Banyak titik buta tikungan yang tidak menentu, area run-off yang terbatas, dan laju kecepatan yang tembus hingga lebih dari 340 km/jam. Ini hanyalah beberapa keunikan yang menjadikan Sirkuit legendaris Suzuka Jepang sebagai lintasan balap paling berbahaya di negara itu bahkan di dunia. Dalam waktu 58 tahun sejak sirkuit ini dibangun, lintasan sepanjang 5,8 km ini telah merenggut nyawa 17 pembalap profesional. Tetapi para pembalap terus saja berbondong-bondong datang ke sirkuit ini, demi mengikuti beberapa even balap terbesar di dunia. Dengan desain lintasan yang terlalu rumit, tikungan berisiko tinggi yang terkenal, dan cuaca yang tidak dapat diprediksi, balapan di Suzuka dapat menghadirkan balapan yang menakutkan.
Hal pertama yang menjadi perhatian oleh para pembalap mobil dan pembalap motor tentang lintasan ini adalah desainnya. Jika kita mengamati lintasan dari atas, maka kita akan melihat layout lintasannya seolah membentuk angka 8 yang sulit diikuti. Jika dibandingkan dengan lintasan oval dan lintasan yang basisnya dari jalanan umum seperti di sirkuit lain yang biasa digunakan para pembalap, desain sirkuit Suzuka ini salah satu desain yang benar-benar kacau. Ini dipersulit lagi dengan jumlah 18 tikungan yang berbeda. Dan Kebanyakan dari tikungan itu memiliki titik buta yang menyulitkan pembalap.
Kecepatan tikungan di lintasan Suzuka sangat bervariasi, dari yang paling lambat yaitu hanya 60 km/jam hingga yang lebih dari 320 km/jam. Dengan kecepatan seperti ini menyebabkan pembalap menghadapi tikungan yang berubah dalam sekejap. Seperti di tikungan Degner Curves yang tajam, yang mencakup tikungan 90 derajat mengejutkan ke kanan yang merupakan Tikungan 9.
Atau tikungan chicane mendadak setelah melewati bagian tercepat dari lintasan yang mana di bagian ini sering kali pembalap tidak siap untuk masuk di chicane ini. Tikungan tikungan tajam ini menyebabkan pembalap menerima gaya g-force tinggi yang diterima tubuh mereka, yang tertinggi bahkan bisa mencapai 3,5G pada tikungan 130 R yang terkenal sangat cepat itu.
G-force lateral adalah gaya gravitasi yang diterima pada pembalap dan kendaraannya saat melewati tikungan. Para pembalap pasti akan merasakan dorongan kesamping yang kuat saat menikung, yang mana dorongan ini memaksa pembalap keluar dan melebar dari lintasan. Tetapi di sirkuit Suzuka juga memiliki perubahan ketinggian total lebih dari 40 meter, yang memaksa para pembalap untuk berjuang dengan gaya g-force lateral dan vertical, yang mana ini menekan tubuh mereka secara keseluruhan.
Di Suzuka jumlah area run off beraspalnya juga terbatas. Ini berarti satu manuver yang salah, baik para pembalap mobil ataupun motor dapat membuat pembalap tergelincir ke gravel atau yang lebih buruk lagi ke dinding.
Sirkuit Suzuka awalnya dibuat sebagai lintasan uji Honda pada tahun 1962, inilah yang menjelaskan layout lintasan yang mengerikan seperti ini, yang kemungkinan besar tidak dapat memenuhi standar keamanan di era sekarang. Dan karena sirkuit ini sudah tua, aspalnya pun juga tua, membuatnya jadi lebih kasar daripada lintasan modern yang mana lebih halus. Hal ini dapat menyebabkan degradasi ban lebih cepat dan ban menjadi terlalu panas.
Suzuka juga memiliki beberapa bagian lintasan yang sangat sempit, beberapa bagian lintasan yang paling sempit hanya selebar 10 meter. Setara dengan Sirkuit Spa-Francorchamps (baca: Spa Frankorhsyom) di Belgia, dan Nürburgring di Jerman, lintasan yang sempit ini membuat sulit bagi pembalap untuk menyalip pembalap yang lain.
Namun, meski desain keseluruhan lintasan ini cukup menimbulkan masalah bagi para pembalap, yang paling terkenal dari sirkuit Suzuka adalah tikungan 130 R yang telah disebutkan sebelumnya. Dinamai seperti itu karena memiliki panjang tikungan 130 meter, tikungan yang terkenal ini berlokasi di lintasan atas yang melewati lintasan yang ada dibawahnya. Pembalap harus mengambil tikungan kiri yang sempit ini dengan kecepatan 300 km/jam. Dengan Statistik seperti itu menjadikan tikungan 130 R menjadi tikungan balap yang paling mengintimidasi para pembalap. Dan bayangkan jika para pembalap motor yang berani ikut serta dalam even balap tahunan seperti ‘Suzuka 8 hours’, maka mereka harus menghadapi tikungan itu berulang kali.
