Kesuksesan gelaran balap MotoGP selama kurun waktu yang lama merupakan buah kerjasama dan manajemen yang baik antara berbagai pihak, seperti pihak penyelenggara balap, pembuat regulasi dan dukungan finansial dari para sponsor yang sangat membantu dalam perkembangan balap di MotoGP.
Untuk urusan regulasi, setidaknya ada 4 organisasi yang terlibat langsung dalam penentuan peraturan yang mencakup segala aspek yang berkaitan langsung dengan balap MotoGP. Mereka adalah Dorna, FIM, MSMA dan IRTA.
Koordinasi keempat organisasi ini akan menciptakan sinergi yang dapat menciptakan tatanan event balap yang berkualitas, baik dari segi penyelenggaraan, keamanan, kelayakan dan kemajuan teknologi motor yang terus berkembang. Di MotoGP sendiri sering dilakuakan update regulasi balap, dimana regulasi lama tidak diberlakukan lagi dan digantikan peraturan baru yang lebih efektif, efisien dan tepat guna.
Biasanya perubahan regulasi ini dilakukan ketika dalam balap dijumpai kejadian-kejadian yang perlu diatur dan dibatasi agar tidak ada pembalap yang merasa dirugikan, misalnya ketika terjadi kontak fisik, manuver berbahaya dan tindakan mengendarai motor yang tidak bertangggungjawab. Dalam kondisi tersebut, regulasi baru sangat dibutuhkan, untuk menjamin hak-hak pembalap dan keselamatan mereka ketika bertarung di lintasan.
Salah satu regulasi yang sempat diubah dan menjadi pusat perhatian adalah tentang peraturan ketika melintasi garis finish. Pada regulasi lama, pembalap dinyatakan telah menyelesaikan balapan saat mereka mengendarai motornya untuk melewati garis finish. Pada peraturan itu terdapat beberapa masalah yang muncul jika diterapkan.
Ada situasi dimana muncul kejadian diluar perkiraan seperti Crash di dekat garis finish yang menyebabkan pembalap terpaksa mendorong motornya untuk menuntaskan balapan. Peristiwa ini pernah menimpa Andrea Dovizioso, Johann Zarco, Adam Norrodin, Julian Simon, Patrik Pulkkinen dan Achmad Yudhistira.
Mereka terjatuh atau terhenti di dekat garis finish karena kehabisan bahan bakar dan Crash hingga mesin motornya tidak dapat menyala kembali. Jika mengacu pada aturan lama, maka agar hasil balap mereka dapat dihitung sebagai hasil yang sah, tak ada jalan lain, kecuali mendorong motor hingga garis finish.
Masalahnya adalah jika itu terjadi di lokasi yang jauh dari Finish Line, maka pembalap juga harus mendorong motor sejauh jarak hingga garis finish. Dan itu sangat menyiksa fisik pembalap, karena motor yang mereka dorong memiliki berat hingga 157 kg. Apalagi jika mendorongnya hingga ratusan meter.
Menanggapi problem tersebut, Dorna, FIM, MSMA, IRTA dan Race Director berkumpul bersama untuk membicarakan regulasi baru hingga akhirnya kesepakatan telah dibuat dan mulai memberlakukan aturan ini di tahun 2019 hingga seterusnya di MotoGP. Dalam peraturan terbaru, pembalap dinyatakan menyelesaikan race jika salah satu diantara pengendara atau motor berhasil menyentuh garis finish terlebih dahulu.
Regulasi itu tidak mewajibkan pembalap dan motornya melintasi garis finish bersamaan. Artinya jika pembalap mengalami masalah teknis seperti masalah kelistrikan, mesin dan kehabisan bahan bakar di dekat garis finish, maka mereka bisa berjalan melintasi Finish Line tanpa motornya.
Dan jika terjadi Crash di daerah yang dekat dengan garis finish, maka motor/pembalap akan dihitung menyelesaikan race ketika pembalap itu atau motor yang dikendarai telah melewati garis finish. Pembalap yang Crash tidak lagi harus bersusah payah mendorong motor mereka untuk menyelesaikan balapan.
Faktor lain yang melatarbelakangi penerapan regulasi baru ini adalah kejadian yang menimpa pembalap Redbull KTM Ajo, Bo Bendsneyder ketika terlibat senggolan dengan Adam Norrodin dari SIC Racing Team di GP Assen, sesaat setelah keluar tikungan terakhir sebelum garis finish. Bendsneyder pun tergelincir dan mengalami Crash.
Meskipun Bendsneyder mampu meneruskan balapan dan finish di urutan ke 10, namun Race Director memutuskan untuk tidak memasukkan hasil balap Bendsneyder sebagai hasil yang sah, sebab hanya pembalap saja yang melintasi garis finish, sedangkan motor Bendsneyder tidak melewati Finish Line bersamanya. Akibatnya Bendsneyder kehilangan banyak point dalam race tersebut.
Regulasi di garis finish tersebut ternyata menimbulkan banyak sorotan, akibat penerapannya yang tidak fair bagi pembalap yang berada didalam kondisi tak terkendali seperti yang menimpa Bo Bendsneyder. Akhirnya setelah melakukan perundingan panjang, pihak-pihak yang terkait dengan pembuatan regulasi di MotoGP memutuskan untuk merevisi regulasi lama itu.
Regulasi tersebut diubah dengan aturan baru yang lebih fair, dimana pembalap dinyatakan telah berhasil menuntaskan balapan ketika salah satu dari motor atau pembalap mampu melewati garis finish. Aturan ini kini masih diberlakukan dan setelah tahun 2019 tidak pernah lagi muncul kejadian serupa dimana pembalap terjatuh di depan garis finish dan tidak mampu menyelesaikan lomba.