Namanya sangat melegenda disaat masih segar bugar, sampai saat ini, diusia yang ke 37 tahun. Tidak seperti kebanyakan pembalap Formula 1, dia berlatar belakang keluarga sederhana, seperti halnya Juan (baca: Huan) Manuel Fangio.
Bedanya adalah Fangio orang Argentina, latin. Sedangkan Lewis (baca: Luis), seorang Inggris, berkulit gelap. Ya, dia pembalap Formula 1 kulit hitam pertama. Kehadirannya di ajang bergengsi ini turut memberi warna tersendiri.
Walau pada masa awal memasuki kancah ini beberapa kali Hamilton mengalami pelecehan terkait ras. Setidaknya kalau kita mau mengingat peristiwa pada tahun 2008 saat pre-session test yang dilakukan di Circuit De Catalunya, Spanyol. Saat itu sejumlah penonton mengecat wajahnya dengan warna hitam, serta memakai Wig atau Rambut Palsu.
Tak sampai disitu, mereka juga mengenakan kaos bertuliskan ‘Hamilton’s Family’ atau keluarga Hamilton. Tentu saja ini sebagai bentuk ejekan yang mengacu pada ras tertentu.
FIA pun segera bertindak. Mereka memperingatkan otoritas Spanyol, dan tindakan selanjutnya adalah menggelar kampanye balapan anti rasisme.
Tapi itu tidak menghentikan tindakan pelecehan rasial. Menjelang GP Brazil 2008, sebuah situs web yang dimiliki Spanyol dan berbasis di New York menghasut agar ban Hamilton di kempesi.
Ditayangkan di situs itu, layout sirkuit Interlagos serta hasutan untuk memasang paku atau duri landak di lintasan agar dilindas oleh mobil Hamilton. Tak urung, ribuan ejekan bernada rasis turut mengisi kolom komentar di situs itu?
Apa yang dilakukan Hamilton?
Membalas perlakuan itu dengan tropi kejuaraan yang diraih musim 2008! Sebuah cara keren untuk membalas ejekan.

Kehidupan pribadi
Kalau dikatakan Hamilton sebagai kulit hitam, ada benarnya, meski tidak sepenuhnya benar. Ayah Lewis, Antony Hamilton, seorang kulit hitam. Sedangkan sang ibu, Carmen Larbalestier, adalah kulit putih.
Jadi Lewis lahir sebagai ras campuran. Meskipun Hamilton secara pribadi mengatkan bahwa dia merasa sebagai seorang kulit hitam.
Selepas usia 12 tahun Hamilton memilih tinggal bersama sang ayah. Dikeluarga itu, selain Lewis, ada juga adik tirinya yang bernama Nicolas. Kelak, Nicolas juga menekuni dunia balap.
Keluarga Antony bukanlah keluarga kaya raya selayaknya keluarga calon pembalap lain. Anthony adalah pekerja IT. Sebagai karyawan dengan posisi Manajer, tentu secara keuangan jauh dari cukup untuk mendukung sang putra terjun di dunia balap.
Yang bisa dilakukan Anthony hanyalah menghadiahkan Lewis satu unit mobil Remote Control saat usia Lewis menginjak lima tahun. Tentu saja sangat jauh dibanding Michael Schumacher yang pada usia ini sudah Dibelikan Gokart.
Masuk di kompetisi mobil Remote, prestasi Lewis Hamilton adalah menjadi juara dua di tahun keduanya. Lewis berhasil mengalahkan lawan-lawan yang berusia jauh diatasnya pada kejuaraan British Radio Car Association.
Meskipun berprestasi, Lewis sudah kenyang dengan yang namanya pelecehan rasial. Karena dia satu-satunya pembalap kulit hitam di arena tersebut.
Lewis mendapat hadiah Natal berupa satu unit Gokart pada usianya yang ke enam. Demi mendukung karier Lewis, Anthony rela kerja keras. Berbagai pekerjaan dilakoni, bahkan menjadi tukang cuci piring pun pernah dilakukan sebagai pekerjaan sampingan sebagai upaya mencari uang tambahan.
Hamilton sadar, sebagai minoritas kulit hitam, akan sangat rentan terhadap serangan ujaran kebencian maupun tindakan kekerasan. Untuk itulah Hamilton juga membekali dirinya dengan berlatih karate yang di pelajari sedari usia lima tahun.

Mulai balapan Gokart
Pada tahun 1993, di usia yang ke delapan, Hamilton memantapkan diri untuk terjun pada arena balapan Gokart.
