Subscribe
Starting Grid
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1
No Result
View All Result
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1
No Result
View All Result
Starting Grid
Home Formula 1

Nino Farina, Gentleman of Turin

Namanya tak akan pernah lepas dari Formula 1. Sejarah terlanjur mengukirnya dengan tinta emas, bahwa dia kampiun pertama Balapan paling glamour ini.

Ciput by Ciput
18 Mei 2022
in Formula 1
Reading Time: 7 mins read
315 17
0
Nino Farina, Gentleman of Turin
1.1k
SHARES
5.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Nino Farina dengan senyum Italia yang khas. ( Foto: Formula 1)
Namanya tak akan pernah lepas dari Formula 1. Sejarah terlanjur mengukirnya dengan tinta emas, bahwa dia kampiun pertama Balapan paling glamour ini.
Bicara sejarah Formula 1, tak bisa di lepaskan dari pria Italia bernama asli Giuseppe Farina ini. Kelahiran Turin 30 Oktober 1906, putra seorang pengusaha Karoseri.

Dalam hidup seseorang, ada yang ditakadirkan dan terhubung dengan sesuatu yang kelak menjadi jalan jidupnya. Begitu juga dengan jalan dan takdir Nino. Dia dari lahir sudah di takdirkan untuk menjadiinsan otomotif, hal yang kelak membuatnya ‘hidup’ sekaligus menganrak kematiannya.

 

Hal itu ditunjukkan ketika hari kelahirannya, seperti yang sudha kita sebut, 30 Oktober 1906. hari itu tepat sang ayah, yaitu Govani Farina, mendirikan bengkel karoseri, Stabilimente Farina, di Kota Turin. Kota Turin adalah ibarat Detroit di Amerika, banyak pabrik mobil ( otomotif) disana. Fiat pun berasal dari kota ini. Dan kalau kita tahu nama Pininfarina, sebuah rumah desain kondang yang jadi langganan Ferrari, Peugeot, dan lain sebagainya, tak lain Pininfarina adalah sang paman dari Nino Farina.

 

Dari awal, Nino sebetulnya sudah di kader oleh keluarganya untuk meneruskan bisnis keluarga mereka di bidang autowork. Tapi semuanya berubah ketika pada usia 9 tahun Nino belajar mengemudikan mobil. Sebuah mobil dua silinder buatan pabrikan Temperino menjadi mobil pertama yang di kemudikan. Sejak saat itulah Nino jatuh cinta pada aktifitas nyetir ini!

 

Pengalaman awal Nino adalah balapan bersama pamannya, Pinin, pada usianya yang ke 16 tahun. Saat itu Nino berperan sebagai navigator. Tiga tahun kemudian, saat dia masih duduk di bangku kuliah, dengan koceknya sendiri Nino sudha bisa membeli mobil bekas. Sebuah Alfa Romeo, yang kemudian dipakai untuk ‘mengasah’ kemampuan balapnya.

Turun sendiri balapan, Nino mengikuti  ajang balapan Aosta-Gran San Bernardo Hillclimb, salah satu pembalap yang jadilawannya di lintasan, tak lain adalah ayahnya sendiri. Tapi sayang, gaya mengemudinya yang ceroboh membuatnya mengalami kecelakaan  saat berusaha mendahului mobil ayahnya , yang pada akhirnta menyebabkan bahunya patah. Sebuah kenang-kenangan yang tak terlupakan adalah bekas luka di wajahnya yang uniknya, menjadi tren saat itu.

Alfa Romeo yang dikendarai ringsek tabrakan ketika berusaha melibas ayahnya di lintasan. ( Foto: Agence de presse Meurisse)

Gaya mengemudi Nino banyak dipakai pembalap-pembalap generasi selanjutnya. Kepercayaan diri dan keberanian Nino yang tinggi, dipakai bekal untuk melawan rival-rival dilintasan. Satu halyang menjadi kelemahannya adalah, dia seorang yang ceroboh dalam mengemudi.

 

 

Pada masa itu membalap bukanlah aktifitas yang ringan. Minimnya alat bantu mobil, mengharuskan pembalap harus punya stamina fisik yang kuat. Dan Nino punya syarat itu. Tubuhnya atletis karena selain balapan dia juga menempa dirinya dengan berbagai olahraga fisik. Setidaknya Nino juga seorang pelari ( Sprint), dan sebagai orang Italia, tentu Nino juga punya kemampuan bermain sepakbola yang bagus.

