Sebagai ajang pemegang supremasi tertinggi olahraga otomotif, Formula 1 tentulah butuh pembalap-pembalap hebat. Zaman sekarang, tak mudah menjadi pembalap Formula 1, sekalipun kita punya duit banyak dan punya kemampuan, tapi tetap saja masuk Formula 1 tak gampang, karena banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Tapi pada jaman dahulu , masuk untuk jadi pembalap mobil Formula 1 adalah persoalan mudah. Asal bisa mengemudikan mobil, punya banyak duit, dan beberapa kenalan ‘orang dalam’ bila perlu, maka bisa saja jadi pembalap.
Jaman dulu aturan untuk jadi pembalap F1 tidaklah serumit sekarang. Tidak perlu merintis karir dari Karting, berbagai ajang Formula, mendapat super license, dan baru bisa bersaing masuk Formula 1.
Bisa dimaklumi, karena saat pertama kali formula 1 digelar, semua serba seadanya dan apa adanya. Termasuk soal mobil dengan piranti-piranti sederhananya. Mobil F1 jaman dulu secara teknologi tak jauh beda dengan mobil jalan raya, palingan hanya soal sasis dan mesin yang lebih advance dari mobil jalan raya. Pun soal design dan aerodinamikanya masih belum terpikirkan oleh para engineer. Mobil Formula 1 jaman dulu secara sasis maupun desain masihlah sangat sederhana. Yang penting mobil bisa melaju kencang, itu aja.
Piranti aerodinamika baru dikenal di ajang Formula 1 pada era-era tujuh puluhan. Singkatnya, untuk mengemudikan mobil F1 jaman dulu hanya perlu menginjak kopling, masukkan persneling, injak pedal gas lepas kopling, dan melaju. Sesederhana itu, alih-alih kepikiran soal ground effect, aerodinamika dan persoalan pelik lain. Mereka hanya perlu nyali lebih untuk bisa menang selain soal skill.
Begitupun soal tim. Tim jaman dulu sangat sangat konvensional. Sekali lagi, kalau mau membentuk tim, yang dibutuhkan hanya uang untuk membangun sebuah mobil, merancang sasis, membeli mesin, maka jadilah itu tim. Kalau beruntung dan menang, maka mereka akan dapat sponsor yang nantinya akan menyokong dana pengembangan untuk mengembangkan mobil.
Tapi ada satu hal yang harus jadi catatan pembalap jaman sekarang. Pembalap jaman dulu betul-betul mempertaruhkan nyawanya di lintasan kala membalap. Jangan bayangkan mobil jaman dulu adalah mobil pelan.
Di ajang Formula 1 tak pernah ada mobil pelan. Jaman dulu mobil Formula 1 sudah bisa melaju hampir 300 km/jam!
Siksaan dalam kokpit pun tak kalah besarnya. Sungguh satu kondisi yang sangat tidak nyaman di belakang mobil Formula 1. Beberapa pembalap bahkan telapak tangannya lecet-lecet usai balapn, karena menjinakkan mobil yang bertenaga besar tanpa power steering. Tanpa bantuan piranti elektronik, apalagi komputer. Waktu membalap akan terasa semakin lama seiring ‘siksaan’ berat selama berada dalam kokpit demi bisa melalui seluruh balapan.
Tak jarang telapak tangan mereka lecet-lecet karena terlalu keras dalam mengendalikan lingkar kemudi yang berbahan kayu tersebut.
Siksaan di kaki juga tak kalah beratnya. Karena zaman awal-awal Formula 1 sampai tahun 90 an mereka masih menggunakan transmisi manual, lengkap dengan tuas kopling. Berapa ratus kali kaki kiri harus menginjak kopling, serta kaki kanan bergantian menginjak rem dan pedal gas selama balapan berlangsung.
Tangan, selain untuk mengendalikan lingkar kemudi, juga harus memindahkan tuas persneling. Sembari fisik bekerja sedemikian berat, fokus dan konsentrasi terhadap balapan pun juga tak boleh dikesampingkan. Demi sebuah kemenangan.