Gak butuh waktu lama untuk menjuarai seri ini. Dua tahun kemudian, Hamilton meraih kemenangan pada ajang British Cadet Karting Championship.
Kocaknya, merasa yakin punya bakat dan kariernya akan berlanjut, Lewis di usia sepuluh tahun sudah berani mendekati bos McLaren.
Hal itu dilakukan saat Ron Denis menghadiri acara Autosport Award. Lewis kecil meminta tandatangan Ron Denis dan memperkenalkan diri, ” Hallo, saya Lewis Hamilton. Saya adalah pemenang kejuaraan Gokart Inggris. Satu saat, saya ingin jadi pembalap untuk McLaren.”

Sembari membubuhkan tandatangan pada buku Hamilton, Ron menimpali, ” Telpon saya sembilan tahun lagi. Nanti kita akan melakukan sesuatu barengan. ”
Sementara diusia Sembilan tahun, Lewis di rundung kesedihan. Tak lain Karena idolanya, Ayrton Senna, mengalami kecelakaan pada 1 mei 1994 dan menyebabkan Sena tutup usia. Mengenai Senna, Lewis punya pendapatnya sendiri. Lewsi beranggapan, bahwa dalam beberapa hal, Lewis mirip Senna Salah satunya, gaya membalap mereka berdua yang sama-sama jago di trek basah.
Sedangkan menurut mantan pembalap Mclaren lain, Gerhard Berger, seperti di lansir Motorsport, bahwa gaya balap Lewis tidak sepenuhnya ‘Senna’. Berger mengatakan, bahwa Gaya balap Lewis, ada kemiripan dengan Senna saat trek basah. Tapi disisi lain, tak dapat di pungkiri, bahwa Lewis Hamilton juga sangat metodist, layaknya Alain Prost, rival berat sekaligus teammate Senna ketika di Mclaren.
Setahun setelah kematian Senna, Lewis memenangkan Super One National Kart Championships. Sebuah kejuaraan Gokart yang berbasis di Inggris dan didirikan pada tahun 1983. Ajang ini adalah ajang penggodokan calon-calon pembalap Open wheel. Kelak, beberapa nama besar termasuk beberapa juara dunia, merupakan jebolan ajang ini. Termasuk Jenson Button dan David Coulthard.
Juara satu kembali di renggut oleh Lewis di tahun berikutnya di kelas Kartmasters British Grandprix – Comer Cadet. Dan tahun 1997 adalah kali ketiga Lewis memenangkan S1 National Championship. Kali ini Formula Yamaha.
Puas ‘bercengkerama’ dengan mobil-mobil openwheel kate, pada tahun 2001 akhirnya Lewis menapakkan kariernya di Formula Renault. Tepatnya terjun di kancah Formula Renault UK Winter Series. Melakoni balapan disini bersama tim Manor Racing, sebuah tim dimana Rio Haryanto pernah masuk disini sebagai pembalap F1, tidaklah semulus karier Lewis ketika pertama kali terjun di F1 bersama Mclaren.
Di tahun pertamanya Lewis melakoni 4 balapan dalam satu musim dan hanya mendulang 48 poin yang membuatnya tersungkur di posisi 5 klasemen. Sementara di tahun berikutnya, untuk kejuaraan yang sama di Inggris, Lewis sanggup memperbaiki posisi dengan bertengger di klasemen 3.
Ditahun yang sama, beberapa pertanyaan terlontar dari berbagi pihak, apakah ia akan terjun ke kancah tertinggi openwheel sebagai yang termuda, dalam hal ini Formula 1? Mengingat saat itu usianya baru menginjak 17 tahun, dan berbagai prestasi sudah berhasil di torehkan.
Dengan diplomatis Lewis menjawab, “ Bukan soal yang termuda. Melainkan menjadi yang berpengalaman untuk selanjutnya akan ditunjukkan pada gelaran Formula 1. “
Boleh dikata, di Manor Racing inilah karier Formula sebelum F1 Lewis Hamilton digodog. Setidaknya selama 4 tahun Lewis membela tim ini. Sampai pada akhirnya Lewis hengkang ke tim ASM Formule 3 pada tahun 2005 dan menyabet gelar juara pertama pada ajang Formula 3 Euro Series dan Master of Formula 3.
Tahun selanjutnya turun di GP2 dengan tim yang sama, hanya beda label. Kalau pada Formula 3 berlabel ASM Formula 3, di GP 2 namanya ART Grand Prix. Dan Lewis masih kampiun disana.
