“The Roman Emperor“, sebagaimana komentator memanggilnya saat menjadi raja di kelas 250cc (baca: 250 sese) di dekade 90-an. Hubungan antara juara dunia empat kali ini dan sirkuit Brno (baca: berno) selalu spesial.
Mari kita mulai dari kelas di mana Max Biaggi memenangkan gelar dunianya di kelas 250cc. Empat kemenangan berturut-turut diraihnya di sirkuit Republik Ceko dari tahun 1994 hingga 1997. Tiga kali bersama tim Aprilia dan yang terakhir dengan Honda. Beberapa kemenangan diraihnya dengan jarak yang cukup jauh, seperti di tahun 1994 menang dengan enam detik di depan pembalap jerman, Waldmann (baca: Woldmen). Kemudian di tahun berikutnya menang tipis setelah berduel dengan Tetsuya Harada. Pada tahun 1996 dia unggul 6 detik dari Olivier Jacque (baca: olivie Zaq)di garis finish. Dan tahun terakhirnya di kelas 250cc bersama Honda, dimana ia meraih gelar jaura dunia keempatnya, dia kembali mengalahkan pembalap Prancis Olivier Jacque, kali ini hanya selisih setengah detik.
Di tahun 1998 Max Biaggi akhirnya naik ke kelas 500cc dengan tim Honda yang dikelola oleh Erv Kanemoto. Pada tahun tahun itu, pembalap italia yang bersinar hanyalah Max Biaggi, Valentino Rossi belum bersinar di tahun itu. Harapan tinggi publik italia pun hanya tertuju pada Max Biaggi. Meskipun statusnya masih sebagai pembalap rookie di kelas 500cc, ia memenuhi harapan tinggi publik italia dengan tampil mengejutkan, dan tampak sudah pantas menjadi juara dunia di kelas premier pada waktu itu.
Honda sendiri tidak mengharapkan pembalap Italia itu bisa memenangkan balapan pertamanya , di Suzuka Jepang. Honda tidak menyangka bocah yang baru naik ke kelas 500cc itu akan membuat Mick Doohan, juara dunia tak terkalahkan selama empat tahun berturut-turut, gelisah dengan munculnya Biaggi sebagai penantang. Maka dimulailah pertarungan antara keduanya, hingga seri balap Brno pada 23 Agustus 1998. Doohan memulai balapan dengan pole position, Biaggi yang start diposisi kedua, segera memimpin jalannya balapan, diikuti Doohan di posisi kedua. Di lap kesembilan, Doohan yang sangat dekat di belakang Biaggi, kehilangan cengkraman ban depan dan akhirnya terjatuh. Pada saat itu Biaggi berada dalam situasi yang ideal, berada di depan membuatnya leluasa mengatur kecepatan untuk menghindari serangan dari Alex Criville, dan Alex Barros. Setelah 22 lap, “The Roman Emperor” akhirnya menaklukkan Brno lagi, untuk kelima kalinya secara berturut-turut dalam karirnya.
Untuk merayakannya, ia melakukan atraksi wheelie yang terkenal itu sebelum melewati garis finish. Wheelie yang paling vertikal dalam sejarah balap. Sebuah wujud kegembiraan yang luar biasa darinya.
Brno bagaikan rumahnya sendiri. Biaggi kemudian meraih kemenangan lagi di Brno tahun 2000 saat mengalahkan Rossi, dan pada musim 2002 saat berganti era menjadi MotoGP, ia meraih kemenangannya dengan mengendarai Yamaha M1, saat itu ia mengalahkan Daijiro Kato. Ia secara keseluruhan telah meraih tujuh kemenangan di sirkuit Ceko selama kariernya di Grand Prix. Sebagai tambahan, dalam dua musim terakhirnya di MotoGP saat mengendarai Honda, ia meraih dua kali posisi ketiga di Brno saat musim 2004 dan 2005.
Karir balap Biaggi tidak berhenti saja di MotoGP, karena Max Biaggi menjadi satu-satunya pembalap Italia yang melanjutkan karir balapnya di World Superbike, setelah sebelumnya mengawali karir di Grand Prix. Di kejuaraan ini pun Biaggi masih bisa meraih dua kali juara dunia, dan meraih 4 kali kemenangan di Brno antara tahun 2007 dan 2015.
Total Biaggi sudah mengantongi 12 kemenangan di Sirkuit Brno selama karirnya. 4 kali di kelas 250cc, 3 kali di kelas 500cc atau MotoGP, dan 4 kali di World Superbike.
Dengan prestasinya yang luar biasa ini di sirkuit Brno, Rasanya pantas kalau salah satu tikungan di sirkuit Brno di namai tikungan Max Biaggi, bagaimana menurut kalian?