Kalau ngomongin tim Formula 1 mana yang paling sukses, tentu kita sepakat bahwa ‘pasukan merah dari Maranelo’ lah jawabnya. Yap, merekalah Ferrari!
Tapi kalau mau bicara tentang tim privateer, yang bukan tim pabrikan, tentu semua setuju kalau McLaren adalah tim yang tepat untuk dinobatkan sebagai tim privateer tersukses sepanjang masa.
Di era F1 modern, tidak gampang mengelola tim privateer. Sebagaimana kita tahu, tim privateer di era F1 modern sekarang tidak sekedar hanya membangun sasis, membeli mesin dan balapan! . Banyak sekali yang dibutuhkan agar satu tim bisa membangun mobil yang kompetitif.
Mengelola tim berarti mengelola sebuah perusahaan. Mengelola sebuah perusahaan berarti melibatkan banyak pekerja dalam tim, yang selanjutnya tim tersebut disebut ‘pabrik’.
Sebuah tim idealnya mempunyai jumlah staf keseluruhan setidaknya 500 orang! Dalam tim, semua sama pentingnya, seperti halnya komponen mobil Formula 1.
Dan tidak mudah untuk menjalankan itu. Karenanya, tak banyak tim privater yang bisa bertahan, apalagi mendulang sukses besar sepanjang masa. Prost, Jordan, Minardi, dan masih banyak lagi tim privateer yang jadi contoh gagalnya tim privateer .
Sementara Mclaren adalah satu diantara sedikit tim privateer yang sukses. Mclaren adalah salah satu dari sedikit tim privateer yang bukan hanya sekedar bertahan di kerasnya persaingan ajang balap mobil paling bergengsi seluruh jagat, tapi juga membuktikan bahwa mereka mampu menorehkan prestasi. Walau berganti-ganti mesin, tapi Mclaren bisa kompetitif berkat manajemen tim yang bagus.
Berganti-ganti rekanan suplier mesin tidak menjadi alasan McLaren untuk bangkrut ditengah jalan.
Bahkan sepanjang sejarah, Mclaren hanya dikalahkan oleh Ferrari dalam peraihan gelar juara konstruktor. Tapi Ferrari adalah tim pabrikan. Ferrari memproduksi mesin sendiri. Ferrari bisa dengan ‘gampang’ riset mesin sesuka hati, asal tidak melanggar regulasi. Tapi tidak dengan Mclaren. Berbagai mesin pernah terpasang di sasis mereka.
Kesuksesan Mclaren dibuktikan dengan sederet nama pembalap kelas atas yang pernah bergabung bersama Mclaren. Emerson Fittipaldi, James Hunt, Mika Hakkinen, Ayrton Senna, Alain prost, Kimi Raikonen, Fernando Alonso dan beberapa deret nama lagi.
Mengenai sejarah Mclaren, di kutip dari berbagai sumber, didirikan oleh Bruce Mclaren, seorang pembalap asal Selandia Baru. Selain sebagai pembalap, Bruce Mclaren juga seorang mekanik. Keahliannya di bidang teknik inilah yang kelak membuat Bruce membuat rancang bangun mobil balapnya sendiri yang diberi kode Mclaren M2A.
Dalam balapan, Bruce memulai karier bersama tim cooper pada tahun 1959, saat itu usia Bruce baru menginjak 22 tahun, sekaligus menjadikannya pembalap termuda saat itu. Selepas dari Cooper, Bruce mendirikan tim bernama Bruce Mclaren motor Racing, .

Mobil pertama mereka bermesin Ford DFV dan mulai turun lintasan pada tahun 1966. Pada tahun 1968 Bruce menjuarai balapan di Spa Francorchamps (baca: Frankorsyom), Belgia, dengan mobil yang dibangunnya sendiri. Itu kemenangan pertama yang menjadi semangat pria asal Auckland, Selandia baru itu. Yap, walau bermarkas di Inggris, tapi Bruce berasal dari Selandia Baru.
Tapi sayang, Bruce tutup usia pada kecelakan saat test drive mobil M8 Can-Am di Goodwood, Inggris. Hari naas itu tertanggal 2 Juni 1970.
