Di Motogp cedera sangat amat umum untuk menimpa pembalap. Bahkan pembalap sekelas Valentino Rossi, Marc Marquez dan Mick Doohan juga tidak luput dari cedera.
Mick Doohan sendiri merupakan salah satu pembalap yang menderita cedera cukup parah di kakinya. Dia bahkan hampir diamputasi, untung saja Dr Costa yang merupakan Dokter langganan pembalap Motogp berhasil menyelamatkan kaki kanan Doohan.
Doohan mengalami kecelakaan parah pada free practice GP Belanda 1992, saat dirinya sedang memperebutkan gelar dengan Wayne Rainey.
Walau berhasil di selamatkan, kaki kanan Doohan kehilangan beberapa syaraf motorik sehingga dirinya tidak bisa lagi menggunakan rem belakang dengan kakinya.
Akibatnya, tim Repsol Honda lalu memodifikasi motor Doohan dengan memindahkan fungsi tuas rem belakang yang tadinya diinjak oleh kaki kanan, menjadi tombol mekanis di dekat rem depan.
Walau dengan keadaannya yang seperti itu, Doohan sukses memenangkan lima gelar dari tahun 1994 sampai 1998.
Cedera yang mirip dengan cedera Doohan ini pernah dialami oleh pembalap lain. Dia adalah Mattia Pasini, pembalap Moto2 yang punya cedera motorik di tangan kanannya.
Walau tidak sesukses Mick Doohan yang berhasil menjadi juara dunia, namun mempunyai karir yang cukup mentereng dengan cedera tersebut membuat naman Mattia Pasini cukup dikenal.
Jadi mari menyimak kisahnya:
Awal Karir dan Cedera
Pasini lahir di Rimini Italia pada tanggal 13 Agustus 1985, seangkatan dengan Dani Pedrosa, Casey Stoner dan Andrea Dovizioso.
Pasini memulai karir pada usia yang muda, pada 1994 dia berkompetisi pada Italian Junior Minibike Championship bersaing dengan Manuel Poggiali.
Pada tahun 1998 pada saat usianya masih 13 tahun. Pasini mengalami kecelakaan motocross yang cukup parah.
Akibat dari kecelakaan ini, beberapa saraf motorik pada tangan kanan Pasini mengalami kerusakan permanen. Menyebabkan Pasini tidak lagi bisa menggunakan tuas rem depan.
Cedera ini cukup menghambat perkembangan karir Pasini. Beberapa tahun dia tampil sulit sampai akhirnya dia menemukan setup tuas yang pas.
Karena tidak bisa menggunakan tangan kanannya selain untuk berakselerasi, tim Pasini kemudian memodifikasi tuas pada bagian kiri.
Di bagian kiri motor Pasini kini tidak hanya terpasang tuas kopling, melainkan juga tuas rem depan.
Tuas-tuas tersebut di susun bertingkat, tuas kopling yang lebih dekat dan tuas rem yang punya jarak lebih jauh.
Sehingga Pasini bisa mengoprasikan tuas kopling dan rem hanya dengan tangan kiri.
“Saya mengoprasikan tuas kopling yang dekat dengan tangan menggunakan kelingking dan jari manis saya dan mengoprasikan rem dengan telunjuk dan jari tengah saya. Sekarang ini sudah cukup mudah, karena perkembangan gear box dan elektronik membuat kopling hanya digunakan pada awal balapan saja, namun dulu saya ingat sangat susah untuk membiasakan diri (dengan setelah tuas seperti ini).” Ungkap Pasini saat diwawancarai pada tahun 2017 yang lalu (Dikutip dari Motogp.com).
Kejuaraan Dunia
Mattia Pasini kemudian berhasil debut di kejuaraan dunia pada tahun 2004 mengendarai motor Aprilia untuk tim Safilo Carrera LCR Team.
Pada tahun pertamanya itu Pasini hanya mampu mengumpulkan 54 poin dan duduk di peringkat 15 klasemen akhir.
Pada tahun 2005 dirinya pindah ke team NGS dan masih menunggang motor Aprilia. Pada musim itu Pasini meraih dua kemenangan, di GP China dan GP Catalunya.
Empat podium lain menyusul dan pada musim 2005 Pasini sukses mengamankan posisi empat klasemen akhir dengan 183 poin.
Musim berikutnya pada tahun 2006, Pasini kembali berganti tim, kini dirinya bersama dengan Aspar Team.
2006, Pasini kembali berhasil memenangkan dua balapan di GP Italia dan Jerman. Mengumpulkan 192 poin, Pasini berhasil menduduki peringkat empat klasemen akhir.
Musim 2007, Pasini masih menetap di kelas 125. Kali ini kembali berganti tim ke team Polaris Wold. Pasini berhasil mengumpulkan empat kemenangan dengan tiga podim lain.
Pada akhir musim, Pasini duduk di peringkat lima klasemen akhir dengan 174 poin.
