Tidak semua pembalap bisa menembus kelas Motogp, beberapa hanya dapat berjaya di kelas-kelas bawah seperti Moto2 dan Moto3.
Beberapa pembalap tidak bisa menembus kelas Motogp karena cedera sehingga pensiun lebih dulu, beberapa yang lain karena performanya kurang baik sehingga tidak dilirik.
Tapi ada satu pembalap yang tidak pernah naik ke kelas Motogp karena kehilangan rasa ingin balapan. Pembalap itu adalah Manuel Poggiali, pembalap asal San Marino yang berhasil meraih juara dunia kelas 125cc dan 250cc.
Sempat digadang-gadang sebagai salah satu muda terbaik pada jamannya, nyatanya musim 2008 adalah musim terakhir Poggiali membalap di kejuaraan dunia.
Awal Karir
Manuel Poggiali lahir pada tanggal 14 Februari 1983 di San Marino. Pembalap yang lahir bertepatan pada hari valentine itu memulai karir nya pada kejuaraan Minibike tahun 1994.
Pada tahun yang sama Poggiali juga tampil di beberapa seri Italian Junior ‘B’ Minibike Championship. Pada kejuaraan itu, Poggiali bertemu dengan beberapa saingan berat salah satunya adalah Mattia Pasini.
Poggiali lalu berhasil menempati posisi runner up klasemen akhir pada tahun 1995 dan berhasil menjadi juara nasional Minibike Italia pada tahun 1997.
Pada tahun 1998, Poggiali pindah dari kelas Minibike ke kelas balap motor regular, tepatnya pada kelas 125cc di kejuaraan nasional Italia.
Kemampuan Poggiali yang hebat mampu mengantarkan dirinya menjadi juara nasional pada tahun yang sama. Poggiali juga berhasil memenangkan RS125 Trophy Italia dan berhasil memenangkan dua balapan di kejuaraan 125cc Eropa di Prancis dan Republik Ceko.
Akhirnya pada tahun 1999, Poggiali diberikan kesempatan untuk tampil dikejuaraan dunia 125cc bersama dengan tim Aprilia Noccioli.
Masa Jaya dan Dua Gelar Juara Dunia (1999-2003)
Poggiali debut di kejuaraan dunia 125cc pada seri GP Malaysia 1999 di sirkuit Sepang yang pada waktu itu barus selesai dibangun.
Start dari posisi 13, Poggiali mampu menyelesaikan balapan di posisi 12, satu posisi lebih baik daripada posisi start-nya.
Membawa pulang poin adalah sebuah pencapaian tersendiri bagi rookie-rookie GP125 pada waktu itu.
Pada tahun pertama ini Poggiali belum dapat memperoleh podium, dia juga sering jatuh dan gagal finish.
Total pada tahun 1999, Poggiali gagal mendapatkan poin pada tujuh balapan dari 16 balapan yang digelar.
Di akhir musim Poggiali duduk di posisi 17 dengan 46 poin di klasemen akhir musim.
Pada awal musim 2000, Poggiali absen di tiga seri pertama karena cedera yang dia peroleh pada GP Argentina musim 1999.
Poggiali baru bisa berpartisipasi pada seri keempat di GP Spanyol. Meski masih sering terjatuh dan performanya belum maksimal, Poggiali berhasil mendapatkan podium pertamanya di GP Belanda.
Pada akhir musim 2000, Poggiali menempati posisi 16 klasemen akhir dengan 53 poin, untuk musim 2001 Poggiali memutuskan untuk pindah ke tim Gilera.
Poggiali kemudian sukses merebut gelar juara dunia GP125 tahun 2001 dengan tiga kemenangan dan delapan podium lain. Poggiali berhasil menjadi pembalap pertama Gilera yang menjuarai kejuaraan dunia GP125.
Musim 2002, Poggiali memutuskan untuk tetap balapan di kelas 125cc. Pada tahun itu Poggiali sukses memenangkan empat balapan dan enam podium lain. Sayang pada tahun 2002 ini Poggiali gagal mempertahankan gelarnya dan kalah dari Arnoud Vincent.
Meski begitu, pada tahun 2003 Poggiali berhasil naik kelas ke GP250 bersama tim Aprilia. Pada tahun pertamnya itu, Poggiali berhasil menjadi juara dunia GP250 tahun 2003.
Poggiali berhasil memenangkan empat balapan dan enam podium lain serta mengantongi 249 poin untuk merebut gelar GP250.
