Saat ini tinggal 6 seri balap yang tersisa, dan pertarungan MotoGP 2020 ini berkembang menjadi duel antara pabrikan Suzuki dan Yamaha. Sebelumnya ini pernah terjadi hampir 20 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1993, ketika itu pembalap Kevin Schwantz yang memakai motor Suzuki RGV500 nya berduel dengan Wayne Rainey yang memakai Yamaha YZR500nya memperebutkan gelar juara dunia GP500
Cuma ada 1 sebab mengapa hanya Suzuki dan Yamaha saja yang bisa mendominasi MotoGP 2020 ini, yaitu karena ban belakang Michelin 2020
Karkas ban yang lebih lembut dari tahun lalu telah menyulitkan motor V4 Ducati Dan Honda, yang mana dua pabrikan tersebut telah mendominasi MotoGP selama beberapa tahun terakhir. Sementara karakter ban Michelin 2020 ini lebih menguntungkan motor inline-4 Suzuki dan Yamaha, yang mana lebih menderita di beberapa tahun belakangan
Ini terlihat dari hasil di GP Catalunya lalu, dimana pembalap Yamaha Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli yang finis pertama dan keempat,,diikuti pembalap Suzuki Joan Mir dan Alex Rins finish kedua dan ketiga. Ini merupakan yang pertama kalinya sejak GP Valencia tahun 2000 dimana motor Yamaha dan Suzuki menguasai finish 4 besar di Grand Prix
Sebenarnya ini bukan hal yang baru, dalam spesifikasi ban yang digunakan dalam balapan tentu tidak mungkin membangun ban balap yang akan bekerja dengan baik pada 6 pabrikan motor yang berbeda di MotoGP.
Runtuhnya dominasi motor V4 di MotoGP 2020 ini jelas karena ban belakang Michelin yang baru. Ada beberapa statistik yang bisa membuktikan ini. Ada 73 seri balapan yang digelar antara tahun 2016 sampai 2019, dimana tahun 2016 adalah tahun kembalinya kedatangan ban Michelin. Di rentang waktu itu hanya terjadi 1 kali di GP Le Mans 2016 semua podium diraih pembalap Yamaha dan Suzuki. Di tahun ini dari 8 seri yang sudah digelar, sudah 2 kali semua podium dikuasai Yamaha dan Suzuki, yaitu di GP Andalusia dan GP Catalunya lalu. Ini tentu perubahan yang sangat besar
Marc Marquez pernah menyatakan saat di pekan balap Jerez lalu bahwa ban belakang Michelin ini membuatnya lebih sulit mengendarai motornya ketimbang tahun lalu, dan seperti yang kita tahu Andrea Dovizioso pun berulang kali mengeluhkan hal yang sama
Memang, Ducati masih punya pembalap andalannya yang kerap kali bertarung memperebutkan podium. Dialah Pecco Bagnaia yang bisa menggunakan teknik pengereman yang baru, memungkinkannya bisa masuk ke tikungan dengan kecepatan yang bagus tanpa kehilangan grip ban depan, sekaligus menggunakan grip ban depannya untuk membelokkan motornya. Bagnaia merupakan pembalap tercepat di GP Misano, namun ia kesulitan saat di GP Catalunya lalu karena lintasannya yang minim grip
Rekan setim Bagnaia di tim Pramac (baca: Pramak), Jack Miller pun menyatakan masih berusaha memahami bagaimana beradaptasi dengan Ban belakang Michelin ini. Miller yang punya gaya balap tergolong agresif ini menyadari satu hal bahwa jika ingin bisa cepat di tikungan, maka pembalap harus masuk ke tikungan dengan halus dan membuka gas secara halus pula ketika keluar tikungan
Ini berarti para pembalap dengan motor V4 harus mau merubah gaya balapnya seperti pembalap inline-4 yang mulus ketika masuk ke tikungan, ini membuat beban yang diterima ban ketika masuk tikungan lebih merata dan konsisten. Kuncinya adalah tidak memberi beban berlebihan pada ban pada satu titik di tikungan seperti yang banyak dilakukan motor V4 dengan teknik tikungan ‘V’ nya
Suka tidak suka, ini membuat para mekanik motor V4 MotoGP harus mulai berpikir seperti para mekanik motor inline-4, dan kemudian mulai menyesuaikan motornya. Karena itulah yang harus dilakukan untuk beradaptasi dengan ban baru ini. Dan tidak lupa pembalapnya juga harus mau mengubah gaya balapnya agar bisa memaksimalkan potensi dari ban baru ini