Traction Control dan MotoGP di era modern memang menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Seperti namanya, Traction Control ini berguna untuk mengendalikan traksi pada ban saat balapan. Traksi sendiri dapat diartikan sebagai gaya gesek maksimum yang dihasilkan antara 2 permukaan yang bertemu tanpa mengalami slip. Secara mudahnya, traksi adalah seberapa luas area pada ban yang bisa menapak pada Tarmac/permukaan aspal.
Traksi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap balance motor, baik itu ketika start, dalam posisi bermanuver di tikungan, keluar tikungan dan saat motor tegak lurus ketika dipacu pada Straight Line. Traction Control termasuk dalam bagian piranti keselamatan untuk pembalap karena dapat meminimalisir resiko Highside yang bisa saja terjadi ketika pembalap terlalu kencang ketika menikung.
Traction Control dapat membantu motor saat berakselerasi, melakukan pengereman hingga mengarahkan motor ke Racing Line yang benar. Dengan Traction Control, pembalap lebih mudah dalam meliak liuk di tikungan tanpa terlalu khawatir terjadi Crash karena posisi ban akan terus terjaga sesuai Line yang tepat dengan cengkraman yang cukup.
Kapan Pertama Kali Traction Control Digunakan Dan Siapa Yang Pertama Menggunakan?
Di MotoGP, informasi akurat tentang siapa yang pertama kali menggunakan Traction Control masih menjadi bahan perdebatan saat ini. Pasalnya tidak ada informasi yang jelas tentang hal tersebut karena banyak tim yang merahasiakan informasi ini dari publik.
Namun dari beberapa sumber terpercaya melalui analisis data dari masa lalu, maka diketahui bahwa Honda RC211V 2003 yang dikendarai Valentino Rossi adalah termasuk yang pertama kali terlihat mengaplikasikan Traction Control pada motor. Yamaha mulai menggunakannya di tahun 2004 agar lebih kompetitif bersaing dengan Honda yang semakin merajalela menguasai balapan.
Di tahun 2001 Yamaha belum tertarik dengan Traction Control karena YZR-M1 saat itu menghasilkan tenaga 200 HP dan tidak membutuhkan bantuan Traction Control. Sedangkan Ducati baru memakainya pada Desmosedici GP7 dan setahun berikutnya untuk Desmosedici GP8, mereka menggunakan Traction Control yang sama dengan motor Superbike 1098R (baca: ten nainty eit ar).
Cara Kerja Traction Control Pada Motor
Sistem Traction Control menggunakan sensor yang dipasang pada area dekat roda depan dan belakang untuk mengukur kecepatan putaran roda. Sensor ini bekerja dengan bantuan perangkat lain seperti Inertial Measurement Unit (IMU) yang dapat mendeteksi sudut kemiringan motor di tikungan dan Wheel Speed Sensor untuk melacak hilangnya grip ban saat roda berputar.
Jika sensor mendeteksi gejala spin atau salah satu ban berputar lebih cepat dari yang lainnya, maka sensor itu akan meneruskan informasi ini pada perangkat Electronic Control Unit (ECU) yang akan memerintahkan sistem untuk mengaktifkan rem, memutus kinerja salah satu silinder, mengurangi putaran Throttle dan mereduksi pengapian sehingga dalam sepersekian detik motor akan kehilangan tenaga dan dapat ditarik ke Racing Line yang tepat.
Traction Control ternyata juga bersifat customized atau dapat di setting sesuai kebutuhan berdasarkan karakter tiap tikungan dan gaya balap para Rider. Pembalap juga bisa mengubah level Traction Control yang mereka gunakan. Level yang lebih rendah dapat meningkatkan grip, sementara level yang lebih tinggi berarti lebih sedikit grip dan lebih banyak tenaga untuk putaran ban.
Lalu Bagaimana Traction Control Dapat Menghindarkan Rider Dari Highside?
Ketika pembalap membelok dalam sudut tertentu, misalnya saja 60 derajat, namun terlalu banyak membuka gas, yang berarti ban terlalu banyak mendapatkan torsi, maka secara otomatis ban belakang akan spinning/mengalami sliding. Dalam posisi ini kemungkinan terjadi Highside sangat tinggi. Sensor yang terpasang pada motor akan mendeteksi aktivitas tidak normal ini dan mengirim sinyal ke ECU jika ban belakang mengalami spin.
Perangkat lunak lainnya akan membandingkan data ini dengan data yang terprogram di ECU, sehingga ECU akan menutup sebagian akselerasi dan mengurangi torsi yang dikirimkan mesin ke transmisi hingga berada dalam ambang limit yang dapat diterima. Rider pun akan memiliki momen untuk menegakkan motornya dan ketika telah mencapai posisi vertikal dan berakselerasi, intervensi dari ECU tidak diperlukan lagi. Torsi akan dikembalikan seperti semula dan fungsi berjalan normal kembali.
Metode Traction Control Yang Dipakai MotoGP
Corrado Cecchinelli selaku Direktur Teknologi MotoGP menjelaskan bahwa setidaknya ada 3 metode Traction Control yang diterapkan pada motor balap yang berkompetisi di MotoGP. Pertama, berdasarkan perilaku motor yang dibagi dalam 2 tipe: cepat dan lambat. Perilaku cepat adalah ketika roda berputar terlalu banyak dan kehilangan traksi. Fenomena ini dianggap sebagai perilaku cepat.