Tapi hal itu tidak lantas membuat debut McLaren terhenti. Adalah seorang Teddy Mayer, rekan Bruce asal Pennsylvania, Amerika Serikat.
Pria bernama lengkap Edward Everett Mayer ini memang pengusaha yang berkecimpung di dunia Motorsport, terutama Indycar dan Formula 1.
Selama empat tahun dalam kepemimpinan Teddy, McLaren telah berhasil menjalin kerja sama dengan pabrikan rokok besar sekelas Phillip Morris. Jadilah tim mereka bernama Marlboro-Mclaren. Bersama pembalap asal Brazil, Emerson Fittipaldi, Mclaren meraih sukses yang mengantarkan Fittipaldi juara dunia tahun 1974 sekaligus meraih gelar konstruktor pada tahun itu.
Nama Marlboro-Mclaren sendiri secara hubungan bisnis berlangsung sangat lama, sebelum akhirnya perusahaan rokok lain, yaitu West, menggantikan Marlboro pada tahun 1995. Bahkan kerjasama itu menjadikan hubungan bisnis terlama dalam sejarah Formula 1.
Dua tahun kemudian, tepatnya di musim 1976, pembalap flamboyan asal Inggris, yaitu James Hunt bergabung dengan tim silver.
Awal 1980 seolah Mclaren makin kokoh menobatkan sebagai tim Formula 1 papan atas dengan mendirikan Mclaren International serta bergabung dengan Project Four milik Ron Denis.
Kemudian Mclaren sebagai tim yang dominan pun tak terbendung dibawah kepemimpinan Denis dengan seorang chief designer John Barnard. Mobil Mclaren bermesin Porsche -TAG Turbo menyapu habis gelar juara 3 tahun berturut-turut, 1984, 1985, 1986 melalui duet pembalapnya, Niki Lauda dan Alain Prost.
Sayangnya, pada 1988 kerja sama dengan Porsche musti berakhir dan Mclaren memutuskan menjalin kerjasama dengan pabrikan Jepang, Honda. Tapi bukan Mclaren namanya kalau menjadi loyo karena ganti mesin. Mereka justru makin perkasa, saat itu Niki Lauda digantikan pembalap Brazil, yaitu Ayrton Senna. Akhirnya duet Senna-Prost membabat habis dengan memberi 15 kemenangan dari total 16 lomba di tahun 1988.
Bersama Honda pula Mclaren menggondol gelar konstruktor 4 tahun berturut-turut, yaitu 1988, 1989,1990, dan 1991.
Setelah mengakhiri kerjasama dengan Honda, tim yang bermarkas di Woking ini lalu mengawali kerja sama dengan Ford. Tapi tidak berlangsung lama, karena setelah itu pabrikan Perancis, Peugeot (baca: Puzyo), masuk sebagai pemasok mesin. Tak diketahui, apakah masuknya Peugeot ada hubungannnya dengan Alain Prost atau tidak, tapi yang jelas, pada tahun 1993 Mclaren hanya bertengger di urutan dua juara konstruktor.
Pada tahun 1994, Mclaren melepas Ayrton senna untuk melanjutkan karier di Williams, sebagai gantinya Mclaren merekrut Mika Hakkinen, seorang pembalap Finlandia yang sebelumnya membalap sebagai test driver di Mclaren.
Pada tahun 1995 pabrikan mesin Jerman, Mercy, menjadi supplier selanjutnya. Mclaren memasuki babak baru pada tahun ini. Dimana sponsor utama mereka, Marlboro, hengkang, dan Mclaren memulai kerjasama baru dengan West, masih perusahaan rokok.
Pada tahun 1998 desainer beken, Adrian Newey hadir melengkapi Tim legendaris itu. Pasangan pembalap Mika Hakkinen dan David Coulthard membuat tim makin solid. Dengan mesin dari Mercedes berbahan berilium, secara teknis Mclaren lebih unggul dengan pesaing terdekatnya, yaitu Ferrari.
Tapi hal itu membawa dampak buat tim-tim papan tengah dan papan bawah. Artinya, tim papan tengah dan papan bawah yang punya budget terbatas, sampai kapanpun tidak akan mampu menyaingi Mclaren dengan mesin berbahan beriliumnya, karena bahan berilium sangat mahal.
