Juara dunia, orang italia, berambut Kribo, dan cepat. Anggapan tersebut jika kita kaitkan ke ajang balapan MotoGP pastilah akan langsung tertuju kepada sang legenda hidup Valentino Rossi. Tapi tunggu dulu , ada satu lagi pembalap yang memiliki ciri-ciri tersebut, dia adalah pembalap dengan julukan “Super Sic”. Ya siapa lagi klo bukan mendiang Marco Simoncelli. Pembalap yang terkenal dengan gaya rambut kribo dan gaya balap agresif dalam balapan ini memang cukup disegani semasa berkarir di MotoGP.
Berbicara soal mendiang Simoncelli tentunya tidak lepas dengan namanya konroversi, pembalap dengan tipikal balap yang nekat dan bahkan membahayakan pembalap lain ini kadang membuat dirinya dibenci, namun itu semua tak menutupi fakta lainnya bahwa ia juga amat dicintai, khususnya oleh publik kawasan Emilia-Romagna, Italia.
Marco simonceli lahir di kota Cattolica , Provinsi Rimini. Namun dia tumbuh besar di kota coriano yang masih di provinsi rimini, Dimana kota tersebut hanya berjarak kurang lebih 10km dari sirkuit San Marino, salah satu venue penyelenggara Moto GP.
Sejak usia 7 tahun. Simoncelli rajin mengikuti kompetisi-kompetisi balap motor junior di sekitar kawasan pantai timur Italia. Bakatnya mulai terlihat kala ia mengikuti kompetisi balap nasional untuk kategori motor minimoto pada tahun 1996 hingga 2000, di tahun itu dia sudah menjadi pebalap unggulan.
Menginjak umur 13 tahun ia melanjutkan ke kompetisi balap yang lebih tinggi. Kali ini ia mengikuti kompetisi balap untuk kategori motor 125cc, masih di level kawasan italia. Kemudian saat dirasa sudah memahami karakter motor 125cc ia pun memutuskan untuk naik level ke kompetisi yang lebih tinggi, tak disangka ia langsung menjadi juara umum untuk ajang balap motor 125cc Eropa di tahun 2002, dari sinilah awal mula Simoncelli mulai masuk ke Grand Prix.
Marco Simoncelli muda memulai debutnya di ajang balap Grand Prix di tahun 2002, saat ia mengikuti seri balap di sirkuit Brno, Ceko. Pemuda yang saat itu bernomor motor 37 sukses menyelesaikan balapan perdananya di urutan ke-27. Kala itu, ia mengendarai motor Aprilia bersama tim Matteoni Racing. Di tahun itu, Simoncelli hanya mengikuti enam seri balapan.
Di musim balap 2003, ia mulai mengikuti seluruh seri balapan yang digelar. Hasil yang bagus masih belum diraihnya di musim yang masih ia anggap sebagai tahun pembelajaran baginya. Baru di musim 2004, ia berhasil meraih kemenangan pertamanya di Grand Prix kelas 125cc. Meski ia mengawali musim balap 2004 dengan mengecewakan, karena di seri pertama ia mengalami kecelakaan.
Di musim balap 2005, merupakan musim terbaiknya di kelas 125cc. Ia mengawali musim balap 2005 dengan langsung meraih kemenangan di sirkuit Jerez. Ia pun juga berhasil mengoleksi 4 podium ketiga di 4 seri balapan, yang membuatnya bisa bertengger di posisi 5 besar klasemen akhir.
Atas hasil bagusnya ini, ia akhirnya menerima pinangan dari tim Metis Gilera untuk balapan di kelas 250cc di musim balap 2006. Di dua musim pertamanya di kelas 250cc, masih merupakan musim pembelajaran bagi Simoncelli. Baru di musim balap 2008, sejarah tercipta. Marco “Super Sic” Simoncelli menjadi juara dunia MotoGP kelas 250 cc di tahun 2008.
Walaupun sempat gagal finish di dua seri balapan awal tahun 2008, tetapi bukti performanya yang impresif nan konsisten berhasil membawanya menuju kejayaan. Alvaro Bautista dan Mika Kallio, selaku dua saingan terberatnya pada masa itu tidak mampu menandingi Simoncelli dan motornya. Total 281 poin ia koleksi hanya berselisih 37 poin dengan Bautista di tabel akhir klasemen tahun 2008.
Pada tahun 2009, ia harus puas hanya meraih juara umum ketiga kelas 250 cc. Juara dunia disabet pebalap asal Jepang, Hiroshi Aoyama dan runner up-nya adalah Hector Barbera, pebalap Spanyol yang pernah berkonfrontasi dengannya.
