
Sebelum Jorge Martin, pembalap yang pernah mencetak pole position hanya di balapan keduanya di MotoGP adalah Marc Marquez, jadi apakah bisa dibilang Jorge Martin bisa menjadi ‘The Next Marquez’ ?
Rasanya bakat hebat Jorge Martin masih belum bisa menyamai juara dunia 6 kali MotoGP itu, tapi penampilan Martin di GP Doha kemarin sangatlah impresif
Seperti yang kita tahu membalap dengan motor modern MotoGP bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya harus bisa mengalahkan semua pembalap terbaik di dunia, tapi juga harus bisa berpikir tenang dan cepat saat harus mengganti gigi motor sampai di kecepatan lebih dari 350 km/jam, ditambah harus bisa mengetahui titik pengereman, menekan tombol holeshot device dan bisa memilih strategi ‘mapping’ yang tepat untuk penyaluran torsi seperti engine braking maupun anti wheelie. Dan tentunya masih banyak lagi
Martin membuktikan pada minggu lalu bahwa dia memiliki mental yang kuat untuk bisa melakukan semua hal tersebut, dan bisa memimpin balapan di depan para pembalap terbaik di dunia. Tantangan berikutnya bagi Martin adalah di sirkuit Portimao, Jerez, Mugello dan seterusnya. Tentu sirkuit sirkuit ini akan lebih menantang ketimbang Losail namun tidak diragukan lagi bahwa Ducati saat ini punya pembalap yang punya bakat hebat
Jorge Martin adalah salah satu pembalap hasil dari binaan Red Bull KTM, namun dia tidak mendapatkan dukungan motor yang bagus seperti Brad Binder dan Miguel Oliveira yang telah berseragam oranye dari sejak kompetisi Red Bull Rookies Cup sampai berlanjut ke Moto3, Moto2 dan akhirnya MotoGP. Martin pernah juara di Red Bull Rookies Cup tahun 2014, dengan mengalahkan Joan Mir yang harus puas sebagai runner up, kemudian tahun berikutnya dia menghabiskan 2 tahun pertamanya bersama tim Moto3 dengan motor Mahindra
Tentu semua pembalap sangat benci menunggangi motor yang tidak kompetitif, tapi motor yang lamban ini bisa menumbuhkan lebih banyak mental bertarung yang tinggi dan meningkatkan kemampuan late braking pembalap. Meskipun di 2 tahun pertamanya di Moto3 tidak memberi hasil yang bagus di Mahindra, bakatnya terdeteksi oleh mantan juara dunia 125cc Fausto Gresini, yang akhirnya merekrutnya dan memberinya motor Honda NSF250RW di 2017. Di tahun itu Martin langsung bisa meraih kemenangan pertamanya di seri balap pamungkas GP Valencia dan kemudian dia sangat mendominasi di tahun 2018, dengan menyabet 7 kemenangan yang akhirnya mengantarkan menjadi juara dunia Moto3
Red Bull KTM kemudian mengambilnya kembali di 2019, dengan merekrutnya di tim Moto2, namun karena sasis motor KTM 2019 sangatlah buruk, dia tidak bisa memenangkan satu kali balapan pun. Tahun lalu dia memiliki kesempatan yang bagus untuk meraih titel gelar dunia, sampai akhirnya dia terkena Covid 19 dan harus melewatkan beberapa seri balap. Dan di tahun ini dia akhirnya dikontrak Ducati
Mantan pembalap dan bos tim MotoGP, Peter Clifford yang sekarang membantu menjalankan kompetisi Red Bull Rookies Cup sangatlah mengenal Jorge Martin. Menurutnya Martin adalah orang yang sangat serius dan berkomitmen. Juga salah satu pembalap yang punya kelebihan dalam menggunakan dengan baik bakat alaminya itu, karena ada juga pembalap yang punya bakat tapi mereka tidak tahu cara mengeluarkan potensinya
Satu hal yang membuatnya istimewa adalah Martin bukanlah berasal dari keluarga orang kaya, dan bila Martin tidak meniti karirnya di Red Bull Rookies, dia mungkin saja tidak bisa meneruskan karir balapnya hingga kini. Red Bull Rookies diketahui memang selalu memberi kesempatan anak anak berkompetisi balap dari setiap kalangan
Talenta hebat Martin juga bisa terlihat jelas oleh sesama pembalap Spanyol Maverick Vinales dan Aleix Espargaro, yang mau mengajak Martin latihan bersama di lintasan dan meminjamkannya motor untuk latihan, karena saat itu Martin tidak punya uang untuk membeli motor
Penampilan Martin sangat hebat minggu lalu, dengan melihat cara dia memiringkan motornya sampai siku dan bahunya menyentuh aspal selama sesi kualifikasi. Ini dilakukan karena semakin pembalap memindahkan bobot tubuh mereka ke area dalam tikungan maka semakin akan meminimalisir efek sentrifugal, sehingga membantu motor menikung lebih baik. Ini adalah teknik yang efektif untuk mengendarai motor Desmosedici yang dikenal sulit untuk menikung
Manager Tim Pramac, Francesco Guidotti juga sama terkejutnya seperti semua orang oleh pembalap baru yang digadang gadang punya potensi hebat ini. lagipula memang sirkuit Losail sudah dari dulu selalu membantu para pembalap rookie bersinar. Sebagai contohnya di tahun 2006, Casey Stoner mencetak pole position di balapan keduanya di kelas premier, lalu 2 tahun kemudian Jorge Lorenzo menjadi yang tercepat di kualifikasi dan James Toseland menjadi yang tercepat kedua di debut MotoGPnya
Menurut Guidotti, di Losail memang Ducati bisa mengeluarkan potensi maksimalnya, tapi di sirkuit lainnya akan lebih tak terduga, dimana Ducati harus mengatasi tikungan tikungan panjang dengan sudut kemiringan motor yang tinggi. Namun dengan sikap dan pendekatan balap yang ditampilkan Jorge Martin kemarin saat mencetak laptime yang bagus ketika memimpin balapan, Guidotti cukup optimis menatap seri berikutnya
Beberapa orang terpukau oleh pembalap pembalap Moto2 yang bisa beradaptasi sangat cepat pada motor MotoGP yang sangat powerful. Motor MotoGP merupakan motor yang sangat menuntut para pembalapnya, karena motor ini benar benar motor yang sangat canggih dan sepenuhnya diperuntukan untuk balap
Sebaliknya dengan motor Moto2, yang sebenarnya adalah motor dengan mesin produksi masal dengan sasis balap, jadi tidak murni, yang mana motor ini di desain tidak 100% untuk balapan di sirkuit balap. Bandingkan dengan motor MotoGP yang semua part part motornya didisain untuk satu tujuan yaitu untuk membantu pembalapnya melaju secepat mungkin di lintasan balap. Untuk alasan ini banyak pembalap Moto2 menganggap bahwa motor MotoGP ini sangat mengejutkan sekaligus menyenangkan, meskipun menggunakan rem karbon dan tenaga besar mesinnya yang luar biasa. Termasuk Jorge Martin.