Ucapan Ron Denis di masa lampau ketika Lewis menjuarai seri kejuaraan Gokart terbukti di tahun 2007. Kehadiran Lewis disini menorehkan sejarah bagi Formula 1. Dan pelaku sejarah itu adalah Lewis Hamilton, dimana dia adalah pembalap di ajang bergengsi yang berkulit hitam pertama kali sepanjang sejarah Formula 1 di gelar pertama kali pada tahun 1950.
Oleh tim, Lewis dipasangkan dengan Fernando Alonso yang jauh lebih pengalaman dan telah menjuarai ajang ini dua tahun berturut-turut.
Mclaren, kalau diberi opsi memilih siapa pembalap utama siapa pembalap kedua, tentu akan lebih memilih Alonso sebagai pembalap utama. Mengingat reputasi Alonso uyang sudah terbukti sebelumnya. Sedangkan Lewis, musti bisa menerima kenyataan bahwa dia masuk ke ajang ini hanya sebagai Rookie, yang harus menunjukkan kemampuan membalap. Mclaren berharap, Lewis mendukung Alonso sebagai wingman. Idealnya seperti itu.
Tapi fakta di lintasan lain. Bahwa setiap pembalap punya naluri untuk menang. Tatkala dibelakang stir, apapun dilakukan untuk bisa menjadi pembalap yang kencang. Untuk kencang itulah Lewis ada di mclaren.
Akhirnya terjadi persaingan yang sengit antara Alonso dan Lewis. Kami masih belum tahu, apakah aksi rasis pecinta F1 spanyol seperti yang kami singgung tadi ada hubungannya dengan rivalitas Lewis dan Alonso.
Tapi yang jelas perseteruan keduanya membawa dampak buruk buat tim. Akhirnya insiden dalam tim yang kurang menguntungkan itu dimanfaatkan dengan baik oleh rival berat Mclaren, yaitu Ferrari, untuk merebut gelar juara bersama Kimi Raikkonen. Sementara di akhir musim Lewis menduduki posisi runner up. Dan Alonso ada di posisi ketiga dengan raihan poin yang sama, yaitu 109 poin kejuaraan.
Belum usai masalah ‘perang saudara’, Mclaren dirundung masalah lain, yaitu masalah Spygate yang melibatkan Nigel Stepney dan Mike Coughlan.
Serangkaian ketegangan dalam tim yang melibatkan dua pembalapnya, membuat Alonso hengkang dari Mclaren dan kembali ke tim lamanya, Renault.
Sedangkan Lewis yang berhasil membuktikan diri bahwa dia layak di pertahankan, menandatangani kontrak selama lima tahun kedepan sampai 2012.
Berbekal prestasi pada tahun pertamanya yang runner-up, Lewis memiliki kepercayaan diri yang luar biasa pada tahun berikutnya. Beberapa pihak menyalahartikan, bahwa cara membalap Lewis membahayakan.
Sementara Lewis menampik tuduhan itu dan mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebagai bagian dari kepercayaan dirinya.
Lewis pun mengakhiri musim dengan gemilang. Lima kemenangan plus sepuluh podium berhasil di cetak dan menjadikan dia juara dunia termuda, melengkapi segala torehan sejarah formula 1. Selain termuda, dia adalah satu-satunya orang kulit hitam yang menang diajang ini, dan melengkapi juara dunia asal Inggris setelah kemenangan terakhir pembalap Inggris oleh Damon Hill pada tahun 1996.
Enam tahun di Mclaren, Lewis merasakan pahit dan manis, akhirnya pada tahun 2012 seiring berakhirnya kontrak, Lewis memilih hengkang dan gabung dengan tim lain yang juga memakai mesin Mercy, MercedesGP. Praktis, sepanjang kariernya sampai tahun ini, Lewis hanya merasakan satu mesin di dua tim yang beda. Yaitu mesin Mercedes Benz.
Mengawali musim dengan Mercedes, Lewis berpasangan dengan Nico Rosberg. Lewis hanya sanggup bertengger di posisi 4 klasemen di akhir musim. Tapi Lewis tak mau berlama-lama untuk segera bisa menunukkan tajinya, untuk membuktikan pada Mercedes, bahwa mereka tak salah pilih. Musim 2014, dimana era dan regulasi baru tentang power unit dari V8 2.4 liter di tanggalkan di gantikan dengan unit 1.6 liter turbo hybrid.
