Honda MotoGP saat ini sedang berada dalam kesulitan. Tanpa pembalap bertalenta supernya, Marc Marquez, Honda bahkan kesulitan untuk bisa bertarung di barisan depan, apalagi memperebutkan podium.
Kemenangan Alex Rins di Amerika bulan lalu memberikan secercah cahaya kecil kepada HRC dan para Bos Honda, yang ibaratnya saat ini sedang menyusuri lorong panjang yang gelap.
Namun di balapan Jerez minggu lalu kondisi Honda kembali seperti semula saat Takaaki Nakagami menjadi pembalap Honda tercepat dengan hanya meraih posisi ke-9. Sementara Joan Mir harus crash di sepanjang pekan balap; 2 kali di sesi Practice, bahkan crash di Sprint dan ‘main race’.
Banyak orang beranggapan bahwa Honda yang sedang kesulitan ini karena mengikuti pengembangan Marc Marquez. Tapi cara yang dijalani Honda ini bukanlah hal yang baru, kebijakan Honda sudah dari dulu selalu membangun motor cepat dengan mengontrak pembalap hebat seperti Mike Hailwood, Freddie Spencer, Mick Doohan, Valentino Rossi, Dani Pedrosa, Casey Stoner dan Marc Marquez.
Terkadang insinyur Honda melakukan hal yang benar, terkadang juga salah.
Ini terlihat ketika isinyur Erv Kanemoto, Doohan dan crew chiefnya Jeremy membantu HRC mentransformasi Honda NSR menjadi motor yang luar biasa. Begitu pula dengan Honda RC211V yang sangat mendominasi MotoGP era 990cc.
Namun kemudian semuanya berubah menjadi rumit ketika era 990cc digantikan dengan era 800cc yang melahirkan motor Honda RC212V. Menurut Pedrosa butuh waktu sampai 4 tahun untuk membenahi motor ini agar bisa kuat di lintasan lurus. Dan akhirnya problem ini bisa teratasi ketika HRC mengontrak Stoner yang akhirnya bisa juara dunia lagi.
Motor Honda RC213V sangat berhubungan dengan Honda RC212V. Butuh keberanian besar untuk bisa menjinakkan motor ini. Kesuksesan besar Marc Marquez dengan motor ini sebenarnya karena bisa mengubah motor yang bermasalah menjadi motor yang tidak ada masalah.
Di tahun awal kehadiran RC213V, kebetulan HRC juga pernah mencoba mengembangkan RC213V agar bisa cepat di tikungan lewat arahan Pedrosa, namun berbagai peningkatan yang dilakukan pada arah pengembangan ini ternyata membuat kekuatan utama motor rusak dan menurunkan performa motor secara keseluruhan.
Dan tahun lalu HRC akhirnya memakai swingarm buatan KALEX untuk motor RC213V nya, dan sekarang pabrikan asal Jerman ini membuat sasis secara menyeluruh untuk motor Honda.
Mungkin saja ini sinyal keputusasaan HRC atau mungkin juga HRC sekarang lebih terbuka. Atau mungkin juga ini pertanda baik karena mencontoh KTM. Pabrikan Austia ini sekarang sudah bisa bersaing di depan sejak secara masif mengontrak banyak insinyur dari Ducati.
Ini sangat diperlukan bagi Honda, karena menurut Marquez motor Honda saat ini sulit untuk menikung serta grip ban belakangnya lemah dalam akselerasi.
Stefan Bradl bahkan secara detail menjelaskan saat bagian depan motor mulai membelok namun bagian belakang motornya tidak ikut membelok, sehingga keseluruhan bagian motor tidak bekerja bersama. Oleh sebab itu para pembalap Honda sangat kesulitan dalam mengerem, menikung dan berakselerasi. Dan inilah yang menyebabkan banyak pembalap Honda sering crash.

KALEX saat ini menjadi jalan keluar yang dituju HRC. Pabrikan kecil asal Jerman yang hanya memiliki 10 staf ini sudah mendominasi Moto2 lebih dari 1 dekade. Selama periode ini KALEX telah memenangkan lebih dari 160 balapan Moto2.
