Di era balap modern seperti saat ini, MotoGP selalu menyuguhkan tontonan berkelas bagi peminatnya dan tak pernah kehilangan daya tariknya karena selalu muncul rivalitas seru antar pembalap dengan drama-drama yang mewarnai jalannya kompetisi balap motor di level tertinggi ini. Lebih dari 2 dekade, sejak format balap motor 4tak ini disebut MotoGP, setiap tahunnya banyak bermunculan bakat-bakat baru dari pembalap muda potensial yang bergabung dalam sengitnya perebutan tahta tertinggi di MotoGP.
Regenerasi pembalap berlangsung dengan baik karena dukungan dari pihak penyelenggara (Dorna) yang memberikan kesempatan pembalap muda untuk berkiprah menjadi professional rider dengan membuat kompetisi khusus sebelum mereka memasuki kelas Moto3.
Seperti yang kita tau, saat ini MotoGP banyak di dominasi oleh pembalap asal negeri matador, Spanyol yang mampu unjuk gigi untuk menjadi yang terdepan dalam persaingan balap. Marc Marquez, Alex Rins, Joan Mir, Jorge Martin, Alex Marquez, Maverick Vinales, Raul Fernandez, Pol Espargaro dan Aleix Espargaro adalah 9 pembalap Spanyol yang kini menghuni tempat di tim balap MotoGP.
Jika tahun ini ada 25 pembalap reguler di MotoGP, itu berarti 36% pembalap MotoGP 2022 berasal dari Spanyol. Dari 9 rider tersebut, Aleix Espargaro lah yang kini tengah menjadi pusat perhatian berkat kemenangan perdananya bersama Aprilia. Aleix sebenarnya adalah pembalap bagus yang bisa berkembang.
Namun kurang mendapat tempat dan motor yang kompetitif untuk bersaing saat race. Aleix memulai karir di MotoGP sebagai Wild Card Rider dan pernah menjajal motor satelit dari Pramac Ducati selama 1 musim. Hingga akhirnya masuk ke tim CRT yang bersatus Open Class dan tak memiliki perangkat elektronik yang sepadan dan layak untuk bersaing dengan kompetitor lainnya.
Selama 3 tahun (2012-2014) Aleix berjuang dengan mesin motor jalanan (Street Bike) untuk menghadapi lawan-lawannya di lintasan. Bahkan saat pindah ke Suzuki di musim 2015, motor yang dia gunakan juga tidak memiliki perangkat elektronik yang bagus. Tapi bukan Aleix namanya jika langsung menyerah dengan keadaan.
Buktinya dengan motor ala kadarnya, Aleix masih bisa 1 kali naik podium ke 2 di GP Aragon 2014, merebut Pole Position GP Assen 2014 dan juga GP Catalunya 2015 serta menembus podium 3 di GP Silverstone 2021. Sebelum akhirnya meraih kemenangan perdananya di GP Argentina 2022.
Lalu bagaimana dia bisa melakukan itu? Apa yang dia lakukan dengan motor untuk menjadi lebih kompetitif? Jawabannya ada di Riding Style dan cara adaptasi Aleix dengan motor.
Gaya Balap Aleix Espargaro
Aleix merupakan tipikal pembalap yang cepat di tikungan dan menyukai Cornering Speed. Dia adalah petarung jarak dekat yang selalu senang menggunakan potensi motor saat menikung untuk melakukan overtake. Aleix bukanlah Rider yang suka menggunakan teknik Stop and Go untuk meningkatkan kecepatan dan membuka gap dari pembalap lainnya.
Berbeda dari rider lainnya yang suka melakukan Elbow Down, Aleix justru tidak mengambil Lean Angle yang terlalu rebah saat memasuki tikungan. Baginya lebih penting untuk bisa membuka gas lebih cepat di tikungan daripada memanfaatkan Middle Corner untuk berakselerasi di tikungan.