Dalam semusim Lewis memenangi 11 balapan, serta Rosberg 5 memenangi 5 balapan. Dengan penampilannya yang dominan, Lewis berhasil mencetak 384 poin, sementara rekan setimnya 317 poin yang mengantarkan Mercedes menjuarai konstruktor pertama kali sejak didirikan pada 2010 dan mengantarkan dua pembalapnya di posisi 1-2 klasemen akhir.
Setelah gelar juara dunia direngkuh, Lewis mengumumkan bahwa tidak akan mengganti nomor startnya menjadi nomor 1. Sebagaimana aturan di Formula 1, bahwa setiap juara di beri hak istimewa untuk menentukan nomor start 1. Lewis tetap menggunakan nomor 44 sebagai nomor keberuntungannya.
Pada tahun berikut, Lewis kembali merajai grid dengan 10 kemenangan. Total poin yang di kumpukan dalam satu musim adalah 381 poin yang mengukuhkan bahwa dia berhak meraih gelar juaranya untuk kedua kali di era mesin Hibrid. Keahilan Lewis yang lain adalah mempelajari sirkuit. Lewis pembalap yang sangat mudah mempelajari dan menaklukkan sirkuit. Ada yang bilang, bahwa kemenangannya adalah karena semenjak pertama terjun di Formula 1 Lewis sudah membalap untuk mobil-mobil papan atas dari tim kaya, ada betulnya.
Tapi kemenangannya di sirkuit Sochi yang baru di buka untuk Formula 1 pada tahun 2014 selama lima musim adalah bukti bahwa Lewis sangat mudah belajar dengan sirkuit baru.
Berada setim dengan Rosberg dengan ketiadaan tim order sebagai strategi tim, adalah merupakan tantangan tersendiri buat Lewis. Tim membuat dua mobil untuk dua pembalapnya tanpa pilih kasih, seperti yang terjadi pada Senna dan Prost di masa lampau. Pun strategi, dua pembalap itu di persilakan berkompetisi semaksimal mungkin di lintasan tanpa keterpihakan pihak tim.
Dan pada akhirnya tahun 2016 gelar juara direbut oleh Nico Rosberg, karena beberapa kejadian yang menimpa Lewis. Termasuk yang terjadi pada GP Malaysia dimana saat itu Lewis mengalami kegagalan mesin. Setelah berhasil meraih gelar juara 2016, Nico Rosberg mengumumkan pengunduran dirinya dari kancah Jet darat.
Menggantikan pasangannya, tim menunjuk Valteri Botas. Kalau sebelumnya rival utama yang harus di waspadai Lewis adalah rekan setim, maka kali ini tantangan justru datang dari pembalap Ferrari yang merupakan juara dunia 4 kali, yaitu Sebastian vettel yang membalap untuk Ferrari.
Toh selama 4 musim, terhitung sejak 2017 sampai dengan 2020, Lewis membuktikan diri bahwa dia masih seorang kampiun yang tak terkalahkan. Tidak juga oleh Botas, rekan setimnya.

Kecewa hasil GP Abu Dhabi
Sampai pada penghujung musim 2021 ketika Max Verstappen dari Redbull menyamai klasemen akhir pembalap, yaitu 365,5 poin dan sebagai penentu pemenang adalah hasil GP Abu Dhabi. Dari awal balapan Lewis sudah tampak lebih unggul dari Max Verstappen. Hingga pertengahan lomba, bahkan beberapa pihak sudah yakin bahwa Lewis akan memenangkan balapan. Ada pula yang berseloroh, bahwa hanya keajaiban yang bisa membuat Max bisa memenangkan pertandingan.
Dan..
Drama pun dimulai. Berawal ketika pada lap ke 54 Nicholas Latifi mengalami insiden kecelakaan yang menyebabkan Safety Car keluar. Kesempatan ini dipakai Verstappen masuk pit untuk melakkan penggantian ban ke kompon yang lebih lunak. Sementara Lewis, tetap berada di lintasan.
Ternyata Safety car melaju dalam waktu yang cukup lama. Setidaknya sampai balapan menyisakan satu lap lagi. Sementara Verstappen kini sudah menguntit Lewis dengan kondisi ban yang lebih prima. Selepas safety car, duel pun berlanjut. Tentu saja kondisi Max yang lebih fresh bisa mengimbangi, bahkan mengungguli Lewis sampai akhir balapan. Lewis yang mencoba melawan tentu saja tak sanggup menahan laju Max.
Akhirnya daraam pun berakhir dan Lewis musti merelakan gelarnya di renggut oleh Max Verstappen.
Hal ini yang pada akhirnya memicu kontroversi serta berbuntut pemecatan sang Race Director, Michael Masi.