Hal ini tentu tidak terjadi hanya kebetulan semata. Kalex tentu tau apa yang harus dilakukan untuk membuat sasis yang bisa membuat semua pembalap mampu menang. Karena desainer sasis Alex Bamgartel tidak hanya seorang insinyur yang brilian dalam mengolah data, namun juga memahami sisi feeling pembalap terhadap motor itu sendiri, karena menurutnya feeling pembalap lebih penting ketimbang data yang didapat dari motor itu sendiri.
Seperti yang kita tahu, fleksibilitas tertentu pada sasis sangatlah penting pada sasis motor balap, karena pada saat motor menikung dengan kemiringan yang tinggi suspensi menjadi tidak efisien, sehingga sasis harus bisa flexibel secara lateral agar motor melaju mulus melewati permukaan aspal.
Baumgartel sangat paham tentang konsep flexibilitas yang tepat pada sasis motor balap ini. Menurutnya sasis yang bagus itu bisa membengkok seperti pisang, karena dengan titik tengah sasisnya bisa membengkok sedikit ketika melibas tikungan akan membantu menikung lebih baik ketimbang sasis yang sangat kaku, karena ini akan terlalu membebani ban depan ketika menikung.
Dan seperti yang kita tahu bahwa front end motor RC213V butuh pembenahan, karena menurut Marquez dia tidak bisa mendapat feeling yang bagus.
Tentu, membuat motor yang bisa menekuk ketika menikung tidak semudah teori. Baumgartel menambahkan selain fleksibel secara lateral, sasis ini juga harus cukup kaku agar bisa melibas tikungan chicane yang cepat berubah arah demi menghindari wobble atau goyangan pada bagian belakang motor, yang mana ini bisa menganggu kontak ban dengan aspal. Inilah pertimbangan pertimbangan yang difokuskan Baumgartel dalam membuat sasis untuk motor RC213V, yang mana sangat berbeda kalau kita melihat sasisnya dari luar saja.
Bila dilihat dari luar, sasis Kalex RC213V terlihat lebih seperti sasis Honda RC213V ketimbang sasis Kalex Moto2. Ini karena sasis ini harus bisa dipasang dengan mesin RC213V bukan dengan mesin Triumph 765. Namun yang terpentingnya adalah kita tidak tahu seberapa tebal sasis alumunium ini dan hal krusial mendetail lainnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah akankah Marquez dan Mir memakainya di balapan Le Mans nanti ?
Kalex RC213V memulai debutnya di tes Jerez minggu lalu dan kesannya cukup bagus. Namun masalah lain akan muncul kalo di Le Mans nanti akan langsung dipakai. Saat ini pembalap MotoGP hanya memiliki 3 sesi practice di hari Jumat dan Sabtu, karena adanya Sprint Race. Dan pembalap hanya memiliki 2 sesi practice di hari Jumat untuk menentukan appakah bisa lolos ke Q1 atau Q2.
Dengan format seperti ini tentu cukup beresiko memakai sasis baru KALEX dengan pengujian yang masih minim di hari jumat, dimana sesi practice 1 dan 2 sangatlah menentukan lolos tidaknya ke Q2. Bila tidak lolos ke Q2 maka sulit untuk merangsek ke depan di balapan hari minggu nanti.
Munkin saja Honda bisa mengevaluasi sasis Kalexnya di sesi Sabtu pagi selama 30 menit, yang mana ini tidak berpengaruh untuk Q1 atau Q2, namun sesi ini tidak cukup banyak waktu dan tim Honda hanya punya waktu 10 menit sebelum dimulainya sesi kualifikasi, jadi ini juga beresiko.
Dengan format seperti ini tentu sangat mengurangi kemampuan tim untuk meningkatkan performa motornya. Apalagi bagi tim yang sedang terpuruk, dengan sesi uji coba dan sesi practice yang semakin sedikit, akan semakin menyulitkan pabrikan yang sedang terpuruk untuk kembali berjaya.
Tentu ini kurang bagus untuk MotoGP, karena berapa lama pabrikan pabrikan yang sedang kesulitan seperti Yamaha dan Honda ini mau bertahan di MotoGP kalau untuk kembali bersaing ke puncak saja sangatlah sulit dengan format semacam ini.