Selama bertahun-tahun, tikungan 130 R tersebut terpaksa harus mengalami sejumlah perubahan pada layoutnya. Setelah pembalap Formula 1 Allan McNish mengalami kecelakaan hebat akibat melewati permukaan aspal yang tidak rata di area tikungan 130 R pada tahun 2002.
Tikungan 130 R kemudian didesain ulang dengan memberi double-apex, yang bagian pertama dengan panjang 85 meter dan yang kedua dengan panjang 340 meter. Namun, hal ini menyebabkan tikungan setelah 130 R yaitu tikungan chicane Casio triangle menjadi lebih dekat dari biasanya. Tikungan chicane yang jadi lebih dekat inilah yang kemudian menjadi lokasi kecelakaan fatal pembalap MotoGP Daijiro Kato pada tahun 2003, karena zona pengereman di tikungan chicane ini jadi lebih mendadak. Akibat insiden itu, seri balap MotoGP belum kembali ke Suzuka lagi.
Selain tikungan 130 R yang berbahaya, sirkuit Suzuka sejatinya merupakan sirkuit yang mirip seperti roller coaster , karena setelah melewati garis finish dan masuk ke tikungan pertama kemudian langsung disambut ke bagian yang dikenal sebagai tikungan ular, yaitu serangkaian tikungan berliku berulang kali dari tikungan ke 3 hingga 6. Di serangkaian tikungan ini memungkinkan pembalap bisa melaju mencapai kecepatan hingga 200 km/jam sambil bergantian menikung ke kanan dan ke kiri. Di tikungan yang sangat menantang ini, skill tinggi para pembalap sangat diuji. Bahkan tahun lalu, kecelakaan yang sangat memalukan pernah terjadi pada pembalap Tetsuta Nagashima di area ini bahkan saat sedang melakukan sesi warm up lap.
Di area ini pembalap dituntut harus melibas empat tikungan secara berurutan dengan ritme yang sempurna satu demi satu. Bila saat mengambil tikungan pertama terlalu tinggi kecepatannya atau gagal untuk berada tetap di racing line yang benar , maka tiga tikungan setelahnya pasti akan kacau, entah itu akan kehilangan banyak waktu putaran lap yang signifikan atau bahkan melebar dari lintasan dan bahkan bisa crash.
Kemudian salah satu bahaya terbesar di Suzuka adalah cuaca. Lintasan ini berada di Prefektur Mie, yang terletak di garis pantai tenggara Jepang, yang terkenal karena curah hujan lebat yang tak terduga. Tahun lalu, Grand Prix Formula 1 Jepang hampir dibatalkan karena badai Topan Hagibis yang merupakan badai tropis terbesar di tahun lalu. Tetapi bahkan ketika turun hujan lebat yang menyebabkan berkibarnya bendera merah dan terjadi penundaan balapan, aspal di lintasannya masih punya grip yang baik meskipun dalam keadaan basah. Ini membuat pembalap lebih tergoda untuk memacu motornya dengan cepat dan bahkan terkadang bisa menikung sampai siku menempel aspal saat kondisi hujan. Tentu bila terjadi crash saat hujan turun di Suzuka yang memiliki karakter lintasan yang cepat ini, keadaan bisa menjadi lebih buruk dari biasanya.
Musim panas di Suzuka juga sangat terik, dengan suhu yang sering mencapai level yang tinggi setidaknya 32 hingga 35 derajat Celsius. Untuk event balapan superbike seperti ‘Suzuka 8 hours’ yang berlangsung di bulan Juli, tentunya ini sangat menyiksa karena panas yang hebat harus dialami para pembalap.
Dengan desain layout lintasan yang membingungkan, tikungan tikungan yang sangat menantang, dan cuaca yang sering kali menyulitkan, Suzuka tetap menjadi lintasan balap paling sulit dan berbahaya di Jepang . Dan meskipun sudah banyak pembenahan di lintasan demi meningkatkan keamanan pembalap, seperti penghalang tambahan, penambahan area run off aspal, dan beberapa pembenahan di tikungan 130 R yang terkenal kejam itu. Suzuka adalah lintasan balap kuno yang termasuk di antara lintasan yang paling berbahaya di dunia. Namun, sensasi membalap yang berbeda inilah yang mendorong para pembalap untuk terus berbondong-bondong datang, dan menjadikan Sirkuit Suzuka favorit bagi para pembalap professional kelas dunia.