dari Ruetemann, rasanya Patresse lebih layak untuk dijadikan urutan ke sepuluh di daftar ini. Ruetemann hanya dengan tiga kemenangan.
Satu hal lagi, Patresse tidak pergi dari Williams kala musim sedang berlangsung dua putaran pada musim 1982. Dan Ruetemann melakukan hal itu.
Awalnya Patresse masuk hanya sekedar menggantikan Nigel Mansel pada baapan di Australia, 1987. Penampilannya ini rupanya mengesankan Williams dan kemudian pihak William menarik Patresse untuk musim 1988.
Saat itu, Williams menggunakan Judd, dan itu membuat performanya lemah. Untung Renault masuk disaat yang tepat. Tahun 1989 mereka mulai naik secara statistik.
Berpasangan dengan Thierry Boutsen, mereka sebelas dua belas. Sepadan. Boutsen memang dua kali merengkuh kemenangan. Tapi podium Patresse lebih banyak satu kali.
Tapi mereka sama-sama memenangi satu balapan musim berikutnya. Tahun 1991 Mansell comeback ke Williams, Boutsen pun hengkang. Dan praktis Patresse berpasangan dengan pembalap INggris itu.
Lima kemenangan di reaih Mansell, Patresse Cuma kebagian dua kemenangan sepanjang musim.
Performa Williams yang luar biasa ini mengancam posisi Mclaren. Walau tahun ini Mclaren masih sempat mengawinkan gelar pembalap dan konstruktor di akhir klasemen. Toh Patresse masih sanggup meraih juara tiga dibawah Senna dan Mansell.
Pada tahun 1992 adalah puncak kejayaan Williams. FW14B yang bertabur teknologi canggih di jamannya itu merebut uara konstruktor dari Mclaren. Bukan itu saja, Mansell juga menjuarai juara dunianya, dengan Patresse sebagai Runner up.
Patresse konon malah nggak percaya diri dengan teknologi canggih berupa suspense aktif dan control traksi. Itulah yang menjadi penyebab kekelahan Patresse dibanding Mansell.
Ralf Schumacher. Tahun aktif 1999-2004. Menang 6 kali. Juara dunia 0.
Masuk Williams pada tahun 1999, adik Schumy ini menuai banyak pujian. Tentu saja, karena penampilan perdananya di Williams yang luar biasa. Masuknya Ralf ke tim ini salah satunya karena permintaan BMW untuk memasang paling tidak astu pembalap Jerman di Williams. Walau pada musim pertama Ralf mobil Williams masih memakai mesin Supertec.
Dengan mobil Williams FW21, bermesin Supertec, bahkan Ralf tampil konsisten. Tentu saja itu bukan hal aneh. Karena di sebelumnya, waktu di Jordan pun Ralf sudah menunjukkan bakatnya.
Kemampuannya bahkan mampu mendekati dominasi Mclaren serta Ferrari yang jelas-jelas lebih kencang. Performa Ralf ini melampaui temans setimnya, Alex Zanardi. Padahal yang masuk hitungan waktu itu adalah Alex, bukan Ralf.
Pada tahun 2000 Ralf berpasangan dengan Jenson Button. Tapi sekali lagi Ralf lebih unggul dengan teman setim. Padahal Button termasuk salah satu pembalap kencang.
Langkah Ralf sedikit lebih sulit ketika tahun 2001 Williams memasukkan pembalap asal Kolumbia, Juan Pablo Montoya. Selama berpasangan dengan Montoya, tak banyak yang bisa dilakkan. Keduanya seimbang. Ralf kalah di poin, tapi menang di jumlah kemenangan. Ralf disebut salah pembalap tersukses Williams yang tanpa tropi kejuaraan.
Juan Pablo Montoya. Tahun aktif 2001-2004. Menang 4 kali. Juara 0.
Kalau Anda pemilik tim, dan disuruh memilih mana yang lebih baik Antara Ralf, teman setim waktu Williams, dan pembalap asal Kolumbia ini. Dengan konsistensi mencetak poin, dia secara poin lebih banyak dari Ralf. Toh kenyataan lainnya membuktikan bahwa kemenangan dia Cuma empat kali, sedangkan Ralf 6 kali. Masalahnya jumlah keseluruhan poin Ralf Cuma 173, sedangkan Montoya mampu membukukan 221 poin.