Musim 2008, bersama tim Polaris World, Pasini naik kelas ke GP250. Musim debut Pasini di kelas menengah bisa dibilang lumayan sukses.
Dia berhasil memenangkan satu balapan di GP Qatar dan meraih beberapa podium pada musim itu. Di akhir musim, Pasini mengantongi 132 poin yang membuatnya menduduki posisi delapan klasemen akhir.
Pasini kemudian kembali berganti tim di tahun 2009, kali ini dia membeli team Toth dengan motor Aprilia.
2009, Pasini berhasil memenangkan satu balapan yakni GP Italia dan meraih lima podium. Pasini duduk di peringkat lima klasmen dengan 128 poin.
Sempat dirumorkan untuk membela tim Pramac Motogp pada musim 2010, namun Pasini kemudian memutuskan untuk tetap berada di kelas menengah.
Pada tahun 2010 kelas GP250 berganti nama dan regulasi menjadi Moto2. Awalnya membela tim Jir Moto2 untuk beberapa balapan di awal musim.
Akibat hasil yang kurang baik, kemudian Pasini dikeluarkan pada pertengahan musim. Dia lalu berganti membela tim Itatrans pada beberapa balapan di akhir musim.
Musim 2010 Pasini hanya mengantongi 12 poin dan duduk di peringkat 28 klasemen akhir.
Musim 2011, Pasini berganti tim ke Ioda Racing Project dengan chasis FTR. Pada musim itu Pasini juga tidak tampil maksimal. Pasini hanya mampu mengumpulkan 28 poin dan duduk di peringkat 24 klasemen akhir.
Meskipun tampil kurang baik pada 2011, pada tahun 2012 Pasini ditawari untuk naik kelas ke Motogp oleh tim CRT, Speed Master.
Menggunakan motor ART milik Speed Master, Pasini hanya turun di 14 seri dan keluar dari tim setelah tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Pasini duduk di peringkat 22 klasemen akhir Motogp setelah hanya mampu mengumpulkan 13 poin.
Musim 2013 Pasini kembali ke kelas Moto2, kali bersama Forward Racing menggunakan Chasis Speed Up.
Meskipun mengalami sedikit peningkatan performa, Pasini hanya mampu mengumpulkan 58 poin dan duduk di peringkat 15 klasemen akhir.
Pasini membalap bersama Forward racing hingga musim 2014 dan walau sudah berganti ke Chasis Kalex, performa Pasini malah menurun daripada tahun sebelumnya.
Sehingga pada akhir musim, Pasini memutuskan untuk keluar dari Forward Racing. Musim 2015, Pasini hanya turun dua kali bersama team Gresini Moto2, itupun tanpa mencetak satupun poin.
Pada musim 2016, Pasini kemudian bergabung ke Italtrans Racing Team. Di tim ini Pasinni kemudian meraih hasil terbaiknya di Moto2.
Musim 2017, Pasini akhirnya meraih kemenangan pertamanya di Moto2 setelah terakhir kali menang di tahun 2009. Pasini meraih kemenangan di GP Italia, dia juga meraih beberapa podium dan mengantongi 148 poin, Pasini menempati peringkat enam pada klasemen akhir.
Pasini kemudian membalap bersama Italtrans sampai pada musim 2018, dimana pada musim itu Pasini meraih satu kemenangan, sayangnya kemenangan itu adalah kemenangan terakhir Pasini di sepanjang karirnya.
2018, Pasini mengantongi 141 poin dan menempati peringkat sembilan klasemen akhir musim.
Jadi Spesialis Pembalap Pengganti
Pasini kemudian tidak memiliki tim tetap pada 2019. Beberapa kali dia tampil di balapan untuk menggantikan beberapa pembalap yang cedera.
Meski hanya berstatus pembalap pengganti, pada musim 2019 tampil sebanyak 12 kali. Dia membela beberapa tim seperti Pons HP40, Petronas Sprinta Racing dan Tasca Racing Moto2.
Di akhir musim 2019, Pasini mengumpulkan 35 poin dan duduk diperingkat 20 klasemen akhir.
Pada musim 2020, Pasini merambah ke dunia komentator. Dia adalah komentator saluran resmi Motogp untuk bahasa Italia. Pasini menjadi komentator khusus untuk kelas Moto2 dan Moto3.
Musim 2020 Pasini juga turun di dua balapan, yakni pada GP San Marino dan Emilia Romagna yang sama-sama di gelar di sirkuit Misano.
Pada musim 2021, Pasini turun di balapan ketahan 4 hours of Barcelona. Dirinya turun di kelas LMP3 dan berhasil finish di posisi delapan.
Musim 2022, setelah satu tahun tanpa turun di balapan Motogp, Pasini mendapatkan jatah wildcard di GP Mugello dan Misano. Pasini berhasil meraih satu poin dan duduk peringkat 33 klasemen akhir.