Evolusi sistem knalpot motor MotoGP sudah berlangsung sejak 30 tahun lalu hingga sekarang.
Kebanyakan dari kita pasti sangat familiar dengan brand Akrapovic. Oleh sebab itu mari kita simak bagaimana brand knalpot paling populer ini menjadi favorit tim tim MotoGP, yang mana sudah menjalin kerjasama selama 30 tahun dan menyuplai sekitar 75% grid MotoGP, Moto2 dan Moto3.
Akrapovic lahir dari seorang pembalap Slovenia bernama Igor Akrapovic, dan telah membangun sistem knalpot sejak tahun 90an.
Meski pada awalnya hanya dibuat untuk knalpot motor balap, lambat laun produksinya juga diperuntukkan ke motor jalanan dan mobil umum.
Sebelum ke MotoGP, Akrapovic sudah terbukti sukses di ajang World Superbike dengan meraih juara dunia World Superbike tahun 2000 bersama Colin Edwards dan ajang balap lainnya, lalu ketika MotoGP mengubah formatnya ke mesin 4 tak di 2002, Akrapovic menjadi supliernya dan sejak saat itu Akrapovic menjadi knalpot favorit tim tim MotoGP, baik tim pabrikan maupun satelit.
Akrapovic kemudian meraih kemenangan pertamanya di MotoGP 2011 ketika Jorge Lorenzo menang di Jerez, diikuti raihan gelar dunia MotoGP pertamanya 2012 dan 2015, yang semuanya juga diraih bersama Jorge Lorenzo di motor Yamaha.
Pentingnya Knalpot di MotoGP
Di MotoGP, Akrapovic tidak hanya menyuplai sistem knalpotnya saja, tapi juga partner teknis saat bekerja secara dekat di garasi tim dan pabrikan MotoGP.
Di MotoGP, sistem knalpot didisain untuk mengekstrak performa maksimal dari mesin. Disain sistem knalpotnya juga sangat penting karena dapat berpengaruh ke torsi, tenaga mesin yang dikeluarkan dan respon throttle.
Sistem knalpot dengan desain yang bagus bisa membantu meningkatkan horsepower dan torsi mesin, yang mana memungkinkan motor untuk melaju dan berakselerasi lebih cepat.
Di motor MotoGP sendiri menggunakan mesin 4 tak yang membutuhkan sistem knalpot khusus. Karena mesin motor MotoGP biasanya memiliki RPM yang sangat tinggi, yang mana sistem knalpotnya harus didesain dengan baik agar bisa menangani mesin ber RPM tinggi.
Lebih jelasnya panjang, diameter dan jumlah lengkungan sistem knalpot bisa mempengaruhi output tenaga mesin. Semakin panjang knalpotnya maka semakin besar torsi yang diproduksi, dan semakin pendek knalpotnya semakin besar horsepower yang diproduksi.
Lalu apakah motor MotoGP menggunakan catalytic converter dan muffler?
Apapun yang dipasang di motor MotoGP selalu mempertimbangkan soal bobot. Tujuannya adalah agar bobot menjadi seringan mungkin agar motor semakin cepat melaju di lintasan. Sehingga komponen apapun yang dapat menambah bobot motor tanpa bisa meningkatkan performa motor tidak akan digunakan.
Komponen catalytic converter akan menambah beban extra pada motor dan secara signifikan mengurangi output tenaga mesin. Komponen ini juga menyebabkan panas motor meningkat sehingga tidak cocok untuk dipakai balapan.
Motor MotoGP juga tidak menggunakan muffler seperti halnya motor jalanan dan mobil umum.
Muffler bisa menurunkan level kebisingan suara motor dari 128 desibel ke 115 desibel, tentunya ini sesuatu yang sangat dibenci para fans balap motor ketika menyaksikan balapan namun suara motor yang dihasilkan tidak gahar.
Beda Knalpot MotoGP Dengan Knalpot Motor Jalanan
Knalpot Akrapovic dibuat dari titanium dan bisa menaham temperatur lebih dari 900 derajat Celsius.
Sangat berbeda dari knalpot motor jalanan standar yang biasanya dibuat dari material yang lebih murah seperti besi atau alumunium, yang mana lebih berat dan kurang awet.
Knalpot motor MotoGP juga didesain agar sangat mudah dimodifikasi, yang mana ini memungkinkan tim tim MotoGP untuk mengatur setup sistem knalpotnya agar bisa memaksimalkan performa dari mesin.
Panjang, diameter, dan jumlah lengkungan knalpot bisa mempengaruhi output tenaga, torsi dan respon throttle.
Sangat kontras bila dibandingkan dengan knalpot standar motor jalanan yang tidak dapat dimodifikasi dan didesain agar bisa memenuhi aturan standar emisi .
Hal lainnya yang sangat berbeda antara motor MotoGP & motor Standar jalanan adalah suara yang dihasilkan. Sistem knalpot MotoGP didesain agar mengeluarkan suara yang keras dan khas balapan.
Sangat berbeda dengan knalpot standar motor jalanan yang didesain untuk memproduksi suara yang relatif kecil untuk memenuhi aturan standar kebisingan di tempat umum.
Agar lebih jelas, tingkat kebisingan suara motor MotoGP adalah 130 desibel, mirip dengan sebuah pesawat jet yang akan take off, sementara motor jalanan kebisingan maksimumnya hanya 80 desibel mirip seperti bisingnya suasana ramai di restoran.
Keunikan Knalpot Motor MotoGP
Kalian pasti pernah melihat knalpot di motor MotoGP ada semacam jaring pada lubangnya. Sebenarnya untuk apa fungsi dari jaring itu ya.
Fungsi dari jaring penutup ini adalah untuk mencegah batu dan gravel masuk ke mesin melalui lubang knalpot ini ketika pembalap crash.
Karena seperti yang kita tahu kebanyakan crash akan berakhir di gravel trap, yang mana batu batu kecil itu berfungsi untuk memperlambat laju motor yang crash dan mencegah motor dan pembalap menabrak pembatas lintasan.
Selain itu keunikan lainnya adalah kebanyakan motor MotoGP menggunakan 2 knalpot. Sebenarnya tim tim MotoGP bisa memilih menggunakan twin atau single knalpot, namun memang banyak tim yang menggunakan twin knalpot.
Hal ini sebenarnya tergantung pada tipe konfigurasi mesin yang digunakan dan bagaimana tim tim ini menginginkan tenaga mesin yang disalurkan.
Ada 3 tipe konfigurasi twin knalpot yang bisa digunakan di motor MotoGP; 2 knalpot di samping motor, 2 knalpot di bawah jok motor, dan 1 knalpot di samping motor dan 1 kanlpot di bawah jok motor.
Bila dilihat, regulasi tersebut memang membatasi tim dengan cara menetapkan larangan penggunaan panjang variabel knalpot berbeda.
Hal ini membuat sistem twin knalpot menjadi sedikit lebih sulit karena kedua sisi knalpot harus memiliki panjang yang sama, dan menyebabkan penambahan lengkungan untuk memenuhi regulasi tersebut.
Lalu mana yang bisa memberikan tenaga lebih pada motor, twin knalpot atau single knalpot ?
Pada dasarnya perbedaan tenaga itu tidak melulu soal horsepower namun bagaimana tenaga mesin itu dapat disalurkan ke ban bekalakang, dan ini tergantung bagaimana setup motor yang dilakukan.
Sulit untuk mengatakan knalpot mana yang akan menghasilkan daya lebih tinggi karena setiap tim memiliki setup tersendiri untuk motornya demi mendapat kinerja maksimal.