Bagi pecinta MotoGp, ketika kita menyebut siapa legenda balap motor paling bergengsi itu, pastilah menyebut Valentino Rossi, dan nama kedua yang muncul dalam benak pecinta balap motor adalah Marc Marquez.
Betul, karena bisa jadi, pecinta balap motor adalah anak muda yang lahir tahun 2000an, atau bahkan lebih muda, begitu nonton balap MotoGP, langsung ‘akrab’ dengan pebalap dengan nomor 46 itu.
Maklum, sepanjang kariernya di kelas puncak, Rossi memborong habis juara dunia kelas Utama dengan mengantongi tropi juara tujuh kali, yaitu tahun 2001, 2002, 2003,2004, 2005, 2008 dan 2009!
Bahkan Rossi merasakan dua jenis motor yang beda di kelas puncak. Tak lain pada tahun 2000-2001 Rossi menunggangi motor 500cc, 2tak . Kelas ini dulu namanya GP500, yang sekaligus menjadi kelas puncak.
Nah, pada kelas ini, sebelum Rossi ada seorang Australia yang tak kalah legend. Tapi sayang, pria tersebut musti ‘pensiun dini’ pada tahun 1999 dikarenakan cedera kaki yang parah pada balapan di sirkuit Jerez, Spanyol.
Setelah pensiun, Mick Doohan yang punya nama lengkap Michael Sydney Doohan ini sempat diminta untuk menjadi pembimbing buat Rossi yang kala itu dalam masa peralihan dari kelas 250cc ke kelas 500cc alias kelas puncak.
Dan pada tahun 2000, Honda pun membentuk tim Nastro Azzuro Honda bersama mantan Mekanik Doohan di HRC, yaitu Jerremy Burgess.
Jadilah Nastro Azzuro Honda tim satelite Honda, yaitu tim diluar pabrikan, tapi dapat dukungan dari Honda.
Tak menunggu lama, pada awal ‘kenaikan kelas’ ke GP500, dibawah bimbingan Doohan, Rossi langsung menggebrak sebagai Runner up pada tahun 2000 dan meraih juara dunia pertama di kelas puncak pada tahun 2001.
Praktis, kehadiran Rossi seolah sebagai pemegang estafet mahkota juara dunia.
Kalau pun Doohan saat itu belum pensiun, bisa jadi langkah Rossi tidak semulus yang kita tahu sekarang ini. Tapi kita tidak bisa berasumsi seperti itu, karena itulah yang selanjutnya disebut sebagai jalan hidup manusia.
Sedikit sejarah tentang Mick Doohan, Berasal dari Gold Coast, Queensland, Doohan adalah lulusan St Joseph’s College, Gregory Terrace dan Aspley State High School, Brisbane.
Dan walau pun nama lengkapnya Michael Sydney Doohan, tapi bukan berarti Doohan lahir di Sydney.
Pria yang dapat julukan Australian Crocodile pada semasa aktif di GP500 ini lahir di Goldcoast, Quensland, pada 4 Juni tahun 1965.
Yang unik, selama sepuluh tahun berkarier di GP500, Doohan berada di tim yang sama, dan motor yang sama, yaitu HRC, dengan motor andalannya, Honda NSR500.
Memulai karier bersama Honda pada 1989 di GP500 setelah sebelumnya Doohan berkarier di Superbike.
Keikutsertaan Doohan pertama kali adalah kejuaraan Superbike Australia pada akhir 1980-an, dan langsung memenangkan kedua balapan saat Kejuaraan Dunia Superbike di Oran Park pada 1988 serta putaran kedua putaran Jepang yang diadakan awal tahun.
Tropi lainnya adalah Grand Prix sepeda motor Australia yang diadakan di TT di Mount Panorama sebelum mengikuti balapan Kejuaraan Dunia pada tahun berikutnya dan pindah ke Phillip Island. Sebagai catatan tambahan, saat itu, tak banyak pembalap Superbike yang pindah ke GP500 serta meraih sukses di kelas ini. Mengingat spek keduanya, berbeda. Superbike menggunakan mesin 4tak dengan kapasitas silinder maksimal 1000cc, sedangkan GP500 bermesin 2-tak 500cc. Keduanya memiliki perbedaan karakter dan tenaga mesin.
Tapi di tangan Doohan, perbedaan teknis itu hanya soal adaptasi. Dan pebalap veteran itu bisa adaptasi dengan bagus di kedua kelas ‘sangar’ ini.
Begitu pindah ke kelas GP500, Doohan langsung bejibaku dengan pebalap papan atas yang saat itu sudah mapan.
Ada cerita menarik soal Doohan sewaktu berlaga di Indonesia. Bagi pebalap veteran, Mick Doohan, Indonesia adalah tempat tak terlupakan. Saat itu putaran kedua gelaran GP500. Saat itu tanggal 7 April 1996. Doohan yang meraih pole seolah tak terbendung. Kemenangan Doohan ini seolah momentum, setelah pada balapan sebelumnya Australian Crocodile ini dikalahkan oleh Luca Cadalora (Honda NSR500) di sirkuit Shah Alam Malaysia.
Ada yang unik dengan motor NSR-500 Doohan, Yaitu pada sistem perpindahan gigi. Kala itu pada umumnya untuk posisi gigi pertama, tekan kebawah, lalu kedua dan selanjutnya mengungkit ke atas. Tapi motor Doohan untuk gigi satu dan selanjutnya tekan kebawah, serta untuk mengurangi tingkat percepatan diungkit keatas. Menurut Doohan alasan memodifikasi perpindahan giginya adalah feel-nya lebih enak kalau ditekan saat akan melaju lebih kencang.