Hal itulah yang membuat Ferrari protes pada penggunaan material mesin itu. Akhirnya pada 1999, material Berilium resmi dilarang.
Tahun 2000 menjadi titik balik Mclaren, dimana dominasinya dipatahkan oleh Ferrari dengan pasangan pembalap Michael Schumacher dan Rubbens Barichello. Sepanjang tahun 2000 hingga 2001 Mclaren mengalami musim yang buruk. Reliabilitas mobil mereka buruk, sementara Ferrari melaju tak terkendali.
Mika Hakkinen kemudian pensiun pada tahun 2001 digantikan oleh Kimi Raikonen yang tak lain adalah rekan senegaranya. Pada tahun 2002 Mclaren tersungkur dari urutan ketiga konstruktor, bahkan dibawah Williams yang menempati urutan kedua. Sementara Ferrari, sesuai prediksi, bertengger di urutan pertama.
Tahun berikutnya, Mclaren tidak lebih baik, malahan mobil berkode MP4-18A sempat gagal diluncurkan akibat kegagalan teknis. Tahun itu musim buruk Mclaren belum tuntas. Tapi setidaknya di akhir musim, Kimi memberi semacam hadiah hiburan kecil buat tim dengan bejibaku melawan Schumy di akhir musim balapan.
Hingga menginjak musim 2004, tim silver ini bahkan hanya bisa memenangi satu lomba. Tapi yang mengejutkan adalah ketika pada tahun 2005 mereka merekrut Juan Pablo Montoya berpasangan dengan Kimi Raikkonen. Pada tahun ini tim hampir merebut juara konstruktor, kalau tidak terganjal masalah teknis dan buruknya ketahanan mobil. Akhirnya mereka hanya bisa melihat Renault merebut gelar konstruktor.
Lima tahun terakhir mengalami musim buruk, tidak membuat Mclaren membaik di tahun 2006. Bahkan pada tahun 2006 Juan Pablo Montoya hengkang karena berselisih dengan tim. Pasalnya, pihak tim kecewa, karena Montoya dinilai gagal untuk membawa tim ke arah perbaikan. Montoya gagal menuai kemenangan satu lomba pun dalam satu musim. bisa jadi gaya mengemudi Montoya yang agresif tidak cocok dengan Mclaren yang saat itu reliabilitasnya buruk.
Pada tahun 2007 Mclaren mencoba peruntungan baru dengan merekrut pembalap baru, Lewis Hamilton, berpasangan dengan Hamilton adalah juara dunia 2006, Fernando Alonso.
Boleh dibilang, pilihan pembalap Mclaren kali ini tidak salah, Hamilton tampil luar biasa sepanjang musim. Tapi dengan pasangan mantan juara dunia, bukannya malah bagus, mereka malah ‘sikut-sikutan’ bersaing satu sama lain, layaknya Senna dan Prost di masa lalu. Mereka berdua bahkan bermasalah satu sama lain.
Kalau dalam satu tim ada perselisihan, maka yang diuntungkan adalah tim lain.
Maka moment itu dimanfaatkan oleh Kimi Raikonen yang saat itu membalap untuk Ferrari. Akhirnya tahun itu Ferrari menang setelah Kimi memenangi loma di GP Brazil.
Bukan hanya itu, di tahun yang sama Mclaren harus menghadapi tuduhan bahwa mereka mendapatkan data-data Ferrari dari mantan karyawannya, Nigel Stepney, yang diserahkan di kediaman Mike Coughlan, salah seorang engineer yang saat itu bekerja di Mclaren.
Mclaren akhirnya diputuskan bersalah oleh pengadilan dan di diskualifikasi gelar konstruktornya.
Lepas dari segala masalah, akhirnya McLaren bisa meraih kembali kemenangannya di tahun 2008 sekaligus mengantarkan Lewis Hamilton sebagai juara dunia untuk pertama kalinya.
Pada 2015 akhirnya Mclaren kembali ‘reuni’ dengan Honda sebagai pemasok mesin. Tapi proyek mesin Hibrid Honda ternyata malah banyak kendala dan tidak membuahkan hasil yang baik.