Belum lagi kondisi keamanan sirkuit yang masih sangat minim yang akan sangat berbahaya bila terjadi sesuatu. Tak terhitung jumlah pembalap yang cedera atau bahkan tutup usia di lintasan.
Tercatat pembalap Formula 1 pertama yang tutup usia adalah Onofre Agustín Marimon yang meninggal saat kecelakaan pada GP Jerman di sirkuit Nurburgring pada tahun 1954. Sebetulnya, Marimon bukan pembalap Formula 1 pertama yang meninggal saat balapan.
Pendeknya, pembalap jaman dulu kesulitan yang kerap dihadapi lebih ke soal ketahanan fisik. Sedangkan pembalap sekarang mungkin hanya lebih ‘ mending ’ ke soal pemahaman pengoperasian alat bantu yang sepintas rumit itu..
Lalu Kenapa semua bisa terjadi? Bagaimana bisa sekelompok mobil balap bisa melaju tanpa piranti keamanan dan masih legal?
Karena manajemen Formula 1 saat itu belum terbentuk rapi, sebelum akhirnya terbentuk organisasi-organisasi yang menaungi Formula 1. Sebut saja FOCA serta FIA.
Organisasi-organisasi itulah yang selanjutnya banyak mengatur jalannya balapan, mulai jadwal sampai standarisasi mobil dari berbagai aspek, termasuk soal keamanan, yang pada akhirnya mereka mensyaratkan bahwa untuk balapan di formula 1 tak bisa asal masuk karena uang. Mereka yang menentukan layak tidaknya seorang pembalap bisa masuk dan membalap di formula 1.
Langkah itu diambil ketika musim 1990 dimana seorang pembalap musti punya Super license untuk bisa ikut balapan.
Super LIcense inilah bisa dibilang SIM-nya pembalap Formula 1. Mendapatkannya pun tak gampang. Musti melalui beberapa persyaratan ketat.
Diantaranya adalah, berusia minimal 18 tahun. Pemegang lisensi kompetisi Tingkat A Internasional, Memiliki SIM yang lengkap dan valid di negara terdaftar sebagai kewarganegaraan pembalap , Lulus tes teori FIA tentang pengetahuan dasar tentang kode dan peraturan olahraga F1, Menyelesaikan setidaknya 80% dalam dua musim penuh kejuaraan balap mobil single seater mana pun ,dan Mengantongi 40 poin dalam semusim atau akumulasi dari tiga musim berturut-turut dalam kejuaraan apa pun.
Memenuhi syarat-syarat tersebut tidak lah mudah! Menjadi pembalap Formula 1 jaman sekarang tidaklah gampang, tidak bisa asal punya uang, sponsor, lalu balapan. Tapi sekali masuk menjadi pembalap, duduk di kokpit, dan mengemudikan mobil, keamanan pembalap akan jauh lebih terjamin. Pembalap tak perlu lagi injak kopling, memindah tuas persneling pun cukup dengan paddle shift. Kepala dilindungi dengan helm yang sangat kuat dan aman, mobil dilengkapi dengan berbagai alat bantu, serta sasis mobil pun dibuat lebih aman tatkala terjadi sesuatu.
Pendeknya, kalau pembalap jaman dahulu lebih mengandalkan kemampuan mengemudi fundamental, tanpa pusing dengan rumitnya sistem yang ada di mobil. Sedangkan pembalap jaman sekarang, lebih banyak menggunakan alat bantu mengemudi untuk memudahkan menjinakkan tenaga mobil.
Pembalap jaman dahulu lebih gampang masuk ikut kompetisi asal punya uang, tapi dengan segala resiko termasuk nyawa yang jadi taruhan. Sedangkan pembalap sekarang untuk masuk perlu lewat proses screening yang ketat, tapi lebih aman di lintasan.
Mana yang lebih menantang, pembalap jaman dahulu, atau pembalap jaman sekarang? Semua ada kesulitannya, semua ada tantangan tersendiri.
Satu hal yang harus digaris bawahi, untuk menjadi pembalap Formula 1 tak ada yang gampang!