Penurunan Performa (2004-2007)
Pada tahun 2004 Poggiali memutuskan untuk tetap membalap di kelas GP250 dan masih dengan tim yang sama.
Namun performa Poggiali mengalami penurunan besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Poggiali hanya mampu memenangkan satu balapan dan mendapatkan dua podium lain.
Pada akhir musim 2004 Poggiali hanya mampu untuk duduk diperingkat sembilan klasemen akhir dengan 95 poin. Sementara gelar juara dunia malah diraih oleh pembalap rookie, Dani Pedrosa.
Musim 2005 bukannya naik kelas, Poggiali malah memutuskan turun kelas ke GP125. Pogialli kembali membela tim Gilera yang pernah mengantarkannya meraih gelar juara dunia.
Namun performa Poggiali juga tidak mengalami peningkatan apapun. Dia bahkan gagal meraih satupun podium, sebuah hasil yang aneh bagi mantan juara dunia dua kali.
Posisi terbaik yang Poggiali raih adalah finish posisi lima pada GP Portugal. Pada akhir musim Poggiali hanya mampu mengumpulkan 107 poin dan menempati peringkat 10 klasemen.
Musim selanjutnya pada tahun 2006, Poggiali kembali ke kelas GP250 kali ini bersama KTM. Hasilnya juga masih sama, Poggiali hanya rutin mengisi posisi belasan dengan finish posisi delapan di GP Valencia adalah hasil terbaiknya sepanjang tahun.
Di akhir musim 2006, Poggiali duduk di peringkat 14 klasemen dengan 50 poin. KTM kemudian memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Poggiali.
Poggiali kemudian memutuskan untuk vakum selama satu tahun pada 2007 dengan harapan memperoleh tawaran kontrak yang lebih menarik, meskipun sebenarnya Poggiali menerima banyak tawaran untuk tahun 2007.
Poggiali mendapatkan banyak tawaran dari tim-ttim kelas 125cc, ada pula yang untuk kelas 250cc dan bahkan bebebrapa dari tim WSBK juga menawarkan kontrak padanya.
Pada tahun 2008 Poggiali kemudian bergabung dengan Campetella Racing, mengendarai motor Gilera untuk kelas GP250.
Namun pada kenyataannya Poggiali tidak bisa tampil maksimal. Setelah GP German pada tengah musim, Poggiali memutuskan untuk mundur dari tim dan bahkan pensiun dari balapan grand prix.
Alasan paling kuat Poggiali selain hasil buruk yang terus menerus dia peroleh, Poggiali juga mengaku kehilangan ketertarikan pada balapan, sehingga dia memutuskan untuk berhenti.
Karir Sepak Bola
Sesudah berhenti membalap, walau tidak banyak detail yang bisa diperoleh, diketahui bahwa Poggiali beralih profesi menjadi pemain sepak bola.
Poggiali diketahui membela salah satu tim lokal San Marino, Pennarosa FC yang bermain pada Grup A liga San Marino.
Sesudah menjadi pemain bola selama beberapa tahun, pada tahun 2013 Poggiali kemudian kembali ke balapan motor dan membalap pada kejurnas Italia.
Poggiali membalap untuk tim Scuderia Corse Team Grandi dengan menggunakan motor Ducati 1199 di kelas CIV Superbike, pada tahun itu dia finish di posisi 14 klasemen akhir dengan torehan satu podium.
Pada tahun 2014, Poggiali pindah ke Barni Racing dan membalap dengan motor Ducati 1199 Panigale, dia finish di peringkat 11 klasemen akhir.
Jadi Pelatih Balap
Baru-baru ini Poggiali diketahui menjadi pelatih balap di Gresini Racing sejak 2019 yang lalu.
Penunjukan Poggiali sendiri langsung diusulkan oleh pemilik Team, Mendiang Fausto Gresini.
“Sebagai mantan Juara Dunia, dia akan membawa mentalitas menang dan membantu para rider kita, dari anak-anak CIV hingga anak-anak Kejuaraan Dunia.” Kata Fausto Gresini (dikutip dari Lazone.com).
Pada awalnya Poggiali ditunjuk sebagai pelatih balap tim Gresini Moto3, namun seiring berjalannya waktu, dia kemudian naik ke tim MotoGP.
Salah satu keberhasilan terbesar Poggiali adalah membantu Enea Bastianini meraih peringkat tiga klasemen akhir MotoGP musim 2022.