Alberto Puig saat ini dikenal sebagai tim manajer tim Repsol Honda. Dia menjadi salah satu sosok di balik dominasi Honda pada ajang MotoGP dalam beberapa tahun terakhir.
Bila Ditengok ke belakang, kiprah Alberto Puig di arena MotoGP sebenarnya lebih berwarna dan menarik. Dia dikenal sebagai sosok yang berperan penting menemukan dan mengasah sejumlah pebalap hingga menjadi bintang MotoGP. Setidaknya, ada tiga nama tenar yang dikenal moncer karena tangan dinginnya, yaitu Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Toni Elias.
Di masa mudanya, Alberto Puig adalah mantan pembalap Grand Prix, yang menikmati tahun terbaiknya pada 1994. Saat itu, dia menempati posisi kelima pada kelas 500cc. Di tahun 1995, Puig menjadi orang Spanyol pertama yang menang di balapan kandangnya, di GP500 seri Spanyol. Dia kemudian berhasil meraih tambahan 2 podium, membuatnya bisa menempati urutan ketiga klasmen. Namun sayangnya nasib buruk menghampirinya saat dia mengalami kecelakaan parah di sesi latihan GP Perancis yang membuat kakinya patah, dan dia terpaksa harus mengakhiri musim hebatnya di tahun 1995 . Di tahun berikutnya dia mencoba kembali ke lintasan, namun cideranya menghambatnya meraih hasil baik seprti tahun sebelumnya, akhirnya Puig memutuskan untuk pensiun di akhir musim balap 1997, di umurnya yang ke 30.
Setelah pensiun,Puig tak benar-benar menjauh dari lintasan. Dia banting setir menjadi pencari bakat. Profesi baru ini bisa dibilang sukses dijalaninya. Pria yang kini berusia 53 tahun tersebut berhak mendapat penghormatan dalam membuka dan mengembangkan karier Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Toni Elias, serta beberapa pebalap lainnya.
Lalu Apa rahasia Puig dalam menciptakan para bintang MotoGP tersebut?
Menurut pengkuannya ada dua faktor yang dibutuhkan untuk menemukan seorang calon juara dunia
- Yang Pertama harus Mencari di Tempat yang Tepat
Pencari bakat bertugas membantu mengasah pebalap muda dan membawa mereka menjadi seorang profesional. Berbagai ajang balap junior seperti MotoGP Rookies Cup, Spanish National Championship atau FIM CEV Repsol, Asia Talent Cup, dan British Talent Cup menawarkan kesempatan kepada pebalap muda untuk menikmati suasana profesional.
Puig sangat terlibat pada dua ajang yang disebut terakhir. Dia yakin dua ajang tersebut, kemudian Moto2 dan Moto3, merupakan jalur yang tepat untuk menggapai level tertinggi: MotoGP.
- Yang kedua, Semua Pembalap Hebat yang ia temukan tak lepas juga dari Keberuntungan
Puig mengatakan selain bakat melihat potensi pebalap, untuk mendapatkan seorang pembalap ber-DNA juara juga dibutuhkan keberuntungan.
menurutnya keberuntungan adalah poin yang sangat penting dalam menemukan pebalap berbakat. Sangat sulit mengetahui seorang pembalap itu sangat berbakat atau tidak, namun dia bisa sedikit menebak, melihat, berusaha memahami, dan kemudian bisa melihat aksi sang pebalap di lintasan
memilih pembalap merupakan hal sulit dan tak jarang Puig juga selalu berharap mendapatkan keberuntungan dalam menentukan keputusannya. Tapi, seiring berjalannya waktu tentu pengalaman akan bertambah. Bila ditambah berada di tempat dan waktu yang tepat, maka peluang untuk bisa menemukan pembalap berbakat tentu akan lebih besar.
Lalu Seperti apa hasil tangan dingin Puig.. ?
Yang jelas, ada tiga pebalap yang merasakan polesan tangan dingin Puig dan akhirnya menjadi juara dunia. Inilah rekam jejaknya:
- yang pertama Casey Stoner:
Pembalap yang dikenal punya bakat alami luar biasa ini merupakan seorang Juara dunia 2 kali MotoGP yang ia raih tahun 2007 dan 2011
Puig menemukan Stoner saat pria Australia tersebut tampil di ajang balap nasional British kelas 125cc dan membawanya ke ajang balapan di Spanyol pada 2001. Pada tahun yang sama, Stoner menjalani debut di ajang GP 125cc dan tahun tahun berikutnya Stoner mulai sukses sebagai pembalap Grand Prix.
- kemudian yang kedua, Dani Pedrosa
Pedrosa merupakan pembalap yang cukup unik, dengan tubuhnya yang mungil hanya memiliki tinggi badan 158cm, namun Pedrosa saat punya cara yang sangat spesial saat mengendarai motor MotoGP yang bertenaga sangat besar
Seperti Stoner, Pedrosa menjalani balapan debut di kelas 125cc pada 2001 di bawah arahan Puig dan pada musim ketiga sudah merengkuh gelar juara dunia.
Total Pedrosa meraih 3 kali Juara Dunia; sekali di kelas 125cc pada 2003 dan 2 kali di kelas 250cc pada 2004, 2005)
- lalu yang terakhir, Toni Elias
Puig memoles Elias juga sejak GP 125cc, sama seperti Stoner dan Pedrosa. Pebalap asal Spanyol tersebut berhasil meraih gelar juara dunia ketika format kelas Moto2 diperkenalkan pada 2010.
Meski prestasinya tak semoncer Stoner dan Pedrosa, Elias pernah menang 1 kali di kelas MotoGP dan sekali menjadi Juara dunia di kelas Moto2 di tahun 2010