Menurut banyak orang, tipe pembalap kayak Montoya ini selalu memberi warna tersendiri buat Formula 1. kencang dan agresif. Tapi karena dia musti adaptasi dalam banyak hal di Formula 1, juara dunia masih belum bisa terwujud. Karena kehadirannya di ajang ini yang relatif singkat. Di Williams pun dia Cuma menjalani emapt musim, antara 2001 sampai dengan 2004, untuk selanjutnya hengkang ke Mclaren.
Frank Williams pun menyukai gaya pria ini. Padahal tak banyak pembalap yang disukai oleh Williams, dan Montoya termasuk jajaran dari sedikit orang yang disukai itu.
Jacques Villeneuve. Tahun aktif 1996-1998. Kemenangan 11 kali. Juara dunia 1 kali. (1997)
Masuk ke tim pada tahun 1996, Villeneuve berpasangan dengan Damon Hill. Ini adalah debut pertamanya di ajang yang penh intrik, Formula 1. Berbekal pengalamannya di Indicar, tampaknya Villeneuve mulai menunjukkan bakat luar biasanya di tahun 1997.
Villeneuve memenangkan seri kejuaraan pada tahun keduanya.
Berpasangan dengan pembalap Jerman, Heinz-Harald Frentzen, Villeneuve memenangkan tujuh balapan, dan sekali podium dari totak 17 lomba.
Sedangkan Frentzen berhasil naik tujuh podium, satu kali diantaranya adalah kemenangan. Dari kombinasi kemenangan dan podium mereka bedua selama satu musim membuat Williams merebut konstruktor sekali lagi, dan untuk terakhir kali.
Alain Prost. Tahun aktif 1993. Menang 7 kali. Gelar juara dunia 1 kali (1993)
Pernyataan Prost yang mengatakan bahwa Ferrari payah membuatnya terdepak dari tim asal Maranello. Hanya semusim melewatkan balapan untuk istirahat, akhirnya pad atahun 1993 Prost kembali balapan dan di kontrak Williams. Paket luar biasa antara Williams dan Renault diberi kode produksi FW15C sangat dominan denganProst di belakang kemudi. Bahkan konon mobil ini adalah mobil paling dominan sepanjang sejarah Williams di Formula 1.
Saking dominannya, bahkan seorang Rookie macam Damon Hill pun bisa memenangkan tiga balapan. Dan Prost, merengkuh setidaknya 7 balapan dalam total 16 seri kejuaraan.
Mendapat tekanan dari mantan rekan setim, Ayrton Senna, yang saat itu masih mengisi line up Mclaren tidak menghentikan langkah Prost untuk meraih gelar juara dunia ke empatnya. Prost mundur setelah meraih gelar pada tahun 1993. Dan itulah kemenangan terakhirnya di Formula 1. Tahun 1994 kursinya diisi oleh Senna.
Nelson Piquet. Tahun aktif 1986-1987. Kemenangan 7 kali. Juara Dunia 1 kali (1987)
Mendampingi Nigel mansel, tahun 1986 adalah musim terbaik bagi ayah dari Kelly Piquet ini di Williams. Tapi kejadian yang menimpa Frank Williams yang membuatnya Lumpuh membuat Piquet gagal menjadi pembalap nomor satu. Inilah yang memnjadikan bahan kekecewaaan buat Piquet. Hal ini yang juga menjadi kambing hitam buat kekalahannya melawan Alain Prost. Meskipun begitu, williams masih sanggup merebut gelar konstruktornya.
Pada tahun 1987 Piquet mengalami kecelakaan di GP San Marino pada sesi latihan. Inilah yan membuatnya hanya menjadi pembalap nomor dua mendampingi Mansel. Tapi Piquet mencetak poin secara konsisten.
Kejadian di GP Jepang yang membuat Mansel cedera punggung membuat Piquet makin bersemangat dalam mengejar juara dunia. Tahun berikutnya Piquet pindah ke Lotus, setelah meraih gelarnya bersama Williams, pun Honda, mereka juga pergi untuk memasok Mclaren. Saingan terdekat Williams saat itu.
Keke Rosberg. Tahun aktif 1982-1985. Kemenangan 5. Gelar Juara Dunia 1 (1982)
Posisinya di Tim ini menggantikan peran Alan Jones yang hengkang secara mengejutkan pada akhir 1981.