Sedangkan saat ban motor terangkat atau Wheelie dan tidak memiliki traksi di aspal, ini dinilai sebagai perilaku lambat. Dalam fenomena cepat, tidak ada pilihan lain, kecuali menghentikan torsi pada ban belakang. Sedangkan dalam fenomena lambat, Traction Control akan memperlambat pengapian sehingga mesin menjadi kurang bertenaga tapi terasa lembut dan lebih nyaman dikendarai.
Metode kedua adalah langsung mematikan pengapian. Dengan cara ini, mesin akan terasa kasar namun listrik yang di suplai akan cepat dan banyak hilang sesaat. Metode ketiga adalah menutup Throttle yang sangat tidak efektif pada Traction Control, kecuali hanya dipakai dalam kondisi tertentu yang memungkinkan untuk menggunakannya. Misalnya saja untuk mengatasi Wheelie. Menutup Throttle dapat menjadi efektif karena mesin masih akan terasa nyaman dengan output yang lebih rendah.
Apakah Traction Control Berbasis Pada Waktu?
Traction Control tidak berdasarkan pada waktu, tapi pada sisa putaran ban dan kecepatan putaran ban. Ada pola khusus yang telah ditentukan untuk tindakan berikutnya bergantung pada sisa putaran ban dan kecepatan putaran. Misalnya saja jika putaran ban terlalu tinggi tapi kecepatan putaran melambat.
Traction Control akan aktif merespon hal tersebut. Jadi itu lebih cenderung kepada efek selanjutnya setelah terjadi reaksi pertama pada ban. Bukan bereaksi pada berapa lama terjadinya putaran berlebih pada ban.
Putaran Ban Yang Ideal Untuk Traksi Maksimum
Michelin mengatakn bahwa putaran ideal untuk traksi maksimum dengan ban belakang motor mereka berkisar di angka 15% lebih tinggi dari ban depan, tergantung dari kompon bannya. Lalu apakah ada batasan putaran yang di tentukan hingga harus menggunakan Traction Control? Corrado Cecchinelli menyatakan jika hal itu dapat berbeda-beda, tergantung pada target putaran yang di tentukan masing-masing insinyur dalam tim balap.
Dan itu dapat dipengaruhi oleh berbagai situasi seperti sudut kemiringan dan pembukaan Throttle. Target putaran juga bisa berubah tergantung jenis ban yang dipakai, apakah itu ban baru atau ban bekas. Itulah alasan mengapa Rider akan mengganti pemetaan motor mereka. Pada ban bekas, biasanya pembalap akan meminta lebih sedikit putaran karena terlalu sulit dikendalikan dengan putaran yang lebih banyak.
Pendapat 2 Legenda MotoGP Tentang Traction Control
2 Legenda MotoGP yang pernah menjadi partner dalam tim yang sama yakni Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo mengutarakan pendapatnya soal Traction Control di MotoGP. Menurut Lorenzo, dirinya menganggap Traction Control penting dipakai untuk motor 1000cc karena tenaganya yang besar mencapai 250 Horse Power.
Jadi Traction Control akan sangat membantu saat berkendara dan membuat pembalap lebih aman diatas motor, sebab di MotoGP ada banyak motor dengan cara berbeda untuk di kendarai. Bahkan dengan bantuan Traction Control saja, pembalap masih sering mengalami masalah dengan grip ban, apalagi tanpa Traction Control. Rasanya mustahil bagi Lorenzo untuk membalap dengan baik.
Berbeda dengan Lorenzo, Rossi sebenarnya lebih menyukai motor tanpa Traction Control karena akan tercipta pertarungan hebat di lintasan. Namun dengan Traction Control, pembalap bisa lebih cepat lagi di tikungan. Pembalap bisa langsung cepat dari start hingga finish.
Tapi dengan Traction Control, pembalap harus lebih fokus karena kesalahan kecil dapat berakibat besar. Walau begitu, Rossi menikmati masa saat dengan dan tanpa Traction Control, dan menganggapnya sebagai bagian dari perjalanan sebuah kompetisi yang mengikuti perubahan teknologi ke arah yang lebih baik.
Traction Control Bukan Jaminan Crash Hilang
Selama bertahun-tahun pemakaian Traction Control telah berhasil menghilangkan semua sisi brutal dari Throttle di era 500cc sehingga meningkatkan keselamatan bagi pembalap bahkan ketika mereka telah melewati batas kemampuan ban. Fakta bahwa Traction Control dapat mengurangi Highside memang benar adanya.
Tapi di sisi lain jumlah Crash di era Traction Control mengalami peningkatan yang besar, sebab semakin sedikit area untuk pembalap mencatatkan waktu lebih cepat di tikungan, maka pembalap semakin besar mengambil resiko di tikungan tersebut. Inilah yang membuat pembalap sekaliber Marc Marquez menggunakan metode Defying Gravity ketika akan Crash.
Karena Traction Control tidak cukup membantu menghindarkannya dari Crash itu. Defying Gravity Marc dilakukannya dengan mulai membuka lebar lututnya untuk menahan bobot tubuh dan menjaga keseimbangan, lalu menempelkan sikunya ke aspal untuk mendorong motornya kembali tegak sambil terus membuka gas hingga Crash pun tak terjadi.
Masalahnya, cara seperti itu hanya bisa dilakukan Marc dan Rider lain tak bisa menirunya. Jadi meskipun memiliki banyak manfaat, dalam kondisi tertentu pembalap tetap harus lebih berhati-hati saat bermanuver dan tidak selalu mengandalkan Traction Control untuk membantu mereka mengeliminasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan di tikungan.