Atas segenap prestasi Super Sic di kelas 250 cc, maka perpisahannya dengan Metis Gilera pun terjadi. Ia lanjut ke kelas utama MotoGP di tahun 2010 bersama tim San Carlo Honda Gresini. Talenta dan kontroversinya semakin menyeruak.
Nama Marco Simoncelli semakin dikenal mancanegara. Selain karena ia adalah pebalap yang bertalenta, gaya balapnya yang sangat agresif di tahun itu membuatnya menjadi perhatian banyak orang. Tak heran jika banyak juga pebalap yang tidak suka dengannya akibat dari gaya balapnya yang terlalu membahayakan dirinya dan pebalap lain.
Dua pembalap yang pernah mendapatkan dampak dari gaya balap Simoncelli yang agresif adalah Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Pedrosa pernah mengalami kecelakaan yang membuatnya harus menderita patah tulang selangka dan memaksanya harus absen di tiga seri balapan. Kecelakaan ini terjadi saat Pedrosa berusaha menyalip Simoncelli dari jalur dalam, namun Simoncelli yang saat itu berada di sisi luar jalur, berusaha menutup ruang Pedrosa yang akhirnya membuat bagian depan motor Pedrosa menyentuh ban Simoncelli.
Jorge Lorenzo, yang kala itu masih bersama Yamaha, juga pernah mengalami peristiwa tak mengenakkan dengan Simoncelli. Kejadiannya hampir mirip dengan yang dialami Pedrosa, bedanya Lorenzo tidak sampai terjatuh. Dan satu lagi kejadian yang membuat Lorenzo sangat marah pada Simoncelli saat mereka berdua terlibat kecelakaan di seri balap Assen Belanda. Saat itu Marco Simoncelli terjatuh akibat gaya balapnya yang terlalu agresif, yang lalu menghantam Lorenzo yang ada di belakangnya, yang akhirnya turut terbawa jatuh juga. untungnya, Lorenzo masih bisa finish di urutan ke-6 dan Simoncelli sendiri ke-9. Sebelum insiden tersebut terjadi, Lorenzo sempat melontarkan kritik terhadap gaya balap Simoncelli jelang balap di GP Portugal, sehingga semakin memanaskan persaingan.
Segala aksi dan kontroversi menjadi warna tersendiri untuk MotoGP di sepanjang hayatnya. Sosoknya yang juga hampir mirip dengan Valentino Rossi, membuat Simoncelli semakin digadang-gadang akan menggantikan Valentino Rossi di masa depan. Namun, takdir Tuhan berkata lain.
Baru sempat merasakan manisnya podium di seri balap Ceko dan Australia tahun 2011, Yang Maha Kuasa tetap pada keputusan-Nya untuk ‘memanggil pulang’ Super Sic. Aspal sirkuit Sepang menjadi saksi bisu aksi balap motor terakhirnya. Sebuah insiden tabrakan dirinya yang juga melibatkan Colin Edwards, dan sang idola Valentino Rossi di GP Sepang 2011 disinyalir menjadi penyebab kematiannya.
Banyak teori perihal kematian Marco Simoncelli. Ada yang terlihat janggal memang jika melihat kembali video kecelakaan Simoncelli di sirkuit Sepang itu. Simoncelli yang sudah dalam posisi miring terjatuh tidak melepaskan motornya, hingga mengakibatkan ia terseret dan tertabrak Colin Edwards dan Valentino Rossi.
Fatal memang karena terlihat helm Simoncelli sampai terbuka, tubuhnya terdiam kaku dalam posisi tengkurap pasca kejadian. Hasil pemeriksaannya adalah ia mengalami cedera serius pada bagian kepala, leher, dan dada. Ya, cedera di beberapa area vital manusia, jelas wajar jika ia meninggal.
MotoGP secara resmi membekukan nomor balap 58 hingga waktu yang tidak ditentukan, mungkin selamanya. Nomor 58 akan selalu identik dengan pria kribo dari Rimini. Tidak ada pebalap lain yang dapat memakai nomor itu sekarang karena telah dipensiunkan.
Misano World Circuit, adalah sirkuit yang berada di satu provinsi yang sama dengan kota kelahiran Super Sic. Nama sirkuit itu telah diubah pada tahun 2012 menjadi Misano World Circuit Marco Simoncelli. Hal ini semata-mata penghormatan untuk sang putra daerah