Nama Razlan Razali mulai menjadi pusat perhatian pada 2019 kala mengelola tim Petronas Yamaha SRT. Berkat kepiawaiannya dalam manajemen tim, Razlan pun berhasil membuat nama Fabio Quartararo bersinar sebagai Rookie terbaik di musim 2019. Quartararo adalah rekrutan terbaik yang sama sekali tak diduga oleh para pengamat MotoGP.
Pasalnya di kelas Moto2, Quartararo bukanlah pembalap juara. Namun dengan tangan dingin seoran Razlan, Quartararo pun mulai menunjukkan mentalitas juara hingga kini mampu berada di tim pabrikan Monster Energy Yamaha dan menjadi juara dunia MotoGP 2021. Selain Fabio, Razlan juga sukses menampung Valentino Rossi pasca berpisah dengan tim pabrikan Yamaha.
Seperti yang kita ketahui, Rossi adalah legenda balap MotoGP yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya. 9 gelar juara dunia di semua kelas adalah bukti sehebat apa Rossi sebagai pembalap. Ada sebuah cerita menarik antara hubungan Razlan dan Valentino yang ternyata dulu pernah bertemu di sirkuit Sepang. Saat Pre Season Test di Sepang 2005, Razlan untuk pertama kalinya bertemu dengan Rossi secara langsung.
Namun momen pertemuan itu menimbulkan bekas kekecewaan mendalam pada Razlan. Razlan yang waktu itu masih muda, ternyata adalah fans Valentino Rossi. Razlan yang berhasil mendekati Rossi mencoba memintanya untuk menandatangani buku yang dibawanya. Namun respon dari Rossi sangat mengejutkan. Rossi mengabaikan Razlan dan berlalu pergi.
Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan Rossi melakukan itu. Sebab terkadang pembalap tidak punya banyak waktu dengan fans dan memilih memberikan tanda tangan secara acak. Yang pasti setelah kejadian tersebut, Razlan menjadi kehilangan minat untuk menjadi penggemar Rossi lagi. Hal tersebut terungkap jelas dalam video dokumenter MotoGP Unlimited pada episode pertama.
Setelah sekian lama, siapa sangka Razlan dan Rossi kembali bertemu di tahun 2021. Kali ini semuanya telah banyak berubah. Razlan kini sudah menjadi bos Petronas Yamaha SRT. Dan Rossi datang di tim Razlan sebagai pembalap rekrutan baru. Ide untuk merekrut Rossi sebenarnya bukan berasal dari Razlan sendiri. Saat itu pihak Monster Energy Yamaha memberikan penawaran untuk menerima Rossi di Petronas Yamaha SRT.
Razlan sempat dilematis dengan penawaran itu, mengingat Fabio Quartararo ditarik ke Monster Energy Yamaha dan Razlan butuh pembalap pengganti yang cukup kompeten untuk mengisi kekosongan seat di timnya. Mencoba mengesampingkan masalah pribadinya di masa lampau dengan The Doctor, Razlan pun banyak menggunakan logika dan analisa mendalam untuk menerima tawaran tim pabrikan itu.
Razlan membutuhkan banyak dana untuk mengembangkan motor. Dan masalah lain datang ketika negosiasi dengan pihak sponsor gagal. Dalam kondisi seperti itu, menampung Rossi adalah opsi yang akan sangat berguna untuk timnya. Sebab, Rossi pasti datang membawa sponsor dan disitulah uang dan investasi besar akan mengalir ke Petronas Yamaha SRT.
Namun uang bukan satu-satunya yang menjadi bahan pertimbangan Razlan. Razlan terus mengamati performa Rossi di 2020. Hasil balap Rossi di seri ke 2 GP Jerez 2020, dimana Rossi yang telah berumur 41 tahun berhasil finish di podium ke 3 membuat Razlan akhirnya tertarik untuk menerima Rossi di timnya. Meski itu tidak sejalan dengan visi awalnya di Petronas, membentuk tim dengan talenta pembalap muda.
Karena Razlan tidak menemukan pengganti yang tepat untuk Quartararo, maka tidak ada salahnya untuk memasukkan Rossi di Petronas Yamaha SRT. Berharap Rossi masih bisa bersaing dengan kompetitor lainnya. Keputusan itu datang dari pemikiran Razlan sendiri, tanpa ada paksaan dari Monster Energy Yamaha. Kontrak pun segera dibuat dan ditandatangai oleh Rossi.
Ketika optimisme itu telah hadir, tiba-tiba saja rasa khawatir muncul di benak Razlan usai mengetahui Rossi terpapar Covid-19 dan mengalami penurunan performa hingga sempat 2 kali absen balapan. Razlan pun tidak mungkin membatalkan kontrak dengan Valentino karena keputusan sudah terlanjur diambil. Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah membantu Rossi untuk mendapatkan performa motor terbaik untuk mencapai hasil maksimal saat race.
Hal yang ditakutkan Razlan pun benar-benar terjadi. Pada 5 seri awal MotoGP 2021, Rossi kesulitan menembus posisi 10 besar. Razlan melihat Rossi masih ingin berprestasi. Hati dan pikirannya selalu siap, bahkan catatan waktunya lebih cepat dibanding masa lalu. Namun lain dengan fisik Rossi yang sepertinya mulai kewalahan menghadapi pembalap muda yang sangat agresif dan tidak pernah menyerah di balapan.
Dulu Rossi punya energi seperti itu, namun kini situasinya berbeda. Perkembangan Rossi masih dibawah progress pembalap lainnya yang semakin kencang di lintasan. Performa Rossi yang tak kunjung membaik menimbulkan penyesalan besar di hati Razlan. Jika mampu memutar waktu, dirinya akan mengurungkan niat untuk menampung Rossi di Petronas Yamaha SRT dan akan mencari pembalap muda yang lebih berpotensi untuk meraih hasil lebih baik.
Hal yang sama kembali terulang di musim 2022, dimana Petronas Yamaha SRT yang telah berganti nama menjadi WithU Yamaha RNF MotoGP Team harus menerima kenyataan jika Dovizioso juga menunjukkan performa yang tidak jauh berbeda dari Rossi di tahun 2021. Bahkan Razlan pun sempat mengaitkan kemiripan antara Dovizioso dan Rossi dalam berpikir.
Menurutnya, kedua pembalap ini sangat sensitif dan terlalu analitis. Mereka selalu menganalisa apa yang salah dan kurang dari motornya. Razlan mengibaratkan Dovi dan Rossi tidak hanya ingin menjadi pembalap, tapi juga insinyur dan lupa untuk membalap dengan motor apa adanya, karena mereka tidak bisa meminta lebih di tim satelit yang hanya memiliki dana terbatas.
Tidak ada yang salah untuk memberi masukan terhadap kelemahan motor, tapi yang Razlan inginkan adalah memiliki pembalap yang tidak terlalu analitis dan mau berjuang dengan motor apa adanya semaksimal mungkin demi meraih hasil terbaik di lintasan. Itulah alasan utama kenapa Razlan menyukai pembalap muda ketimbang pembalap berumur yang kenyang dengan pengalaman.
Pembalap muda lebih cocok di tim Razlan, sebab mereka tidak memiliki referensi atau banyak pengalaman sehingga akan berusaha berkendara sebaik mungkin, seperti yang dilakukan Quartararo di 2019 dan Morbidelli di tahun 2020, dimana mereka berhasil menempati posisi ke 5 dan ke 2 klasemen akhir dengan spesifikasi motor lama yang teknologinya tertinggal 1 tahun dari versi motor pabrikan Monster Energy Yamaha.