 

Modal fisik yang prima inilah yang membuatnya selalu tampil prima di setiap perlombaan dengan di balut sedikit kecerobohan, seperti yang kami tuliskan diatas.

Pada setiap cabang olahraga, tentu ada strategi. Tak peduli apapun olahraga itu, selain fisik, tentu harus ada strategi tertetnu untuk bisa tetap kompetitif. Dan strategi yang bagus tentu akan lahir dari pemikiran yang bagus. Kemampuan berfikir bagus inilah yang juga dimiliki seorang Farina.

Diakui atau tidak, Farina punya otak yang encer, hal ini di buktikan dengan gelar Doktor yang di dapat dari Universitas.

 

Pada musim 1933 sampai dengan 1934, Nino kembali ke arena balap dibawah asuhan Gino Rovere di tim Scuderia Subalpina. Di tim inilah Nino berkenalan dan selanjutnya menjalin persahabatan dengan seroang egenda Italia lainnya, Tazio Nuvolari. Nino mengemudikan mobil Maseratti dan Alfa Romeo.

Pada musim berikutnya, tepatnya tahun 1935, barulah Nino masuk di tim pabrikan Maseratti. Rupanya penampilan Nino membuat seorang Enzo Ferrari terkesan. Enzo pun tertarik untuk merekrut untuk membalap di timnya, Scuderia Ferrari. Di cuderia Ferrari, Nino mengendarai Alfa Romeo 8c. Memang, saat itu Scuderia Ferrari adalah sebuah tim yang di dukung secara teknis oleh Alfa Romeo.

 

Performa luar biasa ditunjukan ketika dia finish runner up pada balapan yang di gelar di Mille Miglia, padahal mereka membalap dalam gelap, ta ada sistem penerangan pada sirkuit saat itu.

Sedangkan kemenangan diraihnya pada musim 1937 di Grand Prix of Naples. Sebuah sirkuit di Posillipo, dekat Napoli.

Diakui atau tidak, sebagai seorang bergelar Doktor, tentu Nino mempunyai kecerdasan diatas rata-rata pembalap waktu itu. Kecerdasannya ini yang dipakai dalam setiap strategi balap dan menghasilkan gaya balap yang luar biasa. Tapi satu kelemahan lain seorang Nino selain ceroboh, yaitu pemarah.

 

Ya, dia seorang yang pemarah. Dia orangnya bodoh amat dengan pembaap lain. Termasuk rekan setim sekalipun. Sifatnya inilah yang berperan untuk mengantarkan dia terlibat dalam dua buah insiden kecelakaan yang dialami pada tahun 1936. Saat itu dia sedang berebut posisi dengan Marcel Lehoux, saat itulah, mobilnya mengalami ‘senggolan’ dengan mobil Lehoux. Tak urung hal iut membuat mobil Lehoux terbalik dan terbakar. Lehoux terpental keluar mobil. Luka di tulang tengkorak yang parah menyebabkan Lehoux menutup usia setelah sebelumnya dirawat di sebuah rumah sakit. Sedangkan Nino Cuma mengalami cedera ringan.  Kejadian tragis dialami dua musim kemudian, tapatnya pada musim 1938. Kali ini terjadi di Gran Premio Tripoli. Kejadiannya melibatkan Laszlo Hartman yang memgemudikan Maserati 4CM. Kejadiannya bermula ketika Hartman berusaha mendahului dan memotong laju Nino dari sudut depan. Nino tak mau mengalah, atau memang tak sempat mengerem, karena selanjutnya mobil Nino menghajar mobil Hartmann yang menyebabkan Maserati itu terguling dan menyebabkan Hartmann meninggal dunia.

Pada musim 1938, secara resmi Nino mengemudi untuk itm pabrikan Alfa Romeo. Tim ini bernama resmi Alfa Corse. Disana dia mengemudikan mobil Maserati 158 Voiturette. Kemenangan diraihnya semuim kemudian di Gran prix de’ Anvers Copa Ciano dan Prix de Berne. Kemenangan-kemenangan inilah yang mengantarkan Nino meraih kemenangan selama tiga tahun berturut-turut. Sedangkan kemenangan pada Grand Prix Tripoli diraih pada tahun berikutnya.  Di Mille Miglia dia kembali finish runner up. Berarti ini sudah tiga kali berturut-turut Nino menjadi runner up di Miglia.  Setelah perang dunia kedua, Nino kembali balapan.  Pada akhirnya, Nino memenangi Grand Prix Des Nation pada 1946.