Satu hal yang luar biasa, Rosberg hanya memenangkan sekali balapan saja untuk bisa meraih gelar juaranya. Kuncinya adalah meraih poin secara konsisten dengan mobil bermesin Cosworth DFV Turbo.
Tahun 1983 merupakan tahun yang payah buat mobil bermesin DFV. Rupanya bakat Rosberg yang luar biasa berhasil mengatasi hal itu dengan baik. Buktinya Rosberg berhasil memenangi balapan di Monako.
Pada tahun 1994 Williams beralih pemasok mesin, kali ini mereka memakai Honda. Kendati bukan mobil terbaik, tapi Rosberg masih berhasil menang di GP Dallas, AS.
Perbaikan FW10 pada tahun 1985 membuat Rosberg meraih kemenangan terakhirnya untuk Tim biru di GP Australia, sebelum akhirnya hengkang ke tim asal Woking, Mclaren.
Damon Hill, 1993-1996. Menang: 21. Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1996)
Awalnya pria Inggris yang merupakan putra Graham Hill ini berada di Williams sebagai Test Driver. Tapi bakat dari sang ayah diwariskan ke Damon, dan akhirnya membuat Williams terkesan dan menarik Damon Hill ke dalam lini pembalap.
Awal debutnya, Damon Hill mendampingi Alain Prost. Kemampuan Damon Hill mencapai posisi 3 klasemen akhir di musim pertamanya semakin menunjukkan bahwa Hill adalah salah satu kandidat juara. Buat Hill, juara hanya soal waktu. Poin yang mengantarkan Hill menempati posisi 3 klasemen itu di dapat dari tiga kemenangan.
Pelarangan ‘alat bantu’ kontrol traksi dan suspensi aktif membuat Williams kedodoran. Kelak, Senna meninggal gegara Handling williams susah di kendalikan membuat Senna akhirnya menghembuskan nafas terakhir di tikungan Tamburello, sirkuit Imola, San Marino. Senna adalah juara dunia tiga kali yang pada tahun 1994 masuk ke William selepas dari Mclaren. Senna mendampingi Hill untuk musim 1994.
Pengembangan FW16B membuat Hill meraih juara dunianya di tahun 1996. Hill berhasil mengalahkan Schumacher dengan Benetton-nya.
Di tahun sebelumnya, tepatnya 1994 dan 1995, memang Rival terdekat Hill adalah Michael Schumacher dari Benetton. Tapi Hill berhasil menghentikan laju mereka untuk meraih gelar kejuaraan untuk ketiga kalinya di tahun 1996. Sepanjang 1996 bersama Williams, Hill menorehkan delapan kemenangan, sembilan pole, dari total 16 balapan dalam satu musim.
Tahun terakhirnya ini Hill berpasangan dengan seorang Rookie pindahan dari Indicar, Jacqes Villeneuve. Karena kondisi yang tidak ‘sreg’ di hati Hill, membuatya hengkang. Dan akhirnya, tahun 1997 gelar juara dunia di raih oleh Jacques Villenueve. Jacques di dampingi pembalap Jerman, Heinz-Herald Frentzen.
Alan Jones, 1978-1981, Kemenangan 11 Gelar Juara Dunia: 1 (1980)
Dia orang Assie pertama yang juara dunia. Ada banyak hal menjadi yang pertama ketika pria ini membalap buat Williams. Kemenangan pertama Williams dan orang Australia pertama adalah salah duanya.
Selain itu, dia juga pembalap ideal, setidaknya sesuai dengan yang diinginkan Frank Williams dan Patric Head yang saat itu menjabat sebagai direktur teknis.
Secara personal, Jones adalah tipe pria yang tak suka berbelit-belit, tanpa basa-basi yang nggak perlu dalam menyampaikan sesuatu. Gaya mengemudinya sangat pas dengan mobil rancangan Patrick Head. Itu yang selanjutnya disebut ideal.
Pada tahun kedua, dengan Williams berkode sasis FW07, dia menjadi salah satu kandidat untuk bisa menjuarai musim 1979. Tapi apadaya, mobil itu kurang reliable. Toh Jones masih bis merenggut empat kemenangan. Sekaligus ini sebagai tanda bahwa musim berikutnya sangat mungkin Jones menjadi juara dunia.
Dan prediksi banyak orang, terutama di tim, bukan isapan jempol belaka. Jones berhasil mengalahkan rival terdekatnya, Nelson Piquet yang memacu Brabham. Lima kemenangan itu sekaligus mengantarkan Jones menjuarai musim 1980.
Inilah kemenangan pertama Williams sebaga Konstruktor, mengawinkan dengan juara dunia pembala pertama, dan Jones sebagai orang Australia pertama yang pencapai puncak klasemen. Beberapa puluh tahun kemudian baru ada orang Australia lain bernama Mark Webber yang menjuarai klasemen.
Kemenangan konstruktor ini juga di dukung oleh kemenangan pembalap lain di Williams, Reutemann.
Beberapa kejadian yang kurang mengenakkan di tim, saah satunya hubungan Jones dan Reutemann yang diwarnai gesekan-gesekan kecil membuat konsentrasi Jones membias di tahun berikutnya (1981) dan membuatnya kalah dengan Piquet, pembalap Brabham.
Tapi menempati klasemen 3 bukan hal buruk. Ya, bukan hal buruk buat Williams, karena tahun 1981 Williams masih berhasil mempertahankan tropi konstruktor. Walau berujung pada kekecewaan Jones yang membuatnya mundur pada akhir musim 1981.
Nigel Mansell. Tahun aktif di William 1985-1988, 1991-1992, 1994 Kemenangan 28. Gelar Juara Dunia 1 (1992)
Terkenal agresif, tapi terkenal kurang disiplin. Ini yang menyulitkan pembalap lain sulit untuk bekerja sama dengannya. Keputusannya pensiun tertunda hanya untuk bergabung dengan William, satu kebanggaan tersendiri buat warga Inggris saat itu. Dimana Williams yang tim Inggris itu punya pembalap seorang Englishman juga.
Mendulang 28 poin selama di Williams, tentu itu tak lepas dari dukungan mobil yang hebat macam Williams FW14/B yang konon salah satu mobil tercanggih.
‘Kehadiran’ Mansel di Williams terdiri dari dua ‘bagian’. Pertama pada tahun 1985 sampai dengan 1988.
berpasangan dengan Keke Rosberg. Persaingan dengan rekan setim hal yang wajar, seperti halnya yang dialami oleh Mansel dan Rosberg. Bakat Mansel sudah ditunjukan pada kemenangan Mansel di Brand Hatch dan Afrika Selatan pada tahun 1985. Kendati Rosberg sebagai pemegang fastest lap, toh pemenang tetap ada pada Mansel, dan Rosberg harus puas diurutan kedua.
Pada tahun berikut, Rosberg hengkang , dan Nelson Piquet masuk menggantikan Rosberg. Sempat memenangkan lebih dari lima race, tapi pecah ban pada GP Australia membuyarkan angannya untuk meraih gelar juara dunia.
Pada tahun 1987 Mansell sempat absen dua race, karena kecelakaan di Jepang. Absennya Mansell memuluskan jalan Piquet meraih gelar juara dunianya.
Tahun 1989 Mansell memutuskan bergabung dengan tim Kuda Jingkrak, Ferrari. Tapi dua tahun tak menuai hasil yang memuaskan. Hingga ada tahun berikutnya Mansell comeback ke Williams. Kehadiran Mansell yang mengesankan sekaligus menjadi penantang Senna.
Setelah dua tahun yang buruk di Ferrari dan ‘pensiun’ pertamanya, Mansell kembali ke F1 pada 1991. Sempat bersaing dengan Patrese, Mansell akhirnya mengukuhkan diri sebagai pembalap utama tim setelah mampu bersaing gelar dengan Senna.
Puncak kehebatan Mansell akhirnya tiba pada 1992. Mengandalkan sasis Williams FW14B, Mansell mendominasi F1 1992 dengan merebut sembilan kemenangan dalam 16 balapan.
Sejumlah drama di luar trek membuat Mansell hengkang dari Williams untuk turun di IndyCar. Namun, ia kemudian kembali pada 1994 dan menorehkan kemenangan terakhirnya di Adelaide.
“Banyak cerita tentang Nigel Mansell selama di Williams, dibanding pembalap lainnya,” kata mendiang Frank Williams.
“Ia seorang pembalap yang sangat hebat. Di mana pun turun, akan sangat sulit untuk menahannya. Performanya fantastis meskipun kadang sulit untuk bernegosiasi dengannya.”