Proses Adaptasi Dengan Motor
Tahun 2016 ketika Dorna mengubah regulasi penggunaan ban yang beralih ke Michelin dan penyeragaman ECU untuk semua tim, banyak para pembalap yang mengalami masalah dengan motor mereka, termasuk yang dialami Aleix Espargaro.
Di tahun itu Aleix banyak menghabiskan waktunya dengan Tom O’Kane (kepala kru Suzuki) di depan komputer untuk melakukan evaluasi dan mencoba memahami kemiringan posisi menikung dan tekanan pada rem depan. Mereka berusaha keras menemukan keseimbangan untuk mengurangi Lean Angle dan tekanan pada rem depan agar menghasilkan ban yang lebih awet untuk menghabiskan sisa lap di akhir balapan.
Mudah bagi orang yang tidak mengerti untuk memberi tau Aleix harus melakukan ini dan itu saat pengujian. Namun faktanya tidak semudah itu jika sudah berkendara di lintasan. Bahkan Aleix sempat mencoba mengubah gaya balapnya untuk peningkatan efektivitas pemakaian ban. Michelin adalah ban dengan kompon yang lebih lunak dari Bridgestone.
Ban belakang mereka sangat baik bekerja di trek untuk memberikan grip pada aspal. Namun berbeda dengan ban depan mereka yang kekurangan grip. Dan untuk itulah Aleix bekerja eksta bersama kru dan mekaniknya. Jika dibandingkan saat menggunakan Bridgestone, Aleix menekan rem depan hingga 15 bar dengan sudut kemiringan 60° dan mengunci ban depan tanpa terjadi Crash.
Hal itu tidak mungkin dilakukannya dengan Michelin. Aleix juga beradaptasi dengan memahami waktu antara saat mulai mengerem dan kapan saat melepas rem karena jeda waktunya sangatlah kecil. Aleix pun mencoba membandingkan cara pengeremannya dengan pembalap lain seperti Andrea Dovizioso.
Pada momen pengereman di titik yang sama, saat Dovizioso melepas tekanan pada rem, kecepatannya 5 km/jam lebih rendah dari Aleix. Jadi di jarak yang sama, Dovizioso kehilangan lebih banyak kecepatan dibandingkan Aleix. Namun ketika mulai menikung, Aleix mengambil resiko 75% lebih besar, sementara Dovizioso hanya mengambil 65% resiko.
Selain itu, Aleix juga selalu memperhatikan penggunaan Traction Control di motornya. Pada tahun 2018, Aprilia mulai menggunakan mesin baru dan para mekanik meminta Aleix untuk mencoba motor tanpa memakai Traction Control untuk mengetahui perilaku alami mesin. Rupanya tanpa Traction Control, mesin bekerja lebih baik.
Setiap kali menggunakan Traction Control, mesin akan lebih kacau dan motor akan mengalami lebih banyak pergerakan pada suspensi dan sasis yang menyebabkan motor tidak stabil saat menikung. Setelah melalui berbagai percobaan, Aleix lebih cenderung untuk memilih Power Reduction seperti pemakaian Engine Break untuk mengurangi kecepatan yang berlebih.
Namun baginya untuk kebutuhan balap, Traction Control masih dibutuhkan untuk sisi keamanan dalam hal kecepatan karena motor yang dikendarai sangatlah kencang dengan tenaga mencapai 260HP. Dan seperti inilah bagaimana seorang Aleix Espargaro memahami tentang kondisi motor dan segala perangkat yang memegang peranan vital di motornya.
Aleix akan selalu menggunakan pemahamannya melalui berbagai riset di lintasan untuk menemukan settingan terbaik demi peningkatan performa motor yang signifikan. Tidak menutup kemungkinan jika mendapat motor yang cukup kompetitif, Aleix akan mampu merebut banyak kemenangan di seri balap hingga mampu meraih mimpinya, mendapatkan gelar juara dunia MotoGP.
Hanya waktu yang akan menentukan dan kita tunggu saja bagaimana kiprah selanjutnya dari Aleix Espargaro dikancah balap MotoGP bersama Aprilia yang kini terus berkembang ke arah yang lebih baik setiap tahunnya.