Pada tahun berikutnya, 1947, Nino berselisih paham dengan tim soal kepemimpinan. Hal itu membuatnya berhenti balapan selama semusim penuh.Baru pada musim berikutnya Nino kembali balapan, kali ini sebagai Privater, modal sendiri, Nino mengendarai Maserati.  Kurun waktu tersebut, Nino Farina menikahi Elsa Giaretto.

Diketahui, Elsa adalah seorang perempuan yang elegan dan stylish pada masanya. Elsa, selanjutnya berusaha membujuk Nino untuk berhenti balapan. Tapi Nino keukeuh tetap balapan.

Bahkan tiga hari setelah pernikahan mewahnya Nino terbang kre Argentina untuk balapan di Gran Premio Internacional del General San Martín dan menang pada kesempatan itu.  Setelah Argentina, Nino  merajai sirkuit Monaco dengan Ferrari 125.

 

Sampai pada tahun 1950, kerjuaraan Dunia Pembalap yang di helt FIA dibuka untuk pertama kali. Balapan awal di adakan di Sirkuit Silverstone, Inggris. Tak kurang dari 150.00 penonton hadir di even itu. DI musim perdana ini, Farina sudha kembali di kursi Alfa Romeo. Satu tim ada tiga mobil.

Farina bersama  Luigi Fagioli, dan Leg Parnel. Rupanya tahun awal dimulainya Formula 1 ini adalah awal keberuntungan Alfa Romeo. DImana tiga pembalap mereka finish beruntun posisi 1 untuk Farina, Luigi Fagioli di posisi kedua, dan Leg Parnel di tempat ketiga. Saat itulah sejarah di Formula 1 mencatatkan namanya sebagai pemenang pertama kali kejuraan di gelar.

Di tim ini, Farina adalah pembalap nomor satu. Dimana dia memimpin dua pembalap Alfa Romeo lainnya. Selanjutnya Alfa Romeo adalahs alah satu dari beberapa tim Italia yang ada di Grid yang secara resmi di selenggarakan tiap tahun oleh .

Pada race berikutnya yang di gelar di Monako, Farina tersingkir dari Juan Manuel Fangio yang pada putaran kedua ini juga masuk sebagai rekan setim di Alfa Romeo.  Mereka akhirnya dijuluki tiga F Alfa Romeo. Farina, Fagioli, dan Fangio.

Terlepas dari itu, performa tim sangat kompetitif yang mengakibatkan persaingan sengit, bahkan diantara ketiga pembalap Alfa Romeo itu sendiri. Sepanjang musim, yang kala itu digelar dalam tujuh putaran, persaingan justru terjadi antara Fangio dan Farina.

Setelah dua putaran Alfa Romeo memenangi balapan, putaran ketiga yang di helat di Indianapolis 500 dimenangkan oleh Johnnie Parson, dari tim Kurtis Kraft Offenhauser. Sepanjang musim, rupanya grid di dominasi oleh triple F ini.

Setidaknya selepas GP Indianapolis 500, Fasrina kembali unjuk gigi. Dia melibas Fangio dan menjadikan Fangio menempati runner up. Beranjak ke GP Beligia yang di gelar di Spa Franchorchamp, Fangio berhasil mengalahkan Fagioli, sedangkan Farina musti merasakan getirnya duduk di posisi keempat gegara kerusakan pada gearbox.

Kendati begitu, sampai disini Farina masih memimpin klasemen dengan modal 22 poin balapan, sementara di runner up klasemen Fagioli mengantongi 18 poin, dan Fangio berada di urutan ketiga dengan hanya selisih satu poin dari Fagioli, yaitu 17 poin. Pada GP Perancis, Farina tersungkur ke urutan yang ke tujuh.

Hasil ini membuat Farina terlempar ke posisi dua dan Fangio berhasil mengungguli Farina sebanyak dua poin balapan.  Balapan di Monza di putaran berikutnya adalah laga kandang buat Alfa Romeo dan Farina.

Dibawah tekanan Alberto Ascari yang mengendarai Ferrari. Saat itu Fangio sedang bermasalah dengan gearbox. Seharusnya kalau Fangio baik-baik saja, bisa jadi, rival berat Farina adalah Fangio. Dan tentunya, kalau semua berjalan sesuai rencana, ini akan jadi perebutan gelar juara dunia. Karena, seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, Fangio unggul 2 poin balapan dari Farina.

 

JUARA DUNIA 1950

Dan Monza adalah sirkuit terakhir untuk musim 1950. Tapi rupanya dalam hidup, ada banyak hal yang tidak sesuai yang di rencanakan manusia. Kerusakan mobil Fangio akan memberi peluang buat Farina untuk meraih gelar juara dunia pertamanya!

Tekanan Ascari ibarat hanya sebagai lecutan semangat agar dia bisa finish, setidaknya dengan hanya urutan ketiga pun sudah cukup membuat Farina meraih titel juara.

Toh apda akhirnya Farina bisa menyelesaikan balapan dengan kemenangan! Plok..plok..plok.. Dimata banyak orang, sosok Farina adalah seorang pria yang punya kepribadian ganda. Pada satu waktu, Farina bisa jadi seorang yang sopan dan ramah.

Tapi pada saat lain, Farina bisa jadi seorang yang angkuh dan penyendiri. Setidaknya tuduhan yang terakhir kami tulis itu ditunjukkan Farina pada sikapnya yang ditujukan terhadap Fangio yang berasal dari latar belakang keluarga sederhana di Argentina.

Dan Farina, seperti kita tahu, keluarga pengusaha kaya di Italia. Sampai sekarang pun, siapa tidak kenal salah satu anggota keluarganya, Pinninfarina, yang tak lain adalah pamannya.

Pada masa itu, Farina mendapat nickname ( julukan) Gentelman Of Turin, karena latar belakangnya yang terbilang istimewa. Seumpama di sistem monarki, Farina ini seorang berdarah biru. Bahkan, gaya ‘ningrat’ ini di juga di adopsi Farina di belakang kemudi. Posisi duduk ketika mengemudi diatur tegak, seolah ogah , mennjukkan penundukan diri.

Tangannya pun diatur untuk terentang penuh, seperti seorang petarung yang siap menerima tantangan lawan.  Gaya Farina tidak ‘boros gerakan’ yang tak perlu. Respon kaki pada pedal gas yang smooth menjanjikan pengendalian sempurna dalam melajukan mobil.

Gerakan ini terbukti di memporsir mobil. Teknik mengemudi seperti inilah yang kelak ditiru Juan Manuel Fangio dan Stirling Moss. Look at! Fangio pun akhirnya menjadi dominan di grid dengan gaya ini, kan? Akhirnya Farina memutuskan pensiun pada musim 1956. Fangio punya pendapatnya sendiri tentang Farina.

Fangio menganggap Farina adalah pembalap gila. Bahkan, sebagai seorang yang religious,  Fangio berpendapat, hanya perawan suci ( Bunda Maria) lah yang bisa mengontrol laju mobil Farina untuk tetap di jalurnya.

Sementara seorang Enzo Ferrari pun pernah melontarkan rasa kawatir terhadap keselamatan Farina, kendati Enzo pun mengakui, bahwa Farina adalah seorang berotot kawat balung wesi seperti pepatah Jawa, yang artinya terbuat dari baja luar dalam.

Tapi toh Farina berhasil menyelesaikan semua pertandingan yang di ikuti dengan masih bisa menghembuskan nafas, yang aetinya dia selamat dari maut pada seluruh balapan. Maut justru menjemput Farina pada saat perjalanannya untuk nonton GP Perancis. Saat itu Lotus Cortina yang di kemudikan menabrak tiang telegraf di Savoy Alps.

 

 

Sumber : http://www.motorsportmemorial.org/LWFWIW/focusLWFWIW.php?db=LWF&db2=&n=33              https://www.formula1.com/en/drivers/hall-of-fame/Nino_Farina.html

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: alfa romeoenzo ferrariFerrariNino Farina
Share420Tweet263Pin95Scan
Previous Post

Deretan Motorhome tim Formula 1, ada yang semewah hotel

Next Post

4 Crash & Cidera Terburuk Yang Pernah Dialami Rossi Di MotoGP

Related Posts

Balapan Makin Membosankan, Kenapa Motogp Tidak Pakai Mesin Turbo Saja?
Inside GP

Balapan Makin Membosankan, Kenapa Motogp Tidak Pakai Mesin Turbo Saja?

31 Mei 2023
Lima Pembalap Satelit Terbaik di Era Motogp
Inside GP

Kelebihan dan Kekurangan Aero Fairing Motogp

30 Mei 2023
Ford comeback ke Formula 1, dengan tim mana?
Formula 1

Ford comeback ke Formula 1, dengan tim mana?

4 Februari 2023
Kenapa Mobil F1 Semakin Tahun Menjadi Semakin Besar ?
Formula 1

Kenapa Mobil F1 Semakin Tahun Menjadi Semakin Besar ?

31 Januari 2023
Formula 1: Senggol dikit, rugi berapa milyar?
Formula 1

Formula 1: Senggol dikit, rugi berapa milyar?

30 Januari 2023
Fakta tentang persaingan antara Lewis Hamilton dan Nico Rosberg
Formula 1

Fakta tentang persaingan antara Lewis Hamilton dan Nico Rosberg

29 Januari 2023
Next Post
4 Crash & Cidera Terburuk Yang Pernah Dialami Rossi Di MotoGP

4 Crash & Cidera Terburuk Yang Pernah Dialami Rossi Di MotoGP

Inilah Penyebab Rider Jepang Sedikit & Sulit Berprestasi Di MotoGP

Inilah Penyebab Rider Jepang Sedikit & Sulit Berprestasi Di MotoGP

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Menguak Sejarah Penggunaan Brake Lever Protector Dan Fungsi Vitalnya Di MotoGP

Mengupas Tuntas Siapakah The Rain Master Terhebat Di MotoGP

5 Mei 2023
Bermesin Hanya 1600cc, Kenapa Mobil F1 bisa menghasilkan 1000 Horse Power ?

Bermesin Hanya 1600cc, Kenapa Mobil F1 bisa menghasilkan 1000 Horse Power ?

23 Oktober 2022

MotoGP Vs Kawasaki H2R! Bisakah MotoGP Kalahkan Kehebatan H2R? Ini Analisanya!

4 Desember 2022
Motor Honda RC213V 2024 Produk Gagal ?

Motor Honda RC213V 2024 Produk Gagal ?

14 September 2023

Tim Nastro Azzurro Honda nya Valentino Rossi Sebenarnya Tim Satelit atau Pabrikan ?

9 Juni 2020
Melihat Update Komponen Baru di MotoGP Jepang

Melihat Update Komponen Baru di MotoGP Jepang

2 Oktober 2023
Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

Ini Dia Perpindahan Tim Pembalap Motogp yang Paling Besar Dampaknya Pada Kejuaraan

29 September 2023
Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

Fantastic 4, Empat Pembalap Terhebat di Motogp di Tahun 2000an.

29 September 2023
Lebih Sulit Beradaptasi Ganti Merek Ban daripada Ganti Motor.

Lebih Sulit Beradaptasi Ganti Merek Ban daripada Ganti Motor.

29 September 2023
Colin Edwards, Rekan Setim Valentino Rossi yang Paling Akrab

Colin Edwards, Rekan Setim Valentino Rossi yang Paling Akrab

29 September 2023

Popular

  • Kegagalan sebuah tim kaya.

    Kegagalan sebuah tim kaya.

    1761 shares
    Share 704 Tweet 440
  • Mengenal Arm Pump, Momok Menakutkan yang Banyak Dialami Para Pembalap MotoGP

    1304 shares
    Share 522 Tweet 326
  • Cerita Maverick Vinales Pernah Marah dan Mogok Balapan Saat di Moto3

    1093 shares
    Share 437 Tweet 273
  • Schumacher Yang Bukan Schumy.

    1061 shares
    Share 424 Tweet 265
  • Menelisik Sejarah Dan Keunikan Sirkuit Portimao Di MotoGP

    1059 shares
    Share 424 Tweet 265
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
FINIS

© 2021 StartingGrid.id - Informative MotoGP Blog.

  • Login
No Result
View All Result
  • Home
  • Story
  • Inside GP
  • Analisa
  • Teknologi
  • List
  • Formula 1

© 2021 StartingGrid.id - Informative